Suara derap langkah menggema dikoridor sebuah gedung pencakar langit terbesar di Seoul, Korea Selatan. Sekelompok namja dan yeoja berpakaian serba putih yang seragam berjalan cepat disana. Air muka yang tampak tenang itu terlihat sedikit tegang dan kaku.

Beberapa dari mereka menenteng sebuah koper berisi tabung-tabung kecil berisi liquid berwarna hijau keruh. Sedangkan seorang diantara mereka membawa setumpuk dokumen yang ditata apik.

Terlihat seorang namja yang berjalan paling depan—menandakan jika dialah pemimpin rombongan tersebut. Berbelok ke koridor sebelah kanan dan menemukan sebuah pintu berdaun dua terbuat dari baja yang telah didesain khusus.

Namja paling depan itu berdiri didepan sebuah monitor kecil disamping pintu. Sebuah sinar kecil secepat kilat menyambar—tepat mengenai wajah sang namja. Kemudian dimonitor itu mulai memindai data dari analisa kornea mata namja tersebut.

BIIIP

Dan pintu itu pun terbuka lebar.

.

.

.

Vans' Present

======================== THE VIRUS =========================

Disclaimers: God, their parents, and themselves

Warning: Shounen-ai, gore, thriller, a lil bit of angst and amburegul

.

.

.

"Park Yoochun-ssi, aku harap kerjasama kita kali ini dapat memuaskan dan menuai hasil yang besar."

"Tentu saja, Hwang Joo-ssi."

Namja yang tadi memimpin rombongan itu adalah Park Yoochun. Pewaris tunggal dari perusahan yang bergerak pada bidang farmasi dan perkembangan teknologi terbesar di Korea Selatan bernama Shinki Inc. yang dirintis oleh keluarga Park—yang terkenal akan kejeniusannya dalam bidang farmasi dan kedokteran.

Kini proyek terbesar yang sempat terhenti beberapa puluh tahun mulai digerakkan kembali. Proyek pembuatan vaksin penyembuh berbagai penyakit pada manusia yang bereaksi sangat cepat dalam hitungan hari bahkan jam. Proyek—atau mungkin megaproyek yang apabila berhasil dirancang akan diedarkan ke seluruh penjuru dunia dengan harga yang sangat tinggi juga dalam stok pasaran yang dibatasi.

Taktik jitu dalam pemasaran sangatlah penting untuk meraup keuntungan yang lebih besar.

Yoochun—sosok namja tampan berpipi chubby dan berkacamata—kali ini sukses memimpin rapat para pemegang saham dan investor. Senyum menghiasi bibirnya. Matanya menerawang jauh menghadap sebuah ruang paling khusus di gedung itu.

Sebuah ruangan yang ukurannya delapan kali delapan meter. Didalamnya terdapat beberapa rak berwarna putih yang diatasnya ada puluhan tabung reaksi berisi liquid berwarna-warni. Sebuah mesin dan komputer canggih yang dirancang khusus pun ada didalam ruangan tersebut.

Tiga orang pekerja juga sedang berada didalamnya. Hanya di ruangan itu, siapapun yang masuk kedalamnya diwajibkan untuk mengenakan seragam laboratorium khusus yang disediakan oleh perusahaan. Seragam yang dirancang untuk menjaga laboratorium khusus itu agar tetap higienis dan terbebas dari kuman dan bakteri yang berada diudara luar.

Setelah puas melihat-lihat, namja tampan itu pun meninggalkan ruangan besar tersebut dengan senyuman yang senantiasa terpatri dibibirnya. Dibenarkannya letak jas mewah yang dikenakannya. Memasuki lift, berniat kembali ke ruangan pribadinya yang terletak di lantai paling atas gedung.

Yoochun memasuki ruangan pribadinya. Duduk diatas kursi kebesarannya dengan tenang sebelum nada dering ponsel miliknya menginterupsi.

"Yeobeoseyo, Minyoung-ah. Kenapa kau menelponku secepat ini, chagi? Apa kau merindukanku?" sapanya pada sang penelepon yang diakhiri dengan gurauan.

Suara kekehan lembut seorang yeoja menyambutnya dari line seberang.

/ "Anida, chagiya. Aku hanya ingin memberitahumu jika Park abeoji datang ke apartemen kita. Katanya ada hal penting yang harus dibicarakan." /

"Ah.. Appa sudah pulang? Kenapa tidak langsung datang ke kantor saja dan malah kesana?" Yoochun mengerutkan dahinya heran sembari membetulkan letak kacamatanya yang sedikit melorot.

