Donata Dulcinea
Disclaimer : Naruto belong to ©Masashi Kishimoto
Storyline : YukirinShuu
Pairing : Sasuke x Naruto
Warning! This is BL/ShounenAi/YAOI
"Sir, Cheval Blanc?" tawaran dari seorang wine sommelier mengalihkan pandangan Sasuke. Mata elangnya memandang dengan jeda waktu sedikit lama hingga dirinya melanjutkan kembali untuk menorehkan guratan khusus tangannya pada lembaran kertas dihadapannya. "Sure." Ujarnya dengan suara bariton khas yang dimilikinya. Onyxnya setia memandangi cairan anggur merah dan sedikit menggoyangkannya. Dengan elegan dirinya mengecap rasa wine yang menyapa indera perasanya. Menikmati setiap cairan yang mungkin hanya beberapa orang saja yang dapat merasakannya. "Kau boleh pergi." Sepeninggal pelayan tersebut, pemuda yang sudah memasuki usia 28 tahun itu mendesah. Yeah, memang akhir-akhir ini dirinya harus menyelesaikan banyak pekerjaan mengingat hanya Sasuke satu-satunya penerus Uchiha. Oh jangan lupakan keponakannya yang lucu itu. Zoey, bocah perempuan yang tahun ini genap berusia lima tahun. Zoey memiliki darah eropa dari sang ibu, Shion. Wanita itu memutuskan untuk menetap di Jepang setelah menikah dengan Itachi.
Ah. Mengingat nama mendiang kakaknya, Sasuke akui ia memang sangat rindu. Mungkin sudah dua tahun lamanya semenjak kematian sang kakak karena Leukimia yang sudah di ambang akhir. Kepergian Itachi membuat keterpurukan Sasuke semakin berlipat ganda setelah kedua orang tuanya yang tewas akibat kecelakaan pesawat empat tahun silam. Sasuke hanya bisa menertawakan betapa tragisnya takdir keluarganya. Well, setidaknya Zoey menjadi obat penenang untuk Sasuke mengingat kematian keluarganya. Sifatnya yang ceria dan hangat berbanding terbalik dengan sifat kental yang mengalir pada Uchiha kebanyakan. Sasuke tidak dapat menahan untuk menyunggingkan sebuah senyum tipis pada wajahnya. Dasar bocah itu, batinnya.
Sampai deringan pada ponsel pintarnya mengalihkan fokusnya. Jemarinya meraih benda tersebut yang bergetar dan menampilkan sebuah nama sang kakak ipar yang melakukan pemanggilan pada Sasuke.
/ "hello Sasuke?"/
"hn."
/ "siang ini aku dan Zoey akan berkunjung ke tempatmu."/
Sasuke yang mendengar perkataan Shion dari seberang sana mengangkat sebelah alis. Tidak biasanya sang kakak untuk mengunjungi dirinya langsung ke agensi. Biasanya Shion akan langsung ke rumah utama atau apartemen Sasuke mengingat Shion dan anaknya tengah berlibur di luar Tokyo.
/ "kau sibuk?"/
Sasuke akui memang ia belum sepenuhnya menyelesaikan pekerjaannya sebagai presiden utama perusahaannya. Katakan sial pada kertas-kertas itu. Tapi bagaimanapun juga Sasuke tidak bisa menolak kunjungan dari Shion. Predikat Uchiha pada diri Shion sudah melekat terlalu dalam sampai dirinya mengemban prinsip tidak menerima penolakan apapun.
"Kapan kau berkunjung, kak?" Tanya Sasuke seraya memilah tumpukan kertas dari proyek kerjasamanya dengan beberapa rekan bisnis sampai penawaran di berbagai bidang properti.
/"kami dalam perjalanan sekarang."/ jawaban Shion sedikit membuat Sasuke terkejut. Kakak iparnya itu biasanya menghabiskan berminggu-minggu untuk berlibur dan hari ini hanya baru terhitung tiga hari Shion telah kembali dari Kyoto.
"Ah. Kukira kau akan lebih lama disana." Respon Sasuke datar. Sasuke dapat mendengar Shion yang mendengus kecil.
