enam puluh detik

haikyuu © furudate haruichi. saya tidak mengambil keuntungan materiil dari fanfiksi ini


Helaian yang menyentuh jemariku itu begitu halus bagai sutra cina. Amat panjang, kurasa bisa dibanding dari ujung jemari hingga pangkal lenganku. Tentu itu benar, karena memang helai pirang milikmu ini jatuh hingga menyentuh pinggangmu.

Kubayangkan pirangmu ini, yang selalu berdansa setiap kali mentari menyinari. Namun aku lebih menyukainya bila bulanlah yang bersanding denganmu. Aku ingat pernah merasa seperti pepatah lama, membuatku sedikit agak pesimis untuk mendapatkanmu. Tapi aku berusaha, berharap, dan berdoa (hei, aku tak seburuk yang orang lain sangka). Dan kamu akhirnya ada di sisiku.

Kuhirup aroma khasmu, harum sabun stroberi kesukaanmu. Seleramu tak pernah berubah ya, konsisten sekali. Kuingat harum ini melekat pada tubuhmu, dirimu, sebagai identitasmu. Tak mungkin aku akan salah mengenalimu dengan aroma seperti ini. Aku hanya perlu menaikkan kepalaku sedikit, menghirup udara dalam-dalam, dan aku akan menemukanmu.

Ada senyum di bibirku.

Kamu takkan membiarkan dirimu terkejar olehku, aku tahu, namun aku optimis. Kekuatan orang optimis dapat menaklukkan dunia, tahukah kamu tentang itu?

Misteri itu memang plakatmu. Aku menyukai hari-hari yang kuhabiskan untuk menerka apa arti dari setiap palingan wajahmu, kerutan di hidung, kilat yang hadir di mata berbingkai milikmu. Walau terkadang salah kuinterpretasikan, kamu selalu memberiku ruang untuk belajar lagi. Mungkin karena aku selalu jujur padamu, pintu maaf terbuka untukku.

Kei, cintaku. Maukah kamu memberi maaf untukku kali ini? Bahwa kejujuranku kali ini mungkin akan membunuhmu. Yah, kedengarannya hiperbolis, memang. Tapi kamu kenal aku, 'kan. Mungkin kamu akan marah padaku. Membenciku, malah. Ya, mungkin yang terakhir itulah pilihan yang akan kamu ambil.

Tapi mengertilah, Kei. Aku melakukan ini karena sudah menjadi kewajibanku untuk melakukannya.

Walau sejujurnya aku sendiri juga sakit merasakannya. Maka aku mencoba untuk bersabar.

Kei, aku enggan untuk mengatakan 'aku mencintaimu'. Kedengarannya seperti akhir cerita romansa yang manis. Tidak, tidak ada yang manis tentang hubungan kita. Manis terlalu singkat untuk mendeskripsikan lika-liku kita berdua. Selain itu, kita belum berakhir.

Jadi, izinkan aku berkata—

"—Aku rindu padamu. Aku ingin bertemu denganmu lagi."

Kuharap aku sempat mendengar balasan darimu.


"Aku juga merindukanmu, Tetsurou."


(Dan jemari panjang itu menggenggam erat tangan besar yang takkan lagi ada jiwanya di bumi ini.)


note. jangan tanya kok judulnya 60 detik oke