WILD FLOWER

. . .

Suara detak jarum jam terdengar dominan dalam salah satu ruang kerja kantor kejaksaan pusat Seoul. Suara kertas yang di balik dan goresan pena sesekali juga terdengar.

Meski kini di luar jendela sudah gelap dan jam dinding itu menunjukan angka sepuluh, Dua jaksa laki-laki yang menempati ruangan itu, lebih memilih fokus pada tumpukan kertas di atas meja mereka.

Salah satu jaksa bersurai coklat terang menghela nafas lepas, dia menyenderkan punggungnya pada kursi kerjanya. Melepas kacamatanya lalu memijat pelipisnya.

Dia merogoh sakunya untuk mengambil dompet. Mengeluarkan sebuah note bewarna kuning yang ia lipat menjadi dua. Jaksa tampan itu membuka lipatannya, membaca kembali setiap kalimat yang tertulis disana. dan jantungnya selalu berdegup, bayangan saat malam panasnya bersama lelaki manis itu kembali teringat. Padahal ini sudah lewat hampir dua minggu. Bagaimana lelaki manis itu mendesahkan namanya masih terngiang di telinganya. Hole nya yang menjepit kejantanannya-

"sial." Dia mendesis. Bagian selatannya menegang. Dia benar-benar akan gila jika tak menemukan lelaki manis itu.

Hampir setiap hari dia akan datang ke club malam itu, siapa tahu mereka akan kembali bertemu disana. Dia juga sempat menanyakan pada beberapa pengunjung. Apa mereka mengenal seseorang dengan inisial nama YYJ ?. Tapi, tak ada seorangpun yang mengenalnya. lelaki manis itu seakan hilang di telan bumi.

"Choi Junhong." Daehyun memanggil Jaksa juniornya.

Satu-satunya laki-laki yang bersama dirinya itu menoleh padanya.

"Bagaimana hasil penyelidikanmu tentang club malam itu ?." tanya Daehyun. Ya, setelah kegagalannya malam itu, kepala jaksa melimpahkan penyelidikannya pada juniornya ini.

"sangat bersih. Aku dan tim penyidik tak menemukan apapun." Jawab Junhong.

"hyung, benarkan kau tidak bisa menyelidiki club malam itu karena saat kau disana terjadi keributan yang membuat perhatianmu teralih ?."

"benar, kau tidak percaya padaku ?. Para penjaga mengeluarkan aku dari sana mengira aku juga terlibat keributan itu." Kata Daehyun meyakinkan. Dia memang menyembunyikan alasan yang sebenarnya kenapa malam itu dia tak mendapat hasil apapun.

"aku hanya ingin memastikannya kembali." Ucap Junhong.

Daehyun kembali melihat note kuning itu. Bagaimana tempat itu bisa sangat bersih ? pihak kejaksaan dan kepolisian sering mendapat laporan jika di club malam itu sering terjadi transaksi narkoba. Atau mungkin lelaki manis itu di tugaskan untuk menjebaknya ? dan mereka bisa membersihkan semuanya ?. tapi, bagaimana bisa mereka tahu jika dia akan datang ?.

Dia menghela nafas lagi. Kepalanya sedang mengalami kebuntuan sekarang. Daehyun beranjak, mengambil jasnya yang tersampir pada sandaran tempat duduknya.

"aku akan pulang, kau tidak pulang ?." Ucap Daehyun.

"sebentar, tinggal sedikit lagi." Jawab Junhong.

"besok aku saja yang ke kantor polisi untuk mengambil berkas kasus Go Minsoo." Kata Daehyun kemudian bergegas keluar ruangan.

Berbelok ke arah kamar mandi. Dia masuk ke dalam salah satu bilik di dalam kamar mandi yang tampak sepi itu.

Dia akan mengurus adik kecilnya terlebih dulu. Dia mengeluarkannya dari dalam sarangnya. Tangannya masih memegang note itu. Desahannya keluar seiring tangannya yang mengurut kejantannya. Berfantasy liar dengan lelaki manis itu.

Daehyun rasa saat ini dia memang sudah gila. Ketika orang lain melakukan masturbasi sambil melihat foto seseorang, dia malah hanya melihat sebuah note.

Dia sudah merencanakannya sejak awal, jika dia bertemu kembali dengan lelaki manis itu. Dia akan balas dendam. Memberinya obat perangsang dan menyetubuhinya kasar. Menyalurkan semua fantasy liarnya selama ini.

. . .

. . .

Pagi yang datang dengan cerah membawa hawa dingin di awal musim semi. Sebuah Porsche bewarna metalic, terparkir di depan sebuah kantor polisi pusat. Lelaki manis berparas menawan turun dari dalamnya.

Semalam Youngjae mendapat telpon dari polisi jika adik perempuannya terlibat perkelahian di club malam. Dia baru menjemputnya pagi ini, biar saja adiknya itu merasakan tidur di kantor polisi semalaman sebagai pelajaran.

Setalah dia mengatakan tujuannya datang, seorang petugas memintanya untuk mengisi data diri. Kemudian dia di bawa menuju tempat tahanan sementara.

"oppa !." adik perempuannya itu berteriak padanya dari dalam sel.

Petugas yang membawanya tadi mengeluarkan adiknya dan melepas borgolnya.

Tanpa berkata, Youngjae pergi dari sana. Sambil merengek adik perempuannya itu mengekor.

"oppa. Kenapa baru menjemputku sekarang ?."

"bukankah menyenangkan menginap di kantor polisi."

"apanya yang menyenangkan. Tidak ada kasur dan banyak nyamuk."