/ "apa kau tidak merindukan kami?"/ tanya Shion yang sukses membuat Sasuke memutar kedua bola matanya. /"dan lagi aku tidak bisa melewatkan acaraku dengan penulis favoritku di Tokyo."/ sambung Shion yang membuat Sasuke kembali menautkan kedua alisnya. "penulis?" gumam Sasuke heran seraya melirik ke arah ponselnya.
/ "yeah, pembahasan kita sampai disini. Good bye, man."/
Panggilan pun terputus namun Sasuke masih belum mengalihkan perhatiannya dari layar benda persegi panjang tersebut. Shion memang maniak novel yang Sasuke tahu. Tapi baru kali ini Shion sangat bersemangat untuk bertemu penulis?
Sasuke mengangkat kedua bahunya acuh. Mungkin penulis yang memang sangat Shion idolakan jika mengingat koleksi novel Shion dengan nama yang hampir setiap buku sama pengarangnya. Dari setiap novel yang Sasuke lihat, ia paling sering menemukan pengarang bernama Uzumaki. Yeah, walaupun secara langsung Sasuke tidak pernah bertemu ataupun mengenalnya.
.
"kau sangat sibuk semenjak jabatan presdir berada ditanganmu." ujar perempuan bersurai pirang pucat seraya menyesap cassis tea dengan khidmat. Sedangkan Zoey, bocah perempuan bersurai pirang dengan iris hitam jernih tersebut sibuk dengan boneka beruang yang berada di genggamannya. Sasuke yang kini duduk berhadapan dengan Shion hanya mendengus pelan. "sesekali berliburlah dengan kami, Sasuke." Sambung Shion bersamaan jemarinya menaruh kembali cangkir keramik pada meja. Iris lavendernya menatap prihatin pada adik ipar dihadapannya itu.
"well, kurasa kau benar." Sasuke akui memang dirinya kurang untuk semacam pergi berlibur mengingat kehidupannya yang monoton. Kertas-kertas itu yang menghalangi dirinya untuk merasakan ketenangan batin. Jemarinya memijat pelan pangkal hidungnya untuk mengurangi rasa lelah pada daerah mata.
"apa wanita itu masih menghubungimu?"
Kali ini Sasuke tahu kemana arah pembicaraan Shion. Moodnya menjadi kurang baik ketika terlintas dalam pikiran mengenai wanita jalang yang pernah terikat dengan Sasuke lima tahun yang lalu. Setahun sebelum kepergian kedua orang tuanya.
Saat itu, seorang perempuan bermarga Haruno sangat menggilainya. Haruno Sakura, mengancam bahwa dirinya akan melakukan bunuh diri jika ia tidak menikah dengan Sasuke. Alasan konyol macam apa itu. Tentunya pemuda atletis itu menolak keras sampai suatu saat, Sakura datang seorang diri ke mansion Uchiha membawa belati. Mikoto yang melihatnya terkejut bukan main.
"Sasuke, ibu tahu ibu sangat egois. Hanya untuk keselamatannya, tolong lakukanlah."
Yeah, Sasuke sangat paham maksud dari perkataan orang yang sangat dicintainya pada saat itu. Setelah peristiwa naas menimpa kedua orangtuanya yang pada saat itu dalam perjalanan pulang dari Jerman, cuaca sangat tidak mendukung sehingga radar pesawat kehilangan kontak. Oh sungguh, Sasuke benar-benar tidak ingin mengingatnya.
"pardon me." Ucap Shion pelan. Ia dapat melihat perubahan mood dari pria dihadapannya itu yang memburuk. "kalaupun ia berani menampakkan diri dihadapanku, aku tidak akan segan untuk membunuhnya." Sahut Sasuke dingin namun tenang. Shion hanya tersenyum kering mendengar penuturan Sasuke yang sukses membuat kuduknya berdiri.
