Malam itu, hanya kesunyian yang mendominasi di antara kedua orang itu. Mereka—sepasang kekasih yang menggunakan taman itu sebagai tempat pertemuan mereka sehari-hari—hanya diam dan saling membuang muka, ragu untuk membunuh keheningan itu.
"Jadi," suara sang perempuan membuat lelaki di sebelahnya menoleh padanya, "apa yang ingin Ulquiorra-kun katakan padaku?"
Ulquiorra—itulah nama lelaki itu—hanya memandang perempuan itu melalui mata turquoise -nya. "Aku akan pindah, mulai besok aku tidak akan kembali lagi ke sini," jawabnya—namun dengan hati-hati, walau ia tahu, sepelan apa pun ia berkata hanya luka yang akan tertoreh di hati perempuan itu.
Dua Pilihan
"Hanya ada dua pilihan—yang berada di masa lalu atau di masa depannya"
-Disclaimer-
Bleach © Tite Kubo
xxx
Orihime Inoue Fic. IshiHime (truly) slight UlquiHime.
Genre Romance/Drama. Rated T.
3rd Person POV. AU. Maybe, Out-Of-Character. Don't Like Don't Read !
Happy Reading !
xxx
= Chapter 1 : Dua Orang Lelaki =
"Pindah? Ikut ayah Ulquiorra-kun lagi?" tanya perempuan itu—yang memiliki nama Orihime Inoue, yang tak lain adalah kekasihnya.
Ulquiorra terpaku sebentar, sebelum akhirnya mengangguk pelan.
"Dan hubungan kita tidak bisa dilanjutkan kembali?" tanya Orihime lagi.
"Maaf," hanya kata itu yang harus diungkapkannya untuk kali ini—karena ia tahu, hanya satu hal itu yang bisa membuatnya menutupi kesalahan besar itu. "Aku pikir, tidak mudah untuk menjalani hubungan jarak jauh. Kita juga tidak tahu dengan segala kemungkinan yang akan terjadi di masa depan."
"Tidak apa, aku mengerti. Memang begini sudah resikonya." sela Orihime dengan senyum tersungging di bibirnya. Hangat dan manis—itulah pikir Ulquiorra sejenak.
"Apakah kau bisa baik-baik saja di sini—tanpaku?"
Kini justru Orihime yang terpaku, walau akhirnya mengangguk pelan—dan terpaksa. "Ya, aku pasti bisa. Kau tidak perlu khawatir," ujar Orihime—masih dengan senyumnya.
"Ngg… maaf Ulquiorra-kun, aku masih ada urusan lain yang harus aku kerjakan. Aku pergi dulu—" Orihime memotong ucapannya sendiri dengan beranjak berdiri dan mulai berjalan pergi.
Namun, tangan itu memegang erat tangannya—melarangnya untuk pergi dulu sebelum semuanya berhasil diselesaikan.
"Ada satu hal lagi yang ingin aku katakan."
Orihime menarik napas lalu menghembuskannya dengan berat, kemudian berbalik secara perlahan—kembali menghadap Ulquiorra, lelaki berwajah stoic yang anehnya, sempat menjadi orang yang begitu berharga di hidupnya.
"Aku hanya ingin kau tahu… aku bahagia karena sempat menjadi orang yang berarti bagimu—di hatimu."
Orihime merasakan wajahnya mulai memanas. Matanya mulai berkaca-kaca—sekuat mungkin menahan semua pilu di dalamnya hatinya menyeruak keluar begitu saja.
Namun, tangan hangat itu kini menariknya—membawanya dalam pelukan perpisahan, untuk terakhir kalinya bagi mereka berdua.
"Maaf Orihime, maaf."
Bola mata indah itu mengeluarkan butiran bening sedikit demi sedikit—membasahi baju putih lelaki itu. Namun, lelaki itu hanya diam dan justru mempererat pelukannya.
"Selamat tinggal Orihime. Semoga saja, kau akan bahagia di sini—tanpaku."
xxx
Hari itu, Orihime terdiam—memeluk lututnya dan menyendiri di dalam kamarnya. Seharusnya sekarang ia mengantarkan Ulquiorra ke bandara, namun entah apa yang membuatnya mengurungkan semua niat tersebut. Karena cukup sampai di sana semua tentangnya dan Ulquiorra berakhir.
Orihime menengadahkan kepalanya dan menatap langit-langit kamarnya. Mungkin memang benar, melupakan sosok lelaki itu memakan waktu lama—atau mungkin ia tidak akan bisa melupakannya?
"Ulquiorra-kun..." Butiran bening itu kembali jatuh melampaui pipinya.
xxx
"Orihime, ayo makan ini," kata Tatsuki dengan nada rendah sembari berusaha menyuapkan makanan kepada perempuan muda di hadapannya.
Namun Orihime menolak dengan halus makanan tersebut dan kembali mempererat selimut yang menutupi seluruh tubuhnya.