Youngjae berhenti, baru saja mereka melewati pintu keluar. "jika begitu kenapa kau berkelahi ?."

"Somi yang mencari gara-gara." Bela adiknya.

Youngjae mendesis lalu kembali berjalan. Adik perempuannya itu juga kembali mengekorinya.

"wah. Ini mobil hadiah dari Appa ?." adiknya terkagum saat melihat Porsche nya. Mobil hadiahnya sudah datang dari satu minggu yang lalu, tapi dia baru bisa memakainya hari ini.

"cepat masuk." Kata Youngjae.

"kenapa kau tidak menelpon Appa saja. Kenapa kau menelponku." Youngjae berucap sambil memakai seatbelt nya.

"Appa akan marah jika tahu. Dia akan memotong uang jajanku. Tolong jangan katakan ini pada Appa."

"Appa pasti sudah tahu. Karena kau tidak pulang semalam."

Youngjae menyalakan mesinnya, mulai mengeluarkan mobilnya dari tempat parkir. Kanan dan kirinya juga terdapat mobil yang terparkir, dia harus berhati-hati.

"aku akan mengatakan pada Appa jika semalam menginap di apartemen oppa."

Youngjae menoleh pada adiknya. "aku sudah-"

BRAK

Youngjae mengerem mobilnya mendadak, kakak adik itu saling memandang dengan membelalak. Sepertinya bemper belakang mobil barunya menabrak mobil di sampingnya.

Adik Youngjae menoleh ke belakang. "oppa. Kau benar-benar dalam masalah kali ini."

. . .

Daehyun keluar dari kantor polisi, sambil merapikan jasnya dengan satu tangannya. Karena satu tangannya yang lain memegang beberapa map.

Dia berhenti ketika mendengar suara seperti sebuah tabrakan yang langsung diikuti dengan suara alarm keamanan mobil. Jaksa itu membalak, suara itu berasal dari mobilnya.

Dengan setengah berlari dia menghampiri mobilnya. Mengecek kondisi kendaraan pribadinya. Bemper depannya rusak karena tertabrak bemper belakang sebuah mobil bewarna metalic di depannya. Dia meletakan map-mapnya ke dalam mobil sebelum mengetuk kaca jendela mobil Porsche itu.

Youngjae yang berada di balik kemudi, menunduk sambil menoleh pada adiknya.

"Haera-ya. Kau saja yang keluar." Kata Youngjae. tentu dia masih mengingat wajah tampan Daehyun.

"kenapa aku ? oppa yang menabrak mobilnya."

"keluar saja dan minta nomor rekeningnya, katakan kau akan mentransfer ganti ruginya atau aku mengatakannya pada Appa." Youngjae mengancam.

Adik perempuannya berdecak sebal kemudian turun dari mobil. Youngjae yang masih menunduk, sesekali mengintip adiknya yang sedang berbicara dengan Daehyun.

Dia tak boleh bertemu dengan Daehyun lagi. Bagaimana jika jaksa itu telah menyadari, jika malam itu hanya sebuah jebakan agar ayahnya bisa memindahkan semua barang bukti ?.

Adiknya membuka pintu mobil. "oppa, dia tidak mau. Dia ingin bicara dengan si pengemudi atau dia akan melaporkan ini pada polisi."

Youngjae mendesah frustasi, dia mengacak rambutnya kasar. Dengan terpaksa dia keluar mobil. Anggap saja, dia tak pernah bertemu dengan Daehyun.

DEG

Daehyun menegang saat melihat sang pengemudi keluar dari dalam mobilnya. Jantungnya tiba-tiba berdebar, darahnya berdesir. Dalam hatinya dia tertawa senang. Selama ini dia sudah berusaha mencari lelaki manis ini, tapi hari ini mereka bertemu secara tak sengaja.

Sinar matahari yang bersinar terang, semakin memperjelas manis dan menawannya paras lelaki ini. membuat Daehyun menelan ludah kasar, kemudian cepat-cepat mengendalikan dirinya agar tak terlena dengan lelaki manis ini.

"berikan nomor rekeningmu, aku akan mentransfernya hari ini juga." Kata Youngjae tanpa basa-basi.

"aku tidak bisa memberikan nomor rekeningku sembarangan. Aku seorang jaksa, bagaimana jika bagian internal tiba-tiba melakukan audit padaku, dan menemukan penerimaan-"

"jangan banyak bicara. Aku akan meninggalkan nomor telponku." Youngjae menyelanya. "berikan ponselmu." Youngjae mengulurkan tangannya.

Daehyun tertawa pelan. "kau bisa saja memberikan nomor telpon palsu. Berikan ponselmu."

Youngjae memutar bola matanya dan mendesah kasar, laki-laki ini ternyata sangat menyebalkan. Dengan berat hati dia memberikan ponselnya pada jaksa itu.

Daehyun mengetikan nomornya disana, lalu menelponnya. Saat dirasa ponsel yang ia simpan di dalam saku jasnya bergetar, dia mematikannya. Lalu mengembalikan benda canggih itu pada Youngjae.

"aku akan menelponmu jika service nya sudah selesai." ucap Daehyun, dia melihat plat nomor mobil Youngjae. "1414. Jangan mencoba mengganti nomor ponselmu, aku menghafal plat mobilmu."

Melihat reaksi Daehyun, apa jaksa ini tak mengingatnya ?. dia berharap seperti itu.

"Haera. Ayo masuk." Ajak Youngjae pada adiknya tanpa mempedulikan ancaman Daehyun.

Takdir macam apa ini ?. mobil yang dia dapatkan karena berhasil menjebak Daehyun, di hari pertama dia memakainya menabrak mobil jaksa itu.