"whatever. Oh ya, soal permintaanku bagaimana? Apa kau bisa akhir pekan ini menemaniku?" Sasuke bisa melihat jelas binar pada iris lavender tersebut. "tidak biasanya kau bersemangat dalam hobimu." Sasuke hanya sedikit heran dengan sikap Shion semenjak memintanya untuk menemani dirinya bertemu penulis novel yang masuk ke list favoritnya. "Hey, jangan berbicara seperti itu. Aku selalu semangat jika berhubungan tulis menulis." Ujar Shion sinis. "dan kau tahu, aku anti terhadap penolakan, Sas." Sambungnya tajam.
Sasuke tidak tahan untuk mendengus keras mendengar perkataan Shion. Well, menurutnya tidak ada salahnya juga mencari hiburan di luar sana, bukan?
"Apa kau sudah mengunjungi Itachi?" tanya Shion melembut. Sasuke menggeleng pelan sebagai respon. Ia bahkan belum sempat untuk mengunjungi makam Itachi sejak dua bulan yang lalu. Adik macam apa aku ini, batinnya miris.
"Baiklah, kami akan pulang ke rumah utama hari ini. Bagaimana denganmu?" tanya Shion yang beranjak dari duduknya untuk bersiap-siap pergi. "apartemen." Satu kata yang terlontar dari Sasuke cukup menjawab pertanyaan Shion. "uncle, bermainlah bersamaku nanti." Suara bocah kecil yang menarik pelan pakaiannya membuat Sasuke menoleh. Ia pun mengelus Puncak kepala Zoey dengan lembut. "lain kali kita bermain, kid." Ujar Sasuke tersenyum tipis.
"Okay, kami pergi Sas." Pamit Shion seraya menggenggam Zoey yang tengah melambaikan tangan. "Kunjungilah Itachi dan jangan lupa untuk akhir pekan ini, jaa." Sepeninggal Shion dan Zoey, pemuda raven tersebut mendesah pelan. Jemarinya menyisir helai hitamnya cepat.
Sasuke telah memutuskan untuk menyapa sang kakak mengingat jam makan malam masih lima jam lagi. Jemarinya menekan tombol hijau untuk melakukan panggilan pada salah satu orang kepercayaannya sejak lama.
"Kakashi, bawakan aku satu buket Lily sekarang."
.
Sore ini kota Tokyo dilanda hujan yang cukup lebat. Sasuke berdiri seorang diri di hadapan sebuah makam dengan payung hitamnya. Ia menaruh karangan Lily tepat di atas makam dengan perlahan. "hei, apa kabarmu, aniki?" ujarnya dengan ekspresi rindu yang amat dalam. Jemarinya memilin rumput yang tumbuh pada tanah yang basah akibat air hujan. "Maafkan aku karena tidak sempat mengunjungimu." Ucapnya pahit. Sasuke pun menegakkan tubuhnya, masih setia memandangi pahatan batu yang terukir sebuah nama berharga disana. Di pemakaman sore itu, hanya dirinya seorang diri yang tengah berkunjung bersama seorang pemuda yang berada tiga blok didepannya. Sasuke dapat melihat jelas pemuda tersebut tengah memayungi dirinya sendiri dan berbicara.
Tunggu. Berbicara? Mata elangnya tahu betul jika penglihatannya sangat tajam. "apa dia gila?" tanya Sasuke entah pada siapa saat melihat seseorang yang tidak dikenalnya berbicara sendiri. Sasuke bahkan dapat memastikan jika pemuda tersebut tidak sedang menggunakan ponsel mengingat tangannya yang tengah menggenggam buket bunga gardenia dan tangan lainnya memegang payung. Sedangkan, posisi tubuhnya agak menyamping seolah-olah ia sedang berbicara dengan yang lain.
Sasuke masih dengan pandangan meneliti hingga suara tawa pelan namun cukup terdengar baginya membuat dirinya tersentak. Seketika pemuda tersebut menolehkan kepalanya dan sempat bertemu pandang dengan obsidian yang tengah memandangnya tajam. Dengan gerakan yang salah tingkah, ia pun bergegas pergi setelah menaruh buket gardenia pada makam yang dikunjunginya. Sasuke dapat melihat dengan jelas pemuda tersebut pergi meninggalkan pemakaman secara tergesa-gesa.
