Author= Imsoojung

Genry= mistery, friendslip, and other

Cast= Shin donghoo(ukiss), Kang minhyuk (Cn blue), lee sungyeol (infinite), Lee Minho, Leeteuk, Songjoongki, young ah, Shin kyungri, park minji, and other..

Disclamer= semua cast yang author tulis diatas milik tuhan dan keluarga masing masing serta para fans, namun khusus yang bernama SHIN DONGHO HE IS MINEEE!#maksa*PLAKK ditabok Dongholick.

Warming= abal, Eyd yang tidak sempurna,AU, typo membuat kaki Minus dan mata keseleo, gaje stadium 12, dan beberapa kesalahan dalam fanfic ini.

Oke gak usah banyak cincong silahkan baca dan jangan tabok author jika ff ini jelek, karna jujur ini ff pertama saya yang saya publis dan saya juga author baru. Jadi maaf maaf maaf#bungkuk 3 kali..

_don't like don't read, no plagiat.._

Dongho mundur dari tempatnya yang semula dari kerumunan orang orang yang hendak melihat orang mati, bodoh memang untuk apa mereka sempit sempitan begitu hanya untuk melihat orang mati. Sedangkan sudah jelas bahwa mati itu sangatlah tidak menyenangkan, apa mereka terlalu penasaran dengan betapa sadis dan nyatanya cara orang atau yeoja berumur 18 tahun itu mati. Penyiksaan yang berat memang yang dirasakan oleh yeoja bernick name Hyeri yang sedang terbujur kaku di laboratorium sains itu yang sedang diintrogasi dan di ambil fotonya oleh petugas.

Dongho bergidik membayangkan cara sipembunuh menyiksanya, dengan hasil yang begitu memuaskan membuat sang korban tersiksa begitu. Ia tak bisa membayangkan betapa mengerikannya jika ia berada langsung di tempat kejadian. Ia memperhatikan kerumunan orang orang yang ada disepan laboratorium Sains, dongho menjauh dari sana.

Diambilnya handpone dalam sakunya, dan ditekannya beberapa huruf disana. Memanggil sahabat mungkin..

"Kyungri-ah kau dimana?... kau sudah makan?... ne,hati hati jika ada orang tak dikenal menjauh lah..." ia menutup percakapannya, untuk apa ia menelpon kalau hanya sebentar begini?

Ia mengambil lagi handponenya yang sudah dimaksukkannya kesakunya dengan malas, lalu dilihatnya sebuah pesan terpampang disana. Ia menghela napas sampai kapan hyung nya ini akan berhenti bersikap idiot?

Ia cepat keluar dari sekolahnya walaupun jam sekolah belum selesai, ia sedikit berlari kecil. Ditatapnya sekitarnya ia berhenti saat menemukan hyungnya Lee sungyeol sedang menunduk didepannya seorang namja memarahinya.

"Weo?" napas Dongho mulai tersengal, cukup letih berlari dari sekolahnya ketempat hyungnya sekarang berada karna jaraknya juga lumayan jauh.

"Kau keluarganya? Kau lihat ia merusak mobilku! Butuh uang untuk memperbaikinya! Aishh anak ini sungguh ceroboh atau apa sih!" namja itu mulai membuka suaranya dan mengomel pada namja bernama Lee sungyeol itu.

"Ani, aku bukan keluarganya.. aku sahabatnya. Ne.. Ia memang ceroboh, ia selalu begitu jadi maklumi saja. Dan ini sebagai ganti rugi, selesai. Anggap ini semua tak terjadi,oke?" Dongho memberikan sejumlah uang pada namja itu.

"Aishhh, baiklah akan kumaafkan. Tapi aku tak mau melihat sekali lagi kecerobohanmu!" namja itu berlalu dan masuk kedalam mobil.