Daehyun hanya memperhatikan mobil Youngjae yang melaju keluar area kantor polisi. Perempuan yang bersama Youngjae tadi sempat mengatakan namanya.

Kim Haera

Mungkin dia bisa mendapatkan sesuatu dari nama gadis itu.

Dia kembali masuk ke dalam kantor polisi. Menemui seorang detektif yang sudah di kenalnya.

"hyung." Panggilnya.

Detektif yang sedang memakan sarapannya itu mendongak.

"apa ada yang ketinggalan ?." tanya detektif itu.

Daehyun mengangguk. "apa kau memiliki data perempuan bernama Kim Haera ? sepertinya dia baru saja datang atau keluar dari sini."

"Kim Haera ?. coba kau cari saja di mejaku." Kata detektif itu lalu melanjutkan makannya.

Mendapat izin, Daehyun segera menuju meja detektif itu. Membuka satu persatu map yang ada di meja, mencari nama Kim Haera. Dia berhenti pada map ke empat, dia membaca sekilas data diri gadis itu.

"tertangkap kemarin malam karena perkelahian di tengah jalan." Gumam Daehyun membaca catatan kriminal gadis itu.

Kemudian dia membalik kertas itu, dan menemukan kertas lain berisi data diri wali dari gadis itu. Dia tersenyum simpul, sudah pasti dia mendapat tentang lelaki manis itu.

Dia sudah mendapatkan siapa YYJ. itu adalah nama inisial dari Yoo Youngjae.

Daehyun memotret kertas berisi data diri Youngjae, bahkan disini juga terdapat alamat rumahnya. Dia tinggal di sebuah unit apartemen yang cukup mahal. Haruskah malam ini dia mendatanginya ? menagih kata-kata lelaki manis itu untuk kembali melewati malam yang panas berdua.

. . .

. . .

Di sebuah ruang tamu yang bergaya eropa, seorang laki-laki paruh baya duduk di sofa bewarna putih disana. Dengan memakai kacamata bacanya dia membaca setiap angka pada surat tagihan kartu kredit milik putranya. Dalam satu bulan Youngjae bisa menghabiskan uangnya tujuh ratus juta won.

Ibu Youngjae meninggal sesaat setelah dia melahirkan putranya. Sejak kecil, dia sudah terbiasa memanjakannya. Memberikan semua yang Youngjae inginkan, membiarkan semua yang Youngjae ingin lakukan kecuali jika itu merupakan tindak kriminal. Hanya ini yang bisa dia perbuat untuk putranya, ini adalah caranya memberikan kasih sayangnya. Karena dia tak ingin Youngjae merasa kekurangan kasih sayang dari seorang ibu.

Membuat putranya itu kini memiliki kebiasaan hidup mewah dan bebas. Dia tahu jika Youngjae sering 'tidur' dengan pria lain. Dia tak masalah karena dia juga tahu Youngjae selalu melakukannya dengan aman. Sekali lagi selama itu bukan tindak kriminal dia tak masalah.

Hari itu dia juga terpaksa meminta Youngjae untuk mengurus jaksa itu. Dia tak bermaksud menjual putranya, dia harus mencari cara cepat.

Karena Youngjae tumbuh seperti bunga liar. Parasnya indah dan menawan, yang dapat memikat siapa saja. Hidupnya yang bebas namun kuat. Dia tak akan mudah terpengaruh karena Youngjae memiliki batasan-batasan yang selalu dia genggam kuat. Itulah yang membuat dia percaya pada putranya.

CKLEK

Dua pintu besar yang menghubungkan ruang tamu dengan teras terbuka. Putrinya masuk bersama dengan putranya.

"semalam darimana saja ? kenapa tidak pulang ?." tanyanya pada Haera.

"aku menginap di apartemen Youngjae oppa." Haera menjawabnya sambil menaiki anak tangga yang akan membawanya ke lantai atas.

Lelaki paruh baya itu menoleh pada Youngjae yang kini duduk di sofa sebelahnya.

"benar ?."

Youngjae hanya mengangguk sebagai jawaban.

Haera bukanlah anak kandungnya. Sepuluh tahun lalu, dia mengambil gadis itu dari sahabatnya. Dia ingin membantu sahabatnya yang sedang kesulitan dalam ekonomi dengan merawat putrinya. Beberapa bulan lalu sahabatnya ingin mengambil kembali Haera. Namun, dia melarangnya. Dia sudah terlanjur menyayangi gadis itu seperti putrinya sendiri.

"Youngjae-ah. Apa yang sudah kau lakukan dengan jaksa itu ?." tanya Ayah Youngjae tiba-tiba.

"tidak ada."

"tapi setelah itu dia selalu datang ke club. Aku sempat menghampirinya dan pura-pura berbasa-basi dengannya. Dia bilang sedang mencari seseorang dengan inisial YYJ. Bukankah itu inisial namamu ?."

Youngjae menatap ayahnya tak percaya. "benarkah ? kenapa dia mencariku ?."

Ayahnya mengendikan bahu. "itulah kenapa aku bertanya padamu. Apa yang sudah kau lakukan padanya ?."

"aku tidak melakukan apapun. Apa mungkin dia sudah terjerat pesonaku." Dia berkata dengan penuh percaya diri. "tapi-" kenapa tadi Daehyun seolah tak mengenalnya ?. mengingat itu, dia jadi teringat tujuannya datang ke rumah ayahnya.

"Appa, berikan aku uang." Pinta Youngjae.

"untuk apa ? bukankah kau baru saja pulang berlibur dari New York ?."