"orang aneh."
.
"oh astaga, aku gugup sekali sekarang." mungkin sudah kesekian kalinya Shion berbicara seperti itu hingga membuat Sasuke hampir lepas kendali menyetir mobil. "berhenti bicara dan biarkan aku fokus." Perkataan Sasuke bagai angin lalu mengingat perilaku Shion kini malah memukul gelisah pahanya. Sedangkan Zoey, bocah itu sedang mengambil kelas pianonya seharian penuh hari ini bersama Tayuya. Shion bahkan tidak perlu cemas soal itu mengingat Tayuya orang yang dapat dipercaya dengan baik.
Kini mereka menuju sebuah restoran Perancis yang merupakan tempat orang-orang kelas atas dalam menjalankan bisnis ataupun saling bertukar kepentingan. "kau tahu, sas? Aku termasuk orang yang beruntung karena suratku mendapat balasan darinya." Ujar Shion sesaat dirinya telah berjalan beriringan bersama Sasuke yang berpakaian casual namun terlihat formal. Shion menggunakan dress brukat gading bekerah tinggi yang dipadukan wedges senada. Sedangkan Sasuke hanya menggunakan turtleneck hitam berbahan wol dengan celana kain hitamnya.
"Bienvenue, seigneur et dame." (selamat datang, tuan dan nona.)
Setelah Shion menginformasikan kepentingannya melalui resepsionis, mereka diarahkan pada tempat yang memang sebelumnya sudah di reservasi atas namanya. Disana terlihat pemuda bersurai pirang hangat yang tengah berbicara dengan seorang wine sommelier. Wajah Tan dengan garis kumis kucingnya tidak luput dari senyumannya yang hangat saat berkomunikasi.
"ah itu dia, Sasuke. Astaga manisnya." Shion yang tiba-tiba berhenti berjarak beberapa meter dari tempat tujuannya membuat Sasuke mau tak mau menghentikan langkahnya. Jujur sebenarnya Sasuke sangat ingin mengistirahatkan tubuhnya walau itu hanya sehari. Ia mendengus dalam hati melihat kelakuan kakak iparnya. Sasuke mengangkat sebelah alisnya saat menangkap perkataan Shion yang terlalu memujinya. Iris obsidiannya mengalihkan pandangannya terhadap objek yang menjadi panutan sang kakak ipar.
Tunggu. Sasuke tidak salah lihat, kan?
Belum sempat Sasuke merespon Shion, wanita berumur 34 tahun itu melangkahi terlebih dahulu menuju si penulis yang kini tersenyum pada mereka. "konnichiwa, Uzumaki-san." Sapa Shion memasang senyum terbaiknya. Ia memeluk ringan pemuda pirang tersebut yang dibalas dengan senang hati. Wajah tannya tak luput dari senyum manisnya. Ketika Naruto telah menyambut Shion, iris sapphirenya bertemu pandang dengan onyx kelam milik Sasuke yang berada sedikit dibelakang Shion. Naruto membungkukkan tubuhnya yang otomatis dibalas Sasuke.
Mereka pun duduk dengan posisi Shion dan Sasuke yang beriringan berhadapan Naruto seorang diri. Sebelumnya Naruto menyuruh Temujin, selaku asisten pribadinya untuk meninggalkan Naruto. Temujin hanya khawatir terhadap tuan mudanya. Tapi apa boleh buat, Naruto tidak ingin merepotkannya.
Saat ini Naruto hanya memakai kemeja putih yang dibalut sweater cokelat muda dengan celana hitam panjangnya. Jangan lupakan slip-on yang senada sehingga membuat dirinya terlihat santai namun kesan formal tak luput dari dirinya.
"kau tahu uzumaki-san, aku merupakan orang yang beruntung dapat bertemu penulis terkenal sepertimu." Perkataan Shion sontak membuat ekspresi wajah Naruto terkejut lucu hingga akhirnya pemuda tan tersebut tertawa ringan. "sepertinya kau terlalu berlebihan nona. Aku termasuk penulis baru." Sahut Naruto merendah. Tapi memang ia akui sebenarnya dirinya seorang newbie dalam urusan tulis menulis, pikirnya.