Dongho menoleh pada Sungyeol, yang ditatap hanya menunduk. Dongho menghela napas, diliriknya handpone yang masih tergenggam kuat ditangan Sungyeol. Dongho merangkul hyung kesayangannya itu atau bisa dibilang sahabat kesayangannya itu. Memang bukan keluarga namun mereka sudah terikat satu sama lain sejak kecil.

"Lain kali jangan lakukan itu lagi, dan cobalah menjadi seorang berpikir dewasa.. Aishh, kenapa hyung yang satu ini sungguh idiot! Sudahlah ayo makan, aku lapar. Minhyuk hyung juga pasti ingin dibawakan makanan..." Dongho berusaha mencairkan suasan, dan Sungyeol juga akhirnya mulai mengangkat kepalanya.

" Hemm, Ho-ah! Yang salah itu bukan aku tapi orang tua itu! Dia tiba tiba mundur saat lampu hijau tentu saja aku menabraknya.." ungkap Sungyeol.

"Lalu kenapa kau hanya diam saja?!"

"Itu.."

"Ahh, sudahlah ayo makan!"

.

.

.

.

"Enak?" tanya Dongho.

"Eoh!" sungyeol mengangguk sambil menghentikan suapannya.

"Ahhh, aku memang berbakat!" puji Dongho pada dirinya sendiri.

"Aishh, kau ini! Aku juga bisa kalau hanya masak kimci!" Sungyeol menjitak pelan dahi Dongho.

"Jinja? Kalau begitu jangan minta buatkan makanan padaku lagi!" Dongho mendengus.

"Oppa! Aku pulang, maaf tadi ada pelajaran tambahan.." Kyungri tiba tiba masuk lewat pintu depan, sambil menjinjing tasnya.

"Ne, lekaslah ganti baju, oppa buatkan ramen ne?"

"eoh.."

Dongho beranjak dari tempatnya yang semula, dan mulai berkutat didapur kecilnya. Sungyeol menatap Dongho. Sebuah deringan bel rumah berbunyi dari pintu luar, Sungyeol berdiri dan menghentikan makannya lalu berjalan menuju pintu depan. Dibukanya pintu itu perlahan dengan pelan setelah terbuk sempurna, ia menatap apa yang sedang ada dihadapannya. Sungyeol menatap sebuah kardus kecil dengan sebuah surat diatasnya. Dengan cepat diambilnya kotak kardus itu lalu cepat dibawanya masuk, dan ditutup dikuncinya pintu depan.

"Weo yeolie-ah?" tanya Dongho heran menatap Sungyeol yang sedang membawa sebuah kotak kardus.

"Ada paket, aku tidak tau dari siapa.." jawab Sungyeol.

"Ehm, taruh saja nanti kubuka.."

Dongho menaruh semangkuk ramen diatas meja, Kyungri langsung mengambil dan memakan ramen itu. Dongho kemudian berdalih kearah kotak yang baru saja dibawa masuk oleh sungyeol tadi. Ia berjalan kearah Sungyeol dan memperhatikan kotak yang ada disebelahya, dengan perlahan ia ambil kotak itu lalu dibukanya pembungkusnya.

Tak ada yang istimewa, hanya sebuah memori. Untuk apa dimasukkaan dikotak yang lumayan besar itu, hanya membuang buang tempat. Lagi pula siapa pengirimnya? Pengirimnya saja tidak jelas. Namun pada akhirnya ia mengambil juga memori kecil itu lalu dipasang dikamera videonya. Hanya ada 3 video disana, ia membuka yang pertama. Hanya 2 menit, gambar pertama menampilkan sebuah taman, gambar kedua ia melihat sebuah gedung kaca disana, gambar ketiga ia hanya melihat ruangan kosong sepi dan hampa, gambar keempat.. Tunggu bukankah itu laboratorium sains sekolahnya sebelum pembunuhan itu terjadi?