"aku tidak sengaja menabrak mobil seseorang." cicitnya pelan.

Ayahnya menghela nafas pelan. "arraseo. Appa akan mentransfernya ke rekeningmu." Dia mengambil ponselnya, untuk melakukan transfer ke rekening anaknya.

"Appa, boleh aku bermain judi ?. temanku yang pergi ke Casino mendapat banyak uang karena bermain judi. Sepertinya sangat menyenangkan."

"tidak Youngjae. tidak. Aku akan memberikan berapapun yang kau minta. Tanpa kau harus masuk ke tempat itu." Ayahnya menaikan nada bicaranya.

Youngjae merengut. "Ne. Ne."

Lelaki manis itu begitu sangat menyayangi ayahnya, yang sudah merawatnya sendirian sejak dia kecil.

. . .

. . .

. . .

Di dalam unit apartemennya yang cukup mewah. Youngjae menikmati minumannya sendirian, dengan satu batang rokok di tangannya. Duduk di sebuah mini bar yang berada di dekat meja makan. Menghabiskan malamnya sendirian. Malam ini dia sedang tidak ingin kemana-mana. Pergi ke club, membuat private party atau jalan-jalan untuk menghabiskan uang.

Dia mulai merasa jenuh dengan rutinitasnya.

Youngjae memainkan ponselnya, dengan sekali-kali menghisap rokoknya. Melihat-lihat online shop langganannya yang menjual barang-barang luxury brand.

Tiba-tiba ponselnya bergetar, sebuah nomor asing muncul pada layarnya. Tanpa berpikir, Youngjae menggeser tombol bewarna hijau.

"siapa ?." tanyanya pada penelpon.

"jangan katakan kau berpura-pura lupa denganku, agar kau tidak jadi mengganti biaya service mobil yang kau tabrak dua hari lalu."

Youngjae mendesah pelan. Mengetahui jika ini Daehyun.

"jangan mendesah. Apa kau ingin menggodaku lagi." Kata Daehyun.

"tanpa aku menggodamu, kau sudah tergoda sendiri olehku. Ada perlu apa ?."

"service mobilku sudah selesai. aku akan mengambilnya setelah ini."

"malam ini ? dimana ada tempat service mobil yang masih buka di jam seperti ini ?"

"tempat itu milik kenalanku. Jadi, aku bisa kapan saja mengambil mobilku."

"dimana tempat service nya ?."

"kita berangkat bersama. Aku berada di kantor kejaksaan pusat sekarang. Aku akan menunggumu. Sampai jumpa."

Daehyun memutus sambungan telpon mereka secara sepihak. Youngjae berdecih sebelum mematikan rokoknya dan keluar dari apartemennya.

. . .

Lelaki manis itu menghentikan mobilnya di depan gedung kejaksaan pusat. Dia turun, menyandarkan punggungnya pada mobil sebelum menelpon Daehyun.

"aku sudah sampai, kau dimana ?." ucap Youngjae sesaat setelah Daehyun mengangkat telponnya.

"sebentar lagi aku akan keluar, tunggu aku."

Tanpa menjawab, Youngjae memutuskan sambungannya. Menyimpan ponselnya pada saku celananya dan berganti mengeluarkan bungkus rokoknya. Dia mendesah sebal sebelum menyalakan rokok yang sudah di apit oleh bibirnya. Kenapa dia merasa seperti seorang supir pribadi ?.

Daehyun berjalan menuruni anak tangga yang berada di depan gedung tempatnya bekerja. Tak jauh di depannya Youngjae yang sedang asik menghisap rokok tengah bersandar pada sebuah mobil putih. Mobil yang berbeda dengan yang menabrak mobilnya dua hari lalu.

Pandangan mereka bertemu, Daehyun memperhatikannya dari atas sampai bawah. Angin malam menyapu helaian rambut hitamnya, dengan mengenakan kemeja putih longgar dan celana hitam ketat. Terlihat sexy, pandangannya seakan menggoda Daehyun. Bagaimana jika dia membuat tubuh sexy itu tak berdaya di atas ranjang ?.

"dilarang merokok di tempat umum." Kata Daehyun begitu dia sampai di depan lelaki manis itu.

Youngjae menjatuhkan rokoknya dan menginjak dengan sepatu kulit mahal yang di pakainya. Dia melemparkan kunci mobilnya pada Daehyun, tanpa berkata Youngjae masuk ke dalam mobil.

Daehyun tetawa pelan, sebelum membuka pintu bangku kemudi di depannya. Melajukan mobil si manis meninggalkan gedung kantornya.

Tanpa ada percakapan sepatah katapun, akhirnya mereka sampai di sebuah tempat service mobil tak jauh dari kantor kejaksaan. Mereka berdua turun, Daehyun membawa Youngjae menemui seorang montir yang juga menjadi pemilik tempat service mobil itu.

"hyung, bagaimana mobilku ?." tanya Daehyun.

"sudah selesai. semua aman."

"berikan bonnya."

Montir itu masuk ke dalam sebuah ruangan, kemudian kembali keluar dengan membawa selembar kertas kecil. Dia memberikannya pada Daehyun.

Jaksa tampan itu memperlihatkannya pada Youngjae. dia mengeluarkan dompetnya, mengambil beberapa lembar uang sejumlah nominal yang tertera pada bon.

"kau bisa mengambil kembaliannya." Kata Youngjae setelah montir itu menerima uangnya.

"sudah selesaikan ?." Youngjae mengulurkan tangannya pada Daehyun. "kunci mobilku."

Daehyun tersenyum. Tak semudah itu. Ini adalah kesempatan emas.

