Bungo Stray Dogs (c) Asagiri Kafka, Harukawa 35. No copyright infringements are intended. Nonprofit purpose, just for self-satisfaction. Standard warnings applied. Notes: OOC; siscon (?); alternate universe; alternate reality; untuk Gin yang kita cintai #halah
.
.
"Gin, turun."
Panggilan—atau perintah ketiga pagi ini, mengudara.
Merasa terganggu, gadis itu menoleh ke belakang dengan perasaan enggan, kepalanya sedikit menunduk karena tempatnya berdiri lebih tinggi dari si pemanggil.
Oke, yang didapati netra hitamnya adalah kakak tersayang yang sedang melipat tangan di dada dan alis tertekuk dalam. Kesimpulan sementara, kakaknya marah. Alasan pertama: Gin lagi-lagi kedapatan mengintip tetangga, dan alasan kedua: Gin dua kali mengabaikan perintah kakaknya.
"Mou, Ryuu-nii mengganggu saja." Bibir mungil itu mengerucut lucu. "Berangkat kuliah sana! Nanti terlambat. Aku masih mau lihat Atsu-kun," ucapnya singkat, sebelum tubuhnya kembali berbalik untuk melanjutkan aktivitas.
Halah, apa-apaan panggilannya itu. Atsu-kun? Sok akrab sekali. Padahal bicara tatap muka lima menit saja sudah tremor.
Oke, Gin memang aneh, tapi berkat kepindahan dia sebulan lalu, kadar keanehan adik tersayangnya meningkat drastis. Senyum-senyum sendiri yang sungguh tidak Akutagawa sekali, hingga melontarkan pertanyaan menohok seperti "Ryuu-nii lebih suka bersama Dazai-san atau Atsushi-sama, sih?"
Ryuunosuke cuma bisa elus dada.
Gin merespon dengan senyum ala bidadari surga.
Tolong, kalau Ryuunosuke tahu kepindahan tetangganya itu akan berdampak pada kewarasan adiknya, ia pasti sudah minta Ayah Bunda menggusur tanah sebelah untuk dijadikan pasar malam atau kolam renang wisata.
Sekali lagi, Ryuunosuke sungguh tidak habis pikir dengan kelakuan adiknya.
Lagipula, apa sih bagusnya si Nakajima itu? Ryuunosuke pernah bertanya.
Dan dijawab panjang lebar dengan, Apa sih yang Ryuu-nii pikirkan selama ini? Of course its because Atsushi-sama is clever. At the early age of five, he had already set his life course on copy-writer or novelist. He had learned to read when he was four, was devouring Mr. Pickles Goes Downtown and Let's Take A Trip To Headquarters! at four and a half, and at five he was already telling his mom he was going to be a novelist like his idol. By six and seven he had graduated to Agatha Christie Mystery Series, and by ten, he was sounding out his first Ellery Queen novel. Atsushi-sama is better than Ryuu-nii.
Ryuunosuke sudah cerita belum kalau adiknya itu sama pintarnya dengan dirinya?
Pintar nge-les, maksudnya.
Nakajima Atsushi memang pernah bercerita kalau yang bersangkutan berkeinginan menjadi penulis dan memiliki ketertarikan dengan genre misteri, tapi darimana Gin tahu tentang semua itu? Nge-stalk kan juga ada batasannya. Nggak ngorek informasi semenjak balita juga kali, dek.
Bosan diabaikan, Ryuunosuke meningkatkan intonasi suara. "Turun atau kugunting celana dalammu."
"RYUU-NII."
"Apa."
Ryuu-nii—Ryuunosuke oniisan, makin menajamkan sorot matanya. Iris abu-abunya mengilat tak suka. Hei, siapa juga yang tidak kesal melihat adik perempuannya bangun pagi-pagi hanya untuk mengintip tetangga mereka—yang katanya tampan itu—memberi makan anjing. Masih pakai dress tidur yang roknya hanya setengah paha pula—lihat! terkena angin sedikit saja, celana dalam putih dengan renda-renda pink itu terekspos jelas. Untung, Akutagawa Ryuunosuke masih waras untuk tidak berbuat macam-macam.
Mungkin Ryuunosuke harus memerintahkan para butler untuk meninggikan pagar rumah mereka, atau meminta penjaga kebun membabat habis semak perdu di sekitaran pagar yang digunakan adik mungilnya sebagai tempat persembunyian kursi untuk memanjat, atau mungkin ... mengusir tetangga sasaran intip yang notabennya adalah teman sekampus. Tidak, tidak, tidak. Semuanya beresiko untuk memancing amukan ibunda mereka. Apalagi untuk opsi kedua, membabat semak perdu, bisa-bisa malah rambutnya yang dibabat.
Ryuunosuke menghela napas. Yang bisa ia lakukan saat ini hanya menghentikan kelakuan absurd adiknya. "Turun. Dari. Kursi. Sekarang!"
Merasa tak punya pilihan, Gin segera melompat ke bawah. Kaki-kaki kecil itu akhirnya menapak tanah setelah sedari tadi berjinjit di atas kursi plastik.
Melihat tampang kakaknya yang ganteng tapi menyebalkan itu terus berekspresi asam, membuat kejengkelannya makin memuncak. Pasti perasaan negatif itu akumulasi dari peristiwa semalam. Iyaaa, saat dirinya belum tidur. Iyaaa, saat dirinya iseng menyibak gorden karena mendengar suara mobil si tetangga. Dan iyaaa, saat mendapati sang pujaan hati—Nakajima Atsushi pulang bersama wanita cantik bermarga Montgomery sambil saling melempar senyum bahagia. Iyaaa itu semua yang bikin kesal. Pokoknya Kesal, kesal, kesal, kesallllll.
Mata Ryuunosuke memicing, dagu naik tanda arogansi. "Masuk. Mandi. Lalu sarapan."
"Hmph—" menoleh dengan enggan. "Ini bukan karena aku takut sama Ryuu-nii loh ya."
Punya adik tsundere itu menyebalkan. Tapi punya adik tsundere ditambah sifat kepala batu itu lebih dari sekadar ujian. —Akutagawa Ryuunosuke, 19 tahun.
.
end.