Alis Dongho bertautan, ia membuka video kedua. Sama, sebuah gambaran tanpa ada sosok yeoja atau pun namja yang muncul atau bahkan hanya lewat. Hanya sebuah ruang kelas mungkin, lalu gambar lain muncul sebuah kamar, gambar yang ketiga ada sebuah ruangan sepi namun berisi atau tidak kosong. Sebuah kursi duduk ada disana. Dongho menajamkan penglihatanya. Ada seorang remaja seumuran yeodongsaeng duduk disana, namun itu hanya kelihatan dari belakang saja kemudian video itu berhenti.

Dongho membuka video yang ke tiga, namun tak ada apa apa disana. Namun Dongho mendengar sebuah suara pelan, suara yang masih bisa didengarnya dan terdengar familiar ditelinganya. Kali ini ia manajamkan pendengarannya, dengan saksama ia mendengarkan suara yang hanya beberapa detik terekam itu.

"10058.." selesai hanya kata itu yang didengarnya kemudian video itu mati.

Dongho melepas lagi memori dalam kameranya, lalu ditatapnya sungyeol yang setengah bingung dihadapannya. Sungyeol mengangkat bahu saat melihat Dongho menatapnya dengan tatapan seperti bertanya tanya, bukan karna bingung namun karna ia mengerti. Hanya saja ia tak tau apa yang hendak disampaikan oleh sipengirim untuknya, dan apakah memory ini berhubungan dengan kematian teman sekolahnya? Atau hanya kebetulan?

"Ahh, mungkin hanya salah kirim.." tanggap Sungyeol.

"Mana kutahu, tapi aku yakin pasti ini memang untukku!" tegas Dongho.

"Mungkin, lalu kalau itu memang untuk mu kau tahu apa arti itu semua?" Tanya Sungyeol antusias.

"Ani.. tapi aku merasa orang ini memang mengirimnya untukku.." Dongho menggeleng, lalu ditatapnya Sungyeol yang sedang memutar ulang video tersebut.

"Atau mungkin memang salah kirim.." Dongho angkat bahu.

Handpone Dongho bergetar, sebuah sms masuk. Ditatapnya lama layar handponenya, lalu kemudian ia tertawa. Ia menatap Sungyeol yang masih asik sendiri dengan kamera video milik Dongho itu. Lalu tatapan Dongho beralih kearah Kyungri yang sedang meneruskan makannya.

"Kyungri-ah oppa pergi dulu,ne.." ujarnya setelah beberapa lama, kyungri mengangguk Sungyeol menoleh kearahnya.

"Kau mau kemana?"

"Kau sudah melupakan Minhyuk Hyung?!"

"Ahh, ne! Hampir saja aku melupakannya, mianhe.. Kalau begitu kajja!" Sungyeol menarik tangan Dongho menariknya keluar.

.

.

.

.

Jalanan sepi, hanya beberapa orang yang lewat. Mungkin karna hari sudah menjelang senja atau apalah. Dongho menatap sekitarnya, ia mendengar sesuatu dengan cepat ia menghentika langkahnya. Seperti teriakan seorang yeoja, namun Dongho menggeleng mungkin hanya seseorang yang sedang bercanda. Namun ia kembali mendengarkan, Sungyeolpun juga sama.

"Sepertinya dari lantai atas gedung ini.." Tunjuk Sungyeol pada gedung didepannya, Dongho hanya mengangguk.

"Kau mau kita masuk?" tanya Dongho sedangkan Sungyeol hanya mengangguk.

"Kau yakin?" Dongho memastikan, kali ini Sungyeol mengangguk dengan pasti.

"Sungguh?"

"Aishhh! Kau ini cerewet sekali!" Risau Sungyeol.

"Aku hanya memastikan!" Dongho membela dirinya.

.

.

.

.

"Kau yakin kita diperbolehkan mengurusi urusan orang lain?" Dongho menatap pintu didepannya, Sungyeol sekali lagi mengangguk.

Kreekkk..