"berapa lama mobilmu tidak di service ?."

"apa ?." sedang mengoceh apa jaksa ini.

"aku merasa tak nyaman saat menyetir mobilmu."

"hyung !." Daehyun kembali memanggil montir tadi dan memberikan kunci mobil Youngjae. "tolong service mobil itu juga."

Youngjae membelalak. "ya! Siapa yang menyuruhmu !."

"tenang saja, aku akan mengantarmu sampai rumah."

Daehyun menarik lengan Youngjae, membawa ke mobilnya. Dia membuka pintu untuk lelaki manis itu. Youngjae diam, enggan untuk masuk ke dalam mobil.

Sambil tersenyum Daehyun berkata "cepat masuk atau aku akan memaksamu."

Youngjae memutar bola matanya dan berdecih sebelum terpaksa masuk ke dalam mobil hitam itu.

"hyung, terima kasih." Daehyun berteriak. Montir yang akan memindahkan mobil Youngjae masuk ke dalam hanya mengacungkan jempol padanya.

Dia menyusul Youngjae masuk, dan segera meninggalkan tempat itu. Membelah jalanan kota. Sama saat seperti mereka berangkat, tak ada percakapan diantara keduanya.

Bahkan, Youngjae tak mengatakan apapun tentang dimana dia tinggal, agar Daehyun bisa mengantarnya. Daehyun sendiri, memang tidak akan berpura-pura menanyakannya, karena malam ini dia tak berniat mengantar Youngjae ke rumahnya.

Lelaki manis itu mengerutkan keningnya, saat Daehyun berbelok memasuki area sebuah hotel. Masuk ke dalam basement untuk memarkirkan mobilnya.

"kenapa kau membawaku kemari ?." tanya Youngjae.

Daehyun tak menjawab, dia melepaskan seatbelt nya. Dan menerjang leher lelaki manis itu.

Youngjae mendorongnya kasar. Terkerjut dengan aksi tiba-tiba Daehyun.

"apa yang kau lakukan !." Youngjae berkata tak terima.

"aku hanya ingin memastikan kau tidak mengganti parfum mu." Jawab Daehyun begitu santai.

Youngjae menatapnya tak percaya. "kau gila."

"aku memang gila karenamu. Setelah malam itu aku tak bisa berhenti memikirkanku, aku mencarimu tapi tak menemukanmu. Dan, karena kita bertemu lagi, aku ingin menagih kata-katamu."

"kata-kata apa ?." Youngjae merasa tak pernah mengatakan apapun pada jaksa ini.

Daehyun mengambil sebuah note kuning dari dalam dompetnya, menunjukannya pada Youngjae.

"Jika kita bertemu lagi, mungkin kita bisa kembali melewati malam yang panas berdua."

"aku saja sudah tidak ingat pernah menulis itu. Kau masih menyimpannya ?."

"tentu saja. Aku menjadikannya obyek fantasy liarku denganmu."

Youngjae tertawa meremehkan. "apa kau memang mudah tergoda dan terangsang ?."

"mudah tergoda dan terangsang hanya karena dirimu." Daehyun menegaskan kata-kata Youngjae. "aku sudah menyewa salah satu kamar disini. Lakukan seks denganku malam ini."

Youngjae menghela nafas lalu menatapnya. Tak percaya laki-laki ini berani secara langsung mengajaknya tidur. Tapi, tidak ada salahnya kembali melakukan seks dengan Daehyun, malam ini dia sedang merasa jenuh dan membutuhkan teman.

"aku akan melakukannya untuk menepati kata-kataku. Bukan untuk apapun."

. . .

Daehyun menutup pintu hotel secara pelan, dia melepas dasi dan jasnya lalu menggantungnya di tempat gantungan pakaian. Sambil membuka kancing kemeja yang berada di pergelangan tangannya dia menoleh. Lalu, tersenyum simpul.

Kemeja putih yang di kenakan Youngjae, telah raib dari tubuh lelaki manis itu. Daehyun segera menghampirinya, menahan tangan Youngjae yang hendak membuka resleting celananya sendiri.

"aku yang akan menelanjangimu. Sepertinya kau sudah tak sabar." Kata Daehyun.

"aku hanya ingin cepat menyelesaikan urusan kita."

Dia mendorong Youngjae agar lebih merapat padanya, tangannya bergerak mengusap punggung telanjang Youngjae lalu turun ke pantatnya. Daehyun meremas-remas bongkahan kenyal itu. Namun, tatapan yang di berikannya terkesan hangat dan lembut.

"gadis yang bersamamu saat itu, kekasihmu ?."

"bukan. Adikku."

Youngjae memeluk Daehyun dan memejamkan matanya, merasakan tangan Daehyun yang bermain-main disana.

Daehyun mendorongnya ke tempat tidur, membuat Youngjae terkejut. Dia mengira Daehyun akan melakukannya dengan kasar, tapi tidak. Daehyun mendorongnya lembut.

"apa yang kau lakukan akhir-akhir ini ?." Daehyun menyusuri wajah Youngjae dengan jemarinya.

"tidak ada."

"kau tidak bekerja ?."

"aku pengangguran."

"tidak mungkin seorang pengangguran tinggal di apartemen mewah dan memiliki mobil mahal."

"itu semua uang ayahku. Nghh..."

Daehyun tiba-tiba bergerak menggesekan kejantanannya dengan milik Youngjae.

"sepertinya aku mulai tahu seperti apa dirimu." ucap Daehyun sebelum dia meraup bibir cherry milik lelaki manis itu.