"penulis baru sejak 2 tahun yang lalu dengan karya-karyanya yang langsung melejit, Uzumaki-san." Ujar Shion seraya menggoyangkan white wine pada tangannya. Naruto hanya tersenyum maklum mendengar hal itu. "cukup Naruto. Kau tahu, Uzumaki-san terlalu formal untukku." Ucap Naruto agak canggung seraya tersenyum tipis.
"baiklah. Bagaimana jika Naruto-kun? Atau Naru?" pertanyaan Shion hanya dibalas kekehan pelan dari sang empu. "ah, Naru. Itu terdengar lebih imut untukmu." Sahut Shion tanpa mengalihkan pandangannya untuk mengamati lebih detail lekuk wajah dari pemuda pirang dihadapannya. Jujur Naruto tengah dilanda kegugupan super hebat sekarang. Apalagi jika iris sapphirenya sesekali tanpa disengaja bertemu pandang dengan pria disamping Shion. Sial, tatapannya itu seperti sedang menelanjanginya, batinnya.
.
"hey Naru, bagaimana caramu menyelesaikan dua buah karya hanya dalam 1 bulan?" pertanyaan Shion yang saat ini telah memasuki tahap makanan penutup mengalihkan pandangan Naruto. Iris sapphirenya sedikit lama memandang lurus ke arah Shion sebelum memandang onyx yang juga sedang memandangnya dingin. Naruto pun langsung mengalihkan pandangannya cepat, "aku hanya menulis ide-ide yang terlintas dipikiranku saat itu juga dan untuk hasil karyaku yang hanya selesai satu bulan, itupun tidak terlalu kompleks dalam membuat pokok permasalahannya. Kupikir cerita yang singkat dan ringan sangat diperlukan juga." Jelasnya sebelum memasukkan Eclair ke dalam mulutnya sebagai hidangan penutup yang ia pilih. Shion yang mendengarnya mengangguk setuju tanpa bisa mengalihkan pandangannya dari penulis dihadapannya.
Shion memilih Souffle sebagai hidangan penutupnya, sedangkan Sasuke? Pemuda itu lebih memilih secangkir espresso, kawan. Jangan lupakan fakta jika presdir tersebut memang tidak menyukai manis. "bagaimana kau bisa memenuhi permintaanku? Kau tahu, maksudku, aku sangat terkejut sekaligus bahagia saat pesanku mendapat respon darimu." Naruto hanya tersenyum tipis, "umm.. Saat itu aku hanya sedang kekurangan ide. Jadi kuputuskan untuk bertemu orang baru dan mungkin saja aku juga mendapat sesuatu yang baru." Jawabnya apa adanya.
"Naru, apa kau blasteran?"
Wait, what? Naruto yakin telinganya sangat sehat untuk diperiksa. "pardon, miss?" Shion semakin yakin jika pemuda dihadapannya ini memiliki darah dari luar Jepang. Shion akui memang Naruto terlihat seperti orang Jepang dan bahasanya sangat fasih. Tapi ada gestur tertentu yang Shion sadari dari Naruto mengingat dirinya masih bagian dari Eropa.
"apa kau seorang blasteran? Itu yang Shion tanyakan." Kali ini suara bariton ikut andil dalam percakapan dua orang tersebut. Cukup membuat Naruto terkejut mendengar suara dari pemuda raven dihadapannya.
"yeah, bagaimana kalian tahu?"
Respon Naruto tidak membuat Shion terkejut mendengarnya, berbanding terbalik dengan Sasuke yang sempat menghentikan aktivitas meminum secangkir espressonya. "sudah kuduga. Saat kau berbicara, ada sepintas aksen yang terdengar tidak asing untukku." Sahut Shion seraya tersenyum riang. Reflek Shion menggenggam erat tangan Naruto yang berada di atas meja. "Hey, jangan bilang jika kau bukan orang Jepang?" tanya Naruto dengan pandangan menyelidik. Naruto akui memang saat pertama kali bertatap muka, pikirannya mengatakan jika Shion memang bukan orang Jepang, pengecualian untuk pemuda raven disampingnya. Shion tertawa kecil saat mendengar pertanyaan Naruto, "Finlandia lebih tepatnya." Responnya enteng.
