Laziness Day
AU
~KakaSaku~
~SasuHina~
Naruto © Masashi Kishimoto
Story by Novia Evenson
Writen and Edited by Kawashima Miharu
CHAPTER I
Sasuke's POV
Apa sih yang dipikirkan orang tua itu? Aku tidak habis pikir. Cukup sudah! Semoga ini kali terakhir kami sekeluarga berpindah-pindah kota. Aku heran, mereka itu hobi atau apa sih? Berkali-kali pindah kota dalam tahun terakhir ini dan yang paling kena imbasnya adalah aku. Aku harus sering gonta-ganti dari sekolah satu ke sekolah lain. Hal ini juga yang menjadi alasan dengan sikap antisosialku ini.
Bagaimana tidak? Belum sempat aku mendapatkan teman, pasti arang tuaku akan pindah kota lagi ataupun jika aku sudah mendapatkan teman juga percuma, toh aku bakal pindah juga. Pokoknya. Ini. Yang. Terakhir!
" Sewot nih otouto! " goda si baka aniki aka itachi sambil mengangkat kardus berisi barang-barang miliknya ke dalam rumah. Ya, kali ini kami sedang memindahkan barang-barang ke rumah yang akan kami tinggali ini.
Melihat kelakuan aniki semakin membuat hatiku gondok setengah mati. Aku sangat mengerti jalan pikiran itachi, dia sama sekali tidak mempersoalkan masalah ini. Dia memang berjiwa sosialita, sangat kontras denganku.
Dia pernah berkata dengan soknya padaku dua hari yang lalu saat ibu memberi tahu bahwa kami akan pindah "Sudahlah Sasuke, tidak apa-apa kan kita pindah toh tidak buruk juga kan? Lagipula banyak cewek yang bakal kau kenal di kota ini. "
Cih… malas benar aku mendengar ocehan tak bermutu dari orang macam dia. Bukan apa-apa, bukannya aku tidak suka cewek, aku hanya tidak suka dengan sikap-sikap cewek di sekitarku. Mereka memandangku seakan-akan aku ini mahkluk langka di dunia yang sebentar lagi akan punah. Apalagi mereka juga sok cari perhatian di depanku, mengajak diner lah, kencan atau nonton film atau bla bla bla bla...
Kata Itachi aku harus bersyukur karena masih ada cewek yang mau dengan ku dengan sikapku yang err... agak kasar ini ( baca: galak kuadrat).
Ah ya sudahlah ... tidak penting memikirkan masalah yang hanya membuat moodku semakin jelek.
Oh iya, waktu kecil dulu aku pernah tinggal di sini beberapa tahun. Kira-kira aku masih duduk di bangku kelas dua SD dan tiga tahun kemudian aku pindah ke kota lain yang kata orang tua ku demi alasan bisnis.
Dulu di kota Konoha ini aku memiliki dua orang teman bisa dibilang sahabat. Aku masih ingat mereka, Naruto si Pirang berisik berambut jabrik yang selalu berteriak-teriak di segala tempat dan kondisi apapun. Dan si Pink Sakura yang cengeng karena sering diejek karena jidatnya lebar. Dulu dia naksir setengah mati dengan Itachi, katanya dia akan menjadi istrinya suatu saat nanti. Yang benar saja aku yakin dia akan menyesal kalau mengingatnya sekarang. Si playboy baka itu jauh dari kata suami yang baik-baik.
Siapa yang menyangka aku akan kembali ke kota ini Hmm mungkin aku bisa bertemu mereka berdua.
Sebenarnya aku malas melakukan hal ini, aku sering kali mengalami hal seperti ini, terjebak di ruang kepala sekolah dengan pidatonya tentang betapa kerennya sekolah ini. Sudah 15 menit lebih orang tua gemuk berambut putih itu menyerocos, yang sebagian besar tidak masuk ke dalam otakku, masuk kuping kanan keluar kuping kiri.
Akupun hanya ber-Hn ria menanggapi ocehannya itu. Beruntung seseorang masuk dan menyelamatkan aku dari betapa membosankannya orang ini.
Normal's POV
" Baiklah uchiha-kun, namaku Iruka Umino panggil saja Iruka sensei. Aku yang akan menjadi wali kelasmu tahun ini, " ucap pria berambut coklat yang memiliki semacam bekas luka sayatan di wajahnya itu.
" Hn " jawab uchia itu dengan trademarknya.
Merekapun berjalan melewati koridor menuju kelas X8. kelas di mana Sasuke akan melanjutkan masa SMA-nya ke depan, itupun kalau orangtuanya tidak pindah keluar kota lagi.
Sebenarnya bukan tanpa alasan orang tua Sasuke sering berpindah dari suatu kota ke kota lain. Mereka memang menguasai segala bidang dalam bisnis, mulai dari restorant, property, butik, eksport import dan masih banyak yang bahkan tidak diketahui oleh orang umum. Perusahaannya pun menyebar di berbagai kota baik di Jepang maupun negara lainnya. Jadi tak heran kalau mereka sering berpindah tempat demi alasan keutuhan keluarga. Meskipun pada nyatanya mereka jarang bertemu, apalagi dengan ambisi Fugaku Uchiha untuk terus mengembangkan bisnisnya dan kali ini targetnya adalah Konoha.