/ "Mollayo. Mungkin ini masalah pribadi. Sebaiknya kau cepat pulang. Tidak baik membiarkan orang tua menunggu terlalu lama." /

Yoochun tertawa renyah mendengar suara cerewet yeoja tunangannya itu. "Iya, aku mengerti. Terima kasih sudah mengingatkan," guraunya lagi

/ "Nde. Kalau begitu aku tutup teleponnya dulu. Hati-hati di jalan, jangan terlalu terburu-buru. I miss you, chagi-" /

"Miss you too," Yoochun melepas ponsel yang tadi sempat menempel panas ditelinganya. Namja Park itu beranjak dari kursi kebesarannya yang nyaman lalu menyambar sebuah tas kantor yang tergeletak diatas meja tamu.

Yoochun dengan langkah tenang memasuki lift khusus yang hanya boleh digunakan untuknya. Menekan tombol yang mengarahkan lift tersebut turun ke basement.

.

.

.

.

.

"Bodoh kau, Yoochun-ah."

"A—appa-.."

"Kau tahu bahwa proyek itu sengaja dihentikan puluhan tahun lalu karena enam puluh lima persen efek samping kemungkinan akan bekerja. Adalah suatu hal yang paling mustahil—ingin menyamai kuasa Tuhan dalam menyembuhkan penyakit? Jangan biarkan obsesi gila para tetua yang sudah mati itu tertanam dalam otakmu, Yoochun-ah!

"Appa merasa tidak pernah mengajarimu hal seperti itu. Setiap hal pasti ada sisi positif dan negatifnya, Yoochun-ah. Jangan lupakan itu."

Tuan Park menghela nafas berat. Rasa kecewa pada sang putra tak sebanding dengan rasa khawatirnya yang kian menganga lebar.

Ia baru saja pulang ke Korea Selatan setelah beberapa minggu menyelesaikan penelitiannya di Australia tentang pembuatan antidote bisa ular mamba hitam—ular yang tercatat sebagai salah satu ular paling berbahaya dan berbisa di dunia. Dan kini ia harus dihadapkan dengan kabar bahwa sang putra satu-satunya mengembangkan kembali vaksin yang pernah diteliti oleh para tetua keluarga Park puluhan tahun yang lalu.

Yoochun menatap datar sang appa. Ia menyandarkan punggungnya ke dinding ruang tamu. Sesampainya ia ke apartemen yang ditempatinya bersama sang tunangan, appanya—Park Yoohwan langsung mencecarnya dengan pertanyaan sengit seputar megaproyek yang tengah digarapnya itu.

Ia tahu, sangat tahu jika Tuan Park akan menentang keras tindakan sepihaknya perihal megaproyek. Tapi berdasarkan analisa data dan dokumen rahasia para tetua Park yang sempat dilakukannya bersama beberapa ahli farmasi terbaik Seoul, vaksin yang menjadi objek megaproyeknya itu dapat menjadi sebuah masterpiece dalam dunia farmasi.

Satu-satunya vaksin yang dapat menawarkan segala racun seperti antidote, menangkal virus pada sel dan aliran darah, serta membunuh bakteri yang menyerang organ tubuh manusia.

Sempurna, sangat sempurna.

Diliriknya Minyoung, sang tunangan yang sedang menyibukkan dirinya didapur untuk membuatkan makan malam. Namun sebenarnya Yoochun tahu, yeoja cantik itu berusaha tidak terlalu ikut campur dalam urusan kerja perusahaannya. Apalagi dalam keadaan tegang seperti ini. Dia pasti berusaha menghindar dari pertengkaran antara Yoochun dan Tuan Park.

"Appa tidak akan ikut campur lagi mengenai hal ini. Kau sudah dewasa, dan appa harap kau pasti dapat membedakan antara yang benar dan yang salah. Tapi appa hanya ingin memastikannya sekali lagi-.."

Tuan Park menghela nafas berat lalu kemudian menatap Yoochun penuh harap. Tetapi reaksi yang kepala keluarga Park itu dapatkan hanya tatapan datar sang putra.

"Aku yakin dapat mengatasinya sendiri, appa."

.

.

.

.

.

"Gilyoung-ssi, hati-hati dengan tabung itu. Jangan sampai jatuh," nasihat seorang yeoja yang mengenakan seragam lab khusus perusahaan Park. Yeoja tersebut mendekap sebuah map berisikan data-data penelitian pengembangan vaksin megaproyek. Membandingkan data kemarin dengan data yang dia dapatkan hari ini. Tangannya yang satu lagi memegang sebuah pena yang tengah bergerak menuliskan sesuatu diatas kertas data.