Sahabat Orihime itu hanya bisa menghela napas pasrah lalu berkata pelan, "Kau bisa sakit bila terus seperti ini Orihime."
"Aku tidak apa-apa Tatsuki-chan, kau tidak perlu khawatir—"
"Tidak perlu khawatir? Bagaimana tidak khawatir bila kau tidak mau makan sama sekali selama dua hari ini? Ayolah Orihime, kau tidak bisa seperti ini hanya karena Ulquiorra saja," sela Tatsuki dengan raut wajah khawatirnya.
Orihime hanya menanggapi perkataan itu dengan senyum dan berujar lirih, "Aku akan baik-baik saja Tatsuki-chan, percayalah. Lagipula, aku tidak melakukan ini karena Ulquiorra-kun."
"Kau bohong—tampak jelas sekali di wajahmu."
Orihime hanya bisa menundukkan wajahnya dan berpikir semudah itukah ia ditebak? Memang ia merasakan dirinya cukup kacau karena kepergian lelaki itu—yang bahkan memutuskan komunikasi dengannya sejak beberapa hari yang lalu.
"Tidak, aku tidak berbohong. Tatsuki-chan, lebih baik kau segera kembali ke kantor, ini sudah siang. Soal makanan, nanti akan aku habiskan, aku janji," ucap Orihime lalu mulai mendorong pelan perempuan di depannya untuk segera pergi.
Tatsuki hanya bisa kembali menghela napas pasrah sebelum akhirnya menaruh mangkok berisi bubur dan beranjak berdiri.
"Baiklah, aku akan kembali bekerja. Tapi awas kalau aku kembali dan makanan itu belum habis," kata perempuan berambut hitam pendek itu lalu terkekeh pelan.
Orihime hanya tertawa kecil dan melambaikan tangan sebentar saat sahabatnya itu berjalan ke arah pintu dan keluar dari kamar apartemennya.
xxx
TOK, TOK !
Ketukan pintu membuat Orihime membuka matanya kembali dan mulai menegakkan tubuhnya.
"Cepat sekali Tatsuki-chan kembali." Hanya itu yang dipikirkan Orihime sekarang. Kemudian ia mulai melangkahkan kakinya ke arah pintu dan membuka pintu itu.
Namun, bukan sosok sahabatnya yang kini ada di hadapannya, melainkan sosok lelaki berambut indigo dan berkacamata.
"Ishida-kun? Kenapa kau ada di sini?" tanya Orihime bingung saat mendapati lelaki yang merupakan sahabatnyanya—sekaligus rekan kerjanya di kantor—kini memberi kunjungan tak terduga padanya.
"Aku hanya ingin menjengukmu karena kudengar kau sakit," jawab Ishida dengan nada datar sebelum melangkah masuk ke dalam—tentunya dengan persetujuan dari sang tuan rumah.
"Tapi, walau pun begitu, kau tidak perlu datang kan? Kau bisa meneleponku," ujar Orihime mengikuti langkah Ishida.
"Aku sudah menelepon barusan, tapi kau tidak mengangkatnya. Jadi aku berinisiatif untuk datang saja ke sini. Omong-omong, kenapa ini tidak di makan?" tanya Ishida sembari menunjuk mangkok berisi bubur yang tidak tersentuh sejak tadi.
"Aku tidak lapar—"
"Tapi kau harus makan kalau tidak ingin bertambah sakit. Sebentar, bubur ini dingin, akan aku hangatkan dulu baru kau bisa memakannya."
Orihime hanya bisa pasrah dan kembali ke kasurnya saat Ishida membawa mangkok tersebut ke dapur dan tak lama kemudian kembali dengan mangkok berisi bubur yang hangat.
"Ini makanlah," kata Ishida lalu berusaha menyuapkan bubur tersebut kepada Orihime—sama seperti yang di lakukan Tatsuki tadi.
"Tidak Ishida-kun, aku tidak lapar," tolak Orihime kembali—persis seperti yang di lakukannya juga pada Tatsuki.
"Kau bisa bertambah sakit Inoue-san. Setidaknya kau makan saja beberapa sendok, tidak perlu di habiskan."
Orihime memandang lelaki di hadapannya itu dengan perasaan yang berkecamuk di benaknya. Kenapa ia merasakan sesuatu yang dulu pernah di rasakannya?
Akhirnya Orihime mengangguk dan membiarkan suapan demi suapan bubur itu masuk ke dalam mulutnya—dan tidak terduga, sekarang di tangan Ishida hanya tersisa mangkok kosong, bersih tanpa ada bubur lagi di atasnya.
"Tak kusangka, kau menghabiskannya," kata Ishida lalu terkekeh pelan.
Orihime hanya bisa menyunggingkan senyumnya dan mengeratkan selimutnya saat tangan Ishida justru mendekati wajahnya.