Hinata's POV
Hari ini kelas ramai sekali, hal ini mayoritas disumbang oleh mulut cewek- cewek yang asyik bergosip tentang kabar yang beredar mengenai adanya murid baru. Bisa kupastikan siswa baru itu putra Adam, kalau tidak mana mungkin si Ratu gosip Ino berkobar-kobar dari tadi.
Lagi pula, kenapa sih sekolah ini masih menerima murid baru? Bukannya penerimaan murid baru sudah ditutup. Dan juga ini sudah dua bulan semenjak awal semester pelajaran berlangsung. Memang ada masalah apa, sampai-sampai siswa baru itu pindah kemari. Memang sih aku tidak terlalu peduli pada alasan kepindahannya tapi bagaimana kalau dia berbuat onar dan dikeluarkan dari sekolah asalnya.
Semoga saja hal terakhir tadi tidak benar. Aku tidak mau masa-masa SMA ku ternodai dengan kehadiran pembuat masalah. Cukup sudah aku ditindas waktu SD dan aku tak mau peristiwa itu terulang lagi.
Pintu kelas bergeser dan masuklah Iruka sensei dan seorang cowok dan kalau dilihat dengan kacamata Ino cowok itu akan masuk dalam daftar cowok paling keren seantero jagat raya, surga dan neraka. Hal pertama yang kupikirkan adalah KEREN.
Kulitnya putih pucat bagai porselen dengan mata onix yang tajam dan tulang pipi tinggi dan badannyapun tegap dia berpotensi membuat cewek-cewek menggila dengan berbagai fantasi mereka. Rambutnya dimodel emo dengan warna senada dengan matanya dan sedikt kebiru-biruan.
Bisa kupastikan Ino-chan jatuh cinta setengah mati dengan cowok ini, itu bisa kusimpulkan dari matanya yang berbinar-binar dengan mulut yang menganga lebar . bukan hanya dia tapi seluruh cewek kelas ini. Di pihak cowok-cowok, orang ini akan menjadi saingan baru dalam usaha menggaet cewek-cewek. Secara dia keren gila.
Kalau saja aku tidak dijodohkan dengan anak dari teman Ibuku, aku pasti tidak akan bisa menahan perasaan kalau aku naksir dia. Ya... terima nasiplah oh aku sudah terdengar seperti Neji-nii(destiny boy). Moga-moga someone yang dijodohkan denganku tidak kalah keren dari dia.
Sasuke's POV
Kejadian sama terulang, ini bukan de javu namun sudah seperti kegiatan rutin yang kualami. Aku berdiri di depan kelas dengan tatapan ingin tahu dari mahkluk yang notabene wanita aka monster. Aku berdiri di sini dengan canggung, merasa asing dengan lingkungan baru ini.
Setelah Iruka sensei memberikan sedikit pengantar tentang aku-si murid baru sebentar lagi tiba giliranku buka suara untuk memperkenalkan diri. Bisa kulihat grup cewek yang duduk di pojok depan sangat antusias saat Iruka sensei menyuruhku untuk memperkenalkan diri. Mereka seakan-akan wartawan yang yang menganggap sebuah informasi sekecil apapun dariku sangatlah penting, setara dengan gosip kedekatan Joe Jonas- Demi Lovato ataupun putusnya duo Taylor.
"Perkenalan saya Uchiha Sasuke pindahan dari Otogakure High School," suaraku cukup lantang untuk didengar seluruh isi kelas. Dapat kurasakan cewek-cewek itu bergumam dan berbisik-bisik dengan nyaring hingga terdengar di telingaku.
Segera setelah Iruka sensei menyuruhku duduk, aku segera menuju bangku kosong nomor dua dari belakang di samping kiri. Lumayan, untuk menghindai tatapan mengintai dari cewek penghuni kelas ini.
Tak lama setelah aku duduk, pelajaranpun dimulai. Perasamaan Kuadrat, materi ini sudah kupelajari di SMA ku sebelumnya, meskipun aku berada di sana kurang dari dua bulan namun sistem di ex-sekolahku itu sangat cepat dan efisien. Tidak heran, standart masuk ke sekolah itu sangat tinggi. Aku yang termasuk jenius ini tentu tidak sulit untuk masuk ke sna. Narsis sedikit boleh donk.
Aku paling malas jika harus mengulang pelajaran yang sama seperti ini, jadi kualihkan pandanganku mengamati kelas baruku ini.
Secara umum sekolah ini memang sama bagusnya dengan sekolahku di Otto. Bangunannya megah dengn arsitektur klasik serta ditunjang berbagai fasilitas, muridnya-pun tidak bisa dibilang buruk. Tidak sedikit alumni sekolah ini yang sukses, bahkan Perdana Menteri pun masuk dalam daftar ini.
Kemudian pandanganku menangkap sesosok cewek dengan ekspresi berbeda dari yang lainnya. Begitu serius dengan apa yang dipandangnya keluar jendela, mengabaikan keadaan sekitarnya seakan-akan dia hidup sendiri di khayalannya, dunia miliknya.
Bahkan tadi waktu aku memperkenalkan diri ia sama sekali tidak menatapku, aneh. Apa aku kurang menarik baginya? Yang benar saja, tidak ada satu cewekpun yang menoleh saat aku berada di sekitar mereka. Tidak ada seorang cewekpun yang mengacuhkanku seperti ini. Aku merasa sangat tersinggung dengan sikapnya, aku tidak biasa ditolak.
Tbc