Namja yang dipanggil Gilyoung itu menaruh beberapa tabung reaksi diatas meja laboratorium. Tangan bersarung tangannya dengan cekatan namun tetap berhati-hati memindahkan sebuah pipet dari satu tabung ke tabung yang lainnya.

Mencoba meneteskan liquid hijau yang menjadi objek megaproyek Shinki Inc. pada beberapa cairan kimia lainnya.

Tidak hanya ada dua orang disana. Ada seorang namja lagi yang sedang bertugas menata tabung-tabung reaksi berdasarkan nama dan kandungan zat. Namun tiba-tiba saat Gilyoung dan namja itu tidak sengaja saling bersinggungan—tangan namja itu mengenai tangan Gilyoung yang kebetulan tengah mengangkat tabung vaksin hingga mengakibatkan hilangnya keseimbangan Gilyoung.

PRANG

Yeoja satu-satunya yang berada disana sontak mengalihkan pandangannya kearah suara tabung pecah tadi.

Semua mata terbelalak lebar.

Liquid berwarna hijau pekat itu perlahan menyurut—seolah terserap lantai dan terbang tertiup angin. Menghilang begitu saja.

Sayang, ruangan laboratorium khusus itu tidak dirancang untuk kedap udara, hanya kedap suara. Dan lubang udara yang letaknya berada dibawah samping meja lab itu mengarah tepat ke luar ruangan tersebut.

Seperti vaksin lainnya yang terbuat dari inti virus yang sifatnya dapat menyebar lewat udara, vaksin itupun memiliki sifat yang sama—menyebar melalui udara.

.

.

.

.

.

Rutinitas seperti kantor-kantor pada umumnya yang selalu sibuk tiap harinya. Shinki Inc. pun mempunyai rutinitas dan kesibukan yang sama. Orang-orang berlalu lalang di koridor seperti biasa. Obrolan ringan beberapa pegawai pun dianggap biasa.

"Eunhwi-ya, apa kau sibuk hari ini?" seorang namja bermata sipit menghampiri seorang yeoja berambut pendek yang sedang berjalan terburu-buru menuju lift yang berada tak jauh dari sana. Namja itu berusaha menyamakan langkah kakinya dengan yeoja yang disukainya tersebut.

"Sepertinya begitu, Kangmin-ssi. Park sanjangnim memintaku membereskan laporan keuangan bulan ini, dan sanjangnim menyuruhku untuk menyerahkannya sabtu besok," tolak yeoja tanpa mengalihkan tatapannya pada namja yang dipanggilnya Kangmin itu.

Kangmin mendesah kecewa. Tapi dirinya mencoba untuk tetap tersenyum seperti biasa. "Baiklah kalau begitu. Mungkin lain kali."

Eunhwi mendecakkan lidahnya kala memperhatikan monitor kecil samping pintu lift yang menunjukkan letak lift itu berada. Lift yang akan ia naiki berada belasan lantai diatasnya—dalam artian ia harus sedikit lama menunggu.

Kangmin belum beranjak dari samping yeoja itu. Ia terus memperhatikan gerak-gerik dan gestur dari Eunhwi yang sudah sejak lama ia sukai. Namun usahanya tetaplah tidak membuahkan hasil. Penolakan dan selalu penolakan yang ia terima.

"Kenapa kau terus menatapku seperti itu, eoh?"

TRING

"Dasar namja aneh—"

"AWAS, EUNHWI-YA!"

"KYAAAAA~!"

Eunhwi berteriak histeris saat melihat pemandangan mengerikan yang tersaji tepat didepan matanya sendiri.

Beberapa orang yang tampak mengerikan keluar dari lift dengan suara geraman yang tak kalah mengerikannya.

Pakaian mereka kotor oleh darah segar yang bahkan darah itu masih mengalir deras dari luka-luka seperti bekas gigitan dan cakaran dimana-mana, juga mulutnya yang menganga lebar seperti binatang buas.

Tubuh yeoja itu bergetar hebat. Kangmin, namja yang baru saja berdiri disampingnya, yang terus mencoba mengobrol dengannya, yang selalu ia tolak kehadirannya—kini tengah menjerit dan meronta kesakitan.

Dikerubungi oleh makhluk-makhluk mengerikan yang baru pertama kali ia lihat.