"I-Ishida-kun? Apa yang ingin kau lakukan?" tanyanya—mendadak gugup karena tangan lelaki itu mulai menyentuh pipinya.
"Wajahnya mulai tidak pucat lagi, seperti kau sudah mulai sehat," kata Ishida lalu mengusap pipi itu—yang tanpa di sadarinya mulai memerah.
Lalu, tangan itu berhenti mengusap pipi tersebut dan justru kini mengusap rambut coklat Orihime dan berujar pelan, "Jangan sakit lagi ya, Inoue-san."
Orihime—yang tidak menyangka dengan perlakuan Ishida yang terlewat perhatian hari itu—hanya mengangguk pelan dan menutup kedua matanya—berusaha terlelap saat itu juga.
Karena kini, ia mendapatkan seseorang—yang sekiranya akan menggantikan sosok Ulquiorra di dalam hatinya.
"Selamat tidur, Inoue-san."
xxx
Orihime kembali bekerja seperti biasanya—melupakan masa-masa yang sempat membuatnya terpuruk dan kacau—dan kembali menjadi dirinya, Orihime Inoue yang selalu tersenyum dan tertawa bahagia.
Rasanya, hidupnya turut membaik dengan kehadiran Ishida Uryuu—yang sedikit demi sedikit mungkin sudah menggantikan posisi Ulquiorra di hatinya. Atau mungkin memenuhi hatinya bersama bayang Ulquiorra. Ya, mungkin sekarang ada dua orang lelaki yang ada di hatinya.
Namun, bagaimana kalau Ulquiorra kembali—dan menemukannya telah bersama orang lain?
xxx
Orihime berjalan pelan—menyelaraskan langkah kakinya dengan langkah kaki lelaki di sampingnya. Tangan mereka berdua saling menggenggam erat—menyatu seperti perasaan yang kini mereka luapkan dengan mudahnya.
"Terima kasih ya, Ishida-kun, sudah mau mengantarkan sampai ke depan pintu seperti ini," ujar Orihime lalu tertawa kecil.
Ishida hanya membalasnya dengan senyum tipis. "Iya sama-sama, Inoue-san. Menikmati perjalanan kita di taman bermain hari ini?"
"Sangat! Menyenangkan sekali, apalagi saat kita menaiki komedi putar, semua pemandangan—"
"Orihime?"
Orihime merasakan tubuhnya menegang saat namanya terucap oleh seseorang. Jantungnya seperti berhenti berdetak, bahkan ia merasa napasnya tertahan. Dengan segala keraguan, ia menoleh—menatap langsung sang pemilik suara.
Ulquiorra Schiffer—yang kini berada di hadapannya.
Dengan cepat, Orihime melepas genggamannya pada Ishida—membuat Ishida memandang heran padanya. "Inoue-san?"
"U-Ulquiorra-kun?" Orihime merasakan rasa gugup menjalar di setiap darahnya. Menegangkan semua urat sarafnya. Membuatnya terbata-bata dalam mengucapkan nama lelaki itu.
"Orihime…"
Mereka hanya mengucap nama satu sama lain—hanya itu. Entah karena rasa kaget yang bercampur aduk ataupun alasan lain yang tidak bisa dijelaskan secara lisan.
"Ke-kenapa kau di sini? Bukankah kau bilang kau tidak—"
"Demi kau."
Orihime merasakan jantungnya kembali berdetak—namun tidak normal, dan sangat cepat, dua kali lebih cepat dari biasanya.
"Demi kau, aku akan berusaha sesering mungkin mengunjungimu di sini. Mungkin… itu bisa memperbaiki hubungan kita kembali."
Tiga kali. Empat kali. Orihime merasakan jantungnya berdebar begitu kencang hingga mungkin saja, Ulquiorra atau Ishida bisa mendengarkannya di tengah kesunyian ini.
"Inoue-san," Ishida memecah keheningan tersebut, "maaf aku menganggu pembicaraan kalian, tapi… dia siapa?"
Orihime menoleh dan menatap Ishida—yang kini memandangnya penuh tanya.
"Dia—"
"Aku kekasihnya."
Deg.
Sedetik kemudian, Orihime merasakan ia benar-benar berhenti bernapas sekarang.
To Be Continued
xxx
Author : Kembali dengan… twoshot =='
Yah memang saya tidak bakat membuat multichapter jadi saya hanya membuat dengan chapter yang sedikit ==' Baiklah, ini hanya dokumen lama (sekitar 3 bulan mengendap di dokumen Ms. Word saya) dan sebenarnya udah lama mau dipublish tapi baru sekarang beneran dipublish ==' Btw, maaf juga kalo ada typo nyelip ya =='
Dan saya berusaha membangkitkan IshiHime di sini, sedih rasanya melihat pair favorit saya itu tenggelam di antara pair lain :(
Ladies and Gentleman
Review?