"blaster? Kupikir kau hanya orang Jepang yang mencat rambutmu karena tren." Kalimat yang terlontar dari mulut tajam Sasuke seketika membuat atmosfer diantara ketiganya mendingin. "hey, apa yang kau katakan, Sasuke?" tanya Shion sinis seraya menyenggol keras lengan Sasuke. Sedangkan pemuda raven tersebut hanya mendecih pelan. Onyxnya tersirat ketidaksukaan yang ditujukan pada iris biru yang balas memandangnya juga.
"Naru, jangan pedulikan ucapan pria ini. Mulutnya memang selalu pedas terhadap siapapun. Forgive me." Ujar Shion yang mewakilkan permintaan maafnya dengan sangat amat dalam. Sial, Sasuke menghancurkan momen penting ku, batinnya mengerang.
"eh? Tidak apa, Shion-san. Kupikir Uchiha-san memang ada benarnya." Nada bicara Naruto terdengar stabil seperti sebelumnya. Sasuke yang sepertinya tidak mendapat respon seperti yang diinginkannya hanya melirik sinis. Sepertinya ucapan sarkasnya masih belum ampuh untuk meruntuhkan wajah tan yang selalu tersenyum itu.
"Itu bukan masalah besar untukku. Aku bukan tipe orang yang terlalu mengambil hati." Sahut pemuda berusia 25 tahun itu. Shion berdeham kaku sebelum akhirnya kembali membuka pembicaraan seperti sebelumnya. "Orang ini memang menyebalkan." Ujar Shion tersenyum maklum dan hanya dihadiahi delikan tajam dari Sasuke.
"oh yah, apa kau akan menetap lama?"
"Seak kecil aku menetap di Jepang. Lalu, kami memutuskan untuk menetap di Jerman saat aku memasuki kuliah saat itu." Ucap Naruto seraya memperhatikan Eclair yang tersisa setengah. "saat ini bahkan aku masih bimbang untuk menetap atau kembali, Shion-san." Sambungnya datar. "kuharap kau akan menetap." Sebenarnya Shion yang mendengar penuturan dari penulis dihadapannya sangat berharap untuk bisa bertemu kembali. Shion memang penggemar berat penulis itu.
"Kupikir juga begitu."
.
Setelah akhirnya Shion mendapat semua hal yang sebelumnya ia tidak ketahui dari Naruto, moodnya sangat baik sekali. Pengecualian untuk pemuda raven yang sedikit merusak acaranya itu. Dan jangan lupakan jika selama pertemuannya dengan Naruto, Shion membawa semua koleksi novelnya dan meminta Naruto untuk menandatanganinya.
"maafkan aku Naru-chan. Tapi kau memang sangat manis." Gumamnya entah pada siapa. Kini novel-novelnya lengkap sudah bersama tanda asli dari si penulis. Shion bahkan tidak bisa untuk tidak melihat novel-novelnya sekarang. Kini wanita bersurai pirang pucat itu tengah menunggu Sasuke di dalam Coupé miliknya.
Jika kalian menanyakan keberadaan Sasuke saat ini dimana, pria raven itu mengatakan jika dirinya akan menemui seseorang. Entahlah, Shion tidak terlalu mempermasalahkannya selama itu tidak buruk.
Oh, Shion mungkin saja kau akan sedikit terkejut soal siapa yang akan Sasuke temui itu.
.
To Be Continued.
*Note
- wine sommelier : orang yang memiliki pengetahuan luas dalam ruang lingkup wine dan berprofesi melayani tamu.
- Eclair : dessert khas perancis mirip kue sus Belanda.
- Souffle : hidangan penutup perancis dengan rasa manis dan asin.
Author mengharapkan kepada readers untuk meninggalkan review. Terima kasih banyak :)
Salam Hangat.