Youngjae mengalungkan tangannya pada leher Daehyun, ikut mengimbangi ciuman lelaki itu. Tanpa Daehyun meminta, Youngjae membuka mulutnya dengan senang hati, mengundang lidah Daehyun untuk bertamu ke dalam gua hangatnya.

Daehyun melepaskan ciumannya, menjilat saliva yang berada di sudut bibir Youngjae.

"aku tidak akan bermain terburu-buru. Aku ingin benar-benar merasakan setiap inchi tubuhmu. Foreplay ?"

Youngjae segera membuka semua kancing Daehyun, melepas kemeja itu dan melemparnya ke sembarang arah. Dan mendorong kepala Daehyun agar dia mencumbu lehernya. Menyetujui tawaran Daehyun tanpa sebuah kata.

Laki-laki itu mengecup, menjilat, menggigit dan menghisap kuat lehernya. Sudah pasti perbuatannya itu akan meninggalkan sebuah kissmark.

"Ahh... Daehh...jangan meninggalkan tandahh...ohh" Youngjae mengatakan ptotes tapi dia malah mendongak seakan ingin lebih.

Daehyun tak mendengarkan kalimat Youngjae, dia sudah tuli karena kabut nafsu yang menyelimuti dirinya. Dia berpindah ke pundak Youngjae, melakukan hal yang sama dan terus turun ke dada lelaki manis itu, hingga bertemu nipple merah muda yang sudah menegang.

"ohh..ahh.."

Youngjae mendesah, saat Daehyun mulai memainkan nipplenya bergantian dengan lidahnya.

"Ahh...Daehh..."

Daehyun meraup salah satu nipplenya dan menghisapnya kuat, sementara satu nipplenya lagi ia pilin.

Setelah dia merasa puas telah membuat Youngjae mendesah erotis, dia menatap lelaki manis itu lekat. Youngjae sangat begitu indah, apalagi dengan tatapan sayu dan peluh yang membasahi tubuhnya. Daehyun sangat menyukainya.

Tangan Daehyun bergerak membuka celana Youngjae, membuat lelaki manis itu telanjang, mempertontonkan tubuh mulusnya di depan Daehyun.

Dia mengecup kilat bibir Youngjae. "aku akan membuatmu klimaks."

Youngjae pasrah saat Daehyun membuka pahanya lebar. Dia mendesis saat Daehyun mengecup kepala adiknya lalu menggenggamnya.

"Daehh...ohh..ahh.."

Dengan tangannya yang sibuk memanjakan adik Youngjae, mulutnya sibuk memberikan kissmark pada paha dalam lelaki manis itu.

"shh...ahh... lebihh...cepathh.."

"ah ahh.."

Youngjae hanya bisa mencengkram erat sprei di bawahnya, tubuhnya bergerak gelisah, dia hampir sampai.

"Daehh...ah- Aaahhh~."

Cairan Youngjae keluar mengotori perutnya dan tangan Daehyun. Kecupan Daehyun berhenti, namun tangannya masih bergerak pelan membantu Youngjae mengeluarkan semua cairannya.

"ahh..."

Nafas Youngjae tersengal, dia menatap Daehyun yang kini juga menatapnya.

"kau ingin aku menggunakan kondom ?."

Youngjae menggeleng.

"lebih nikmat bercinta tanpa menggunakan benda itu bukan ?." kata Daehyun. Jemarinya yang di penuhi cairan Youngjae, menggoda pintu masuknya.

"Nghh...ahh.."

Daehyun mengusapkan satu-persatu jarinya pada hole Youngjae. membasahi lubang lelaki manis itu dengan cairannya sediri.

"Daehyunhh...shh..."

Daehyun membuat gerakan memutar, mengusap, lalu menusuk-nusukan jarinya tanpa ada niat untuk melesakannya ke dalam hole Youngjae.

"Daehh...masukhh kanhh..."

"kau ingin jariku saja ? tidak penisku ?."

"Nghh...keduahh- nyahh..shh.."

Jari Daehyun masih terus bergerak seperti itu.

"tidak bisa. Pilih satu."

"penismu...ahh...buka celanamuhh...Daehh..."

Daehyun berhenti, dia beranjak dari atas Youngjae untuk melepas celananya.

Youngjae melihat penis Daehyun yang sudah berdiri tegak.

"biar aku manjakan penismu." Kata Youngjae.

"tentu saja, lubangmu yang akan memanjakannya."

Daehyun mengocok penisnya sebentar, untuk mempersiapkannya, sebelum kembali menindih Youngjae.

"aku akan masuk."

"Akhhh..."

Youngjae memejamkan matanya erat, mengalungkan tangannya pada leher Daehyun. Kenapa penis Daehyun masih sulit untuk masuk ke lubangnya ?.

Daehyun berhenti. Dia tak tahu, hatinya bergetar melihat Youngjae yang kesakitan.

"kau baik-baik saja ? haruskah-"

"lakukan dengan cepat shh- jika kau berhenti akan semakin sakit."

"tahan sebentar sayang."

"Aakhhh..."

Daehyun menghentakan kejantanannya kuat. Youngjae merasa seperti sedang melakukan seks pertamanya. Dia tak mengerti, perlakuan Daehyun benar-benar berbeda dari malam itu. Mungkin, malam itu karena Daehyun menggunakan obat perangsang.

"bergeraklah." Kata Youngjae

Daehyun mengecup kedua kelopak mata Youngjae yang masih tertutup. Sebelum menarik perlahan kejantanannya, hanya menyisakan kepalanya. Lalu, kembali menghentaknya secepat kilat.

"Ahh..."

Tepat mengenai titik ternikmat Youngjae.

"shh...ah ahh...Daehh..."