Terdengar bunyi decitan pintu yang bergesekan dengan lantai, Sungyeol membuka perlahan pintu didepannya. Suara teriakan itu telah lenyap. Namun sekarang terdengar suara bisikan hantu. Dongho hanya mengikuti dengan malas dari belakang. Ditatap Sungyeol yang melangkah dengan percaya diri. Dongho takut saja yang dihadapinya sekarang ini bukanlah manusia. Sungyeol mengangkat tangannya pertanda berhenti, Dongho hanya mengikuti saja.

"Ho-ah.. aku mulai takut kalau sekarang kita berhadapan dengan hantu.." Sungyeol mengaku.

"Jinjja?! Bukankah kau yang paling berani tadi..?" Dongho menyindir.

"Aishh, terserah kau saja.." Sungyeol menghelas napas.

BRAAKK

Ada sesuatu yang jatuh disana, atau mungkin tepat dibelakang mereka. Darah mereka membeku, sekarang mereka ingin kabur, yah walaupun mungkin itu gagasan masuk akal. Perlahan kaki mereka mundur dari tempat semula, beberapa langkah kebelakang. Namun langkah mereka terhenti saat mereka mendengar seseorang mengetuk pintu 3 kali setelah itu sepi. Tak ada lagi suara disana, hanya suara angin yang berembus pelan lewat jendela yang sedikit terbuka.

"Sssttth.." terdengar suara bisikan pelan dari pintu yang tepat berada disamping mereka.

Dongho menggenggam kuat tangan Sungyeol, Sungyeol hanya diam ia tak tau apa yang harus mereka lakukan sekarang. Tiba tiba handpone Dongho berbunyi dengan nyaring, membuat seisi ruangan itu sedikit hidup. Dongho dengan cepat meraih handpone yang ada di sakunya dan segera mematikannya, Sungyeol bergerak mundur kakinya dengan perlahan melangkah kebelakang.

BRAAKKK

Sekali lagi suara yang sama, namun suara itu sudah terdengar jauh. Dongho melangkah berkebalikan dengan Sungyeol, ia berjalan kearah pintu yang tadinya ada disampingnya. Ia membuka perlahan pintu itu. Seketika tubuh serta darahnya berhenti bergerak, sekali lagi ia melihatnya. Seorang namja terbujur kaku dihadapannya tepat dihadapannya.

"AIGOO!" Seru Sungyeol setelah meyakinkan diri menyusul Dongho yang sekarang sedang membelakanginya.

Namja berambut pirang kemerahan itu tergeletak, terbujur kaku dihadapannya. Kini Sungyeol menyamakan posisi dirinya dengan dongho, sedangkan Dongho hanya diam mencoba menjernihkan pikirannya.

"Kita lapor polisi sekarang!" tegasnya setelah cukup lama terdiam, ia menarik lengan Sungyeol keluar dari ruangan itu dan segera melapor polisi.

"10058.. Nomor induk Kim JaeJoong.." Bisiknya sambil menggenggam erat handponenya.

"Maksudmu? Kau mengenal namja itu?" Dongho mengangguk.

"Temanku yang duduk paling belakang, nomor induk 10058..." Akunya.

"Dan yeoja yang meninggal dilaboratorium adalah teman sebangku..." Ungkapnya sekali lagi.

"Mangsudmu... Ini pembunuhan berantai?" Dongho mengangkat bahu menyatakan bahwa ia tak tahu, hanya menebak.

"Kau.. sahabatnya?" Sungyeol membuat Dongho melotot.

Suara iringan polisi terdengar dari kejauhan, seseorang mendatangi mereka. Dengan seragam polisi hitamnya ia menanyakan beberapa hal, dan meminta mereka untuk ikut kekantor polisi. Mereka hanya mengangguk.

.

.

.

.

"AAAA!" terdengar suara teriakan dari gedung didepan mereka, seorang yeoja terlihat dari arah balkon lantai dua dengan tubuh berlumuran darah. Kemudian yeoja itu ditarik oleh seorang namja, wajahnya tak terlihat topi menutupi kepalanya.

"TOLONG!"

to be countineu