Lidah yeoja itu kelu untuk bergerak. Tenggorokannya tiba-tiba sakit untuk sekedar berteriak. Sendi dan otot tubuhnya seakan mati rasa untuk sekedar merangkak—menjauh dari mimpi paling buruk dalam mimpi terburuk itu sendiri.

Namun akhirnya ia dapat kembali berteriak kencang saat salah seorang makhluk ia menoleh padanya dengan mulut yang penuh oleh seongok tulang berdaging bersimbah darah. Tatapan makhluk itu berbeda. Tatapan seperti binatang liar yang menemukan tangkapan yang besar.

"KANGMIN-SSI! ANIYAAAAAAAA!"

.

.

.

.

.

"BLOCK SELURUH PINTU MASUK DAN KELUAR GEDUNG! TUTUP AKSESNYA BAGAIMANAPUN CARANYA. USAHAKAN JANGAN SAMPAI ADA YANG KELUAR DARI GEDUNG ATAU MASUK KE DALAM GEDUNG!"

Seorang namja kekar berseragam militer memberikan intruksi pada satu peleton tentara menggunakan pengeras suara. Mata tajamnya menatap tegas pada seluruh bawahannya.

Setelah membubarkan diri dan para tentara itu pun segera melaksanakan komando dari sang Komandan.

Tiba-tiba tiga puluh menit yang lalu, bagian kepolisian dan kemiliteran Seoul digemparkan dengan adanya laporan dari seorang yeoja yang mengaku sebagai salah satu karyawati Shinki Inc., perusahaan yang memproduksi obat-obatan legal terbesar di Korea Selatan.

Awalnya semua pihak tidak mudah percaya, tentu saja. Namun suara jeritan dan geraman mengerikan yang saling bersahutan terdengar dari sambungan telepon tersebut. Dan saat dilacak asal sambungan itu, ternyata benar—telepon itu berasal dari Shinki Inc.

"Lapor, Komandan Oh. Ada seseorang yang ingin bertemu dengan Anda."

Sang Komandan, Oh Jihoo mengalihkan perhatiannya pada salah satu bawahannya yang datang melapor padanya. Kemudian Jihoo berjalan mengikuti sang bawahan yang mengantarkannya menuju orang yang katanya ingin bertemu dengannya.

"Dia sedang menunggu didalam, Komandan."

"Baiklah. Kembali bertugas!"

"Siap, Komandan."

Setelah kepergian sang bawahan, Jihoo pun memasuki tenda yang diarahkan bawahannya itu. Diedarkan tatapannya yang tajam itu ke segala penjuru tenda darurat yang terbilang besar. Akhirnya ia menemukan seorang namja cantik yang mengenakan kemeja lusuh sedang duduk menyandar pada sandaran kursi dengan raut wajah yang lelah.

"Apa kau yang ingin bertemu denganku?" tanya Jihoo.

Namja cantik itu yang mendengar suara seseorang dengan segera menegakkan tubuhnya menghadap lawan bicara. "Apa kau Komandan disini?" tanya namja itu lirih. Suaranya yang lembut sedikit bergetar ketakutan. Entah karena apa.

"Iya. Dan ada perlu apa kau denganku? Aku harap apa yang ingin kau bicarakan adalah hal yang penting. Karena-"

"Aku satu-satunya pegawai Shinki Inc. yang bisa keluar dari sana dengan selamat."

"…—!"

.

.

.

.

.

======================== T B C ==========================

Vans' cuap:

iHola, reader-ssi~ pasti pada bosen liat Vans lagiii Vans lagi yang nongol bawa ff baru. Hehe :D Entah kenapa malam ini Vans ngerasa semangat ngetik. Dan bukannya ngelanjutin ff yang lama, ini malah bikin yang baru lagi. Hedeuh~ ==" #plak

FF ini nekat Vans buat dan publish karena Vans inget, selama Vans main di fandom ini, Vans belum nemu ff dengan genre seperti ini. Mungkin ada, tapi jujur Vans belum pernah nemu. Mungkin reader-ssi ada yang pernah baca yang seperti ini di fandom screenplays?

Karena di fandom anime ada beberapa yang kayak gini (zombie, gore, bunuh-bunuhan, darah-darahan *?*). Terakhir Vans baca sekitar empat tahun yang lalu (lama banget ya? XD).

Ceritanya terinspirasi dari Resident Evil live actionnya, tapi Vans usahakan tidak terlalu sama dengan filmnya. Maaf kalau gaje dan amburegul *bow*

Yang sudah menyempatkan baca, gomawo ne?

Tapi Vans menghargai sekali sama reader yang mau kasih review. Kamsahamnida~ ^^ *bows*