Daehyun bergerak dengan tempo sedang.

"buka matamu sayang." Pinta Daehyun.

Youngjae membuka matanya, dia meremas surai coklat milik Daehyun. Sementara laki-laki yang menyetubuhinya juga memberikan kecupan-kecupan sensual pada lehernya.

"Daehyunhh...ohh...ah ahh..."

Youngjae tak bisa menutup mulutnya barang sedetik pun, dia sibuk mendesahkan nama Daehyun.

"cepathh...Daehh...ahh..."

Dia merintih, meminta Daehyun agar lebih mempercepat gerakannya.

"Ahh...ahh..."

"shh...ahh...Jaehh.."

Daehyun pun tak bisa jika tak mendesah. Lubang Youngjae terlalu nikmat. Dia bergerak lebih cepat. Tangannya meraih milik Youngjae dan mengocoknya. Membuat lelaki manis itu semakin mendesah keras.

"ah ahh...ahh...Daehh.."

"Daehyunhh...ahh...akuhh shh akanhh..."

"sebentar sayang ahh..."

Dengan gerakannya yang semakin cepat menabrak sweetspot Youngjae, tangannya juga tak berhenti mengocok milik lelaki manis itu.

"Ohh...ahh..ahh.."

"ahh... ah Ahh Daehh~ "

"Jaehh.. Aahhh~ "

Daehyun ikut kimaks karena hole lelaki manis itu semakin menjepit penisnya kuat, di saat Youngjae sampai pada puncaknya.

Nafas mereka yang memburu saling beradu. Mendominasi kamar hotel yang terasa begitu panas. Mereka saling bertatapan lekat, Daehyun mengusap lembut pipi Youngjae

"sebenarnya aku berencana menyetubuhimu kasar, jika aku bertemu denganmu lagi. Aku ingin balas dendam." Kata Daehyun.

"lakukan."

Daehyun menggeleng. "tapi ternyata aku tidak bisa."

"Youngjae-ah. aku tidak pernah tahu, ternyata selama aku terus berusaha mencarimu, itu karena aku merindukanmu. Aku tidak pernah tahu, jika fantasy-fantasy liarku bersamamu membuatku jatuh cinta padamu."

Youngjae mengalihkan pandangannya, dia bergerak pelan. Ingin menenangkan hatinya yang tiba-tiba terasa bergetar.

dia memang merasa di perlakukan berbeda malam ini. semua partner seks nya tak pernah peduli dengan dirinya. Mereka hanya peduli bagaimana cara memuaskan diri mereka dengan tubuhnya.

Dan, malam ini Daehyun memang memperlakukan dirinya dengan lembut, dia tak hanya memikirkan kepuasannya sendiri. Daehyun juga ingin membuat Youngjae merasa malam ini begitu indah. Selama dirinya melakukan seks, tak pernah sekalipun dia di perlakukan selembut ini. Daehyun menyentuhnya penuh dengan cinta.

"kau sudah gila." Youngjae mendesis memejamkan matanya, menyembunyikan matanya yang berkaca-kaca.

"aku sudah mengatakan, aku memang gila. Terdengar aneh, aku jatuh cinta padamu karena sering berfantasy liar denganmu. Tapi, itu memang yang terjadi padaku."

Daehyun menarik pelan penisnya keluar. Dia mengecup bibir Youngjae yang sudah membengkak.

"aku mencintaimu."

Mulut Youngjae tertutup rapat, dia masih setia memejamkan matanya. Sebuah ketulusan tersirat dari pernyataan cinta Daehyun. Dia tak tau harus bagaimana menyikapinya.

Daehyun membenarkan posisi Youngjae senyaman mungkin, berbaring di sebelahnya sebelum menyelimuti tubuh telanjang mereka.

Dia memeluk Youngjae posesif. "jangan tinggalkan aku lagi sebelum aku terbangun."

.

.

.

Angin pagi yang menerpa masuk ke dalam kamar hotel itu membuat Daehyun terbangun karena tubuhnya merasa dingin. Dia tiba-tiba terduduk, karena tempat di sebelahnya sudah kosong.

Youngjae meninggalkannya lagi ?.

Tidak. Lelaki manis itu, berada di balkon. Berdiri di dekat pagar pembatas, dengan hanya mengenakan kemejanya, tanpa bawahan apapun.

Daehyun turun dari tempat tidur, memakai celananya sebelum menghampiri Youngjae.

Lelaki manis itu sedang merokok, dia mengambil rokok yang baru akan di hisap Youngjae, lalu menghisapnya. Daehyun terbatuk karena dia tak terbiasa merokok, membuat Youngjae tertawa.

Dia mengembalikan rokok itu pada Youngjae.

"aku kira kau merokok ganja." Kata Daehyun.

"aku tidak pernah menyentuh narkoba."

Daehyun mensejajarkan dirinya dengan Youngjae, dia menatap lelaki manis itu dari samping.

"dimataku kau seperti bunga liar." Ucap Daehyun.

"kau indah, menawan. Setiap orang yang melihatmu pasti akan kagum dengan parasmu. Kau hidup bebas, namun memiliki batasan-batasan. Kau melakukan seks dengan cara aman, tidak menggunakan narkoba. Itu tampak Seperti duri pada bunga liar, untuk melindungi dirinya."

Youngjae hanya meliriknya, berusaha tak mendengarkan ocehan tak jelas laki-laki itu.

"terlebih saat berada di atas ranjang, kau begitu liar. Aku menyukai itu." Lanjut Daehyun.

"setelah kita melakukan seks malam itu, dengan siapa lagi kau tidur ?." Daehyun bertanya.

"tidak ada."

"apa aku satu-satunya partner sex mu yang tak menggunakan kondom ?."

"ya."

Daehyun tersenyum, dan Youngjae melihat senyuman itu, sebuah senyuman kebanggaan.

"kenapa ? kau merasa bangga dengan itu ?." cibir Youngjae.

"tentu saja. Aku merasa spesial. Jika mungkin nanti kau hamil, sudah pasti itu anakku."

Youngjae menjatuhkan rahangnya, mendengar kalimat Daehyun. "kau mabuk ? atau kesadaranmu belum terkumpul ?."

"mulai saat ini jangan pernah tidur dengan pria lain. Jika kau ingin melakukan seks, hanya lakukan denganku." Kata Daehyun.

"aku akan tidur dengan siapa saja yang aku inginkan."

"jika begitu, jadilah kekasihku. Maka hanya aku yang berhak atas tubuhmu."

"aku tidak akan berkencan dengan seseorang yang hanya mencintai tubuhku."

"aku jatuh cinta padamu memang berawal dari tubuhmu. Tapi, aku tidak akan peduli siapa dirimu, bagaimana hidupmu, dan sudah berapa banyak laki-laki yang menidurimu."

Daehyun berpindah ke belakang Youngjae, memeluk laki-laki manis itu.

"aku mencintaimu Youngjae-ah." Daehyun berkata tulus.

Youngjae mematikan rokoknya dan menghela nafas.

"kita lakukan seks sekali lagi. setelah itu, mari jangan bertemu lagi." Katanya.

Daehyun semakin mengeratkan pelukannya. "tidak mau. Bagaimana bisa kau menyuruhku untuk tidak bertemu dengan kekasihku."

"Dae-."

"kita buat taruhan saja. Jika aku yang klimaks terlebih dahulu, aku akan menuruti katamu. Tapi, jika kau yang klimaks terlebih dahulu, biarkan aku terus menemuimu."

Tangan Daehyun mulai merayap kebalik kemeja Youngjae, menggenggam milik lelaki manis itu yang masih tertidur. Dia mulai mengurutnya.

"Ahh...Daehh...kauhh..."

Youngjae menjatuhkan kepalanya di pundak Daehyun. Laki-laki di belakangnya itu bergerak menggesekan kejantanannya yang masih tertutupi celana dengan pantatnya.

"Daehh...ahh...di dalam sajahh.."

Youngjae menahan satu tangan Daehyun yang akan membuka kancing kemejanya. Apa dia sudah gila ? bercinta di tempat terbuka seperti ini, di pagi hari dimana banyak orang yang beraktifitas. Di sekitar mereka adalah gedung-gedung pencakar langit.

Daehyun melepaskan milik Youngjae yang sudah terbangun. "kenapa sayang ?."

"di dalam saja bodoh."

Daehyun tak mempedulikannya, dia mendorong tubuh Youngjae agar menungging. Lelaki manis itu berpegangan pada pagar pembatas. Dirasanya Daehyun menyingkap bagian bawah kemejanya.

"Daehyun jangan gila."

Satu tangan Daehyun menahan punggung Youngjae agar lelaki manis itu tak merubah posisinya. Sementara satu tangannya lagi membuka kancing celananya dan menurunkan resletingnya.

"kau lupa jika aku memang gila ?."

Dia mengeluarkan penisnya, mengocoknya sebentar sebelum memasukannya ke dalam hole Youngjae dalam satu kali hentak.

"Ahh..."

Youngjae menunduk dan semakin mencengkram erat pagar pembatas. Dia kembali mendesah, saat Daehyun mulai bergerak.

"ohh...ahh...ahh..."

"shh...maaf sayang ahh- aku tidak membasahi lubangmu dulu ahh..."

"Daehyunhh...ah ah ahh..."

"kita akan masuk ahh... ke dalam jika kau cepat klimaks shh..."

"tidakhh..."

"kita lihat saja."

Daehyun mempercepat gerakannya, kedua tangannya menyusup ke balik kemeja Youngjae. memainkan nipplenya. Mencubit, memilin, dan mengusapnya.

"Ahh...Daehh..."

"shh... ohh.. ah ahh..."

Tangan Daehyun berpindah, untuk memanjakan milik Youngjae. dia benar-benar bersemangat untuk membuat Youngjae klimaks sebelum dirinya.

"Daehyunhh...ahh...lepashh..."

Kaki Youngjae bergetar, berusaha menyangga tubuhnya yang di hujami kenikmatan. Jika dia tak pergegang pada pagar pembatas, sudah pasti dia akan terjatuh.

"Daehh...akuhh..."

"ah ohh..ahh...Daehyunhh~"

Daehyun berhenti bergerak, membiarkan Youngjae menikmati klimaksnya. Dia mencabut penisnya yang masih ereksi dari lubang Youngjae.

Dia menarik tubuh lelaki manis, agar menegakan tubuhnya lalu, membalik tubuhnya agar berhadapan dengannya.

Daehyun mengecupi wajah lelaki manis itu.

"kau sudah tahu, apa yang harus kita lakukan."

Dia mengangkat tubuh Youngjae ke dalam gendongannya, membawanya masuk ke dalam. Dan desahan-desahan erotis kembali terdengar dari kamar hotel itu. Tak tahu, kapan kegiatan panas mereka akan berakhir.

.

.

.

TBC


Hai~ terima kasih yang sudah baca, RnR, follow dan favorite One Night Stand kemarin kekeke~

Dan ini sequelnya yang makin absurd :v kemungkinan ini cuma twoshoot.

See you^^