disclaimer: ishida sui

timeline: anime season 1-season 2 eps.1

a/n: sorry for innaccurate, haven't rewatch the season 1. Also, sorry for the creepy OOC-ness


Awalnya, kau menangis ketakutan. Tubuhmu bergetar hebat. Yang kau lakukan hanya menggenggam ujung bajuku, mencengkramnya kuat-kuat.

Aku masih bisa tersenyum melecehkan. Seorang laki-laki bergantung padaku.

Satu persatu kejadian menghampiri saat aku jauh dari sisimu. Kau perlu kekuatan ekstra hingga mampu menanggung dan menyelesaikan semuanya sendiri. Kau yang tidak terbiasa akhirnya melampaui batas karena emosi. Melakukan hal-hal yang sempat kau sesali setelah terjadi.

Tapi di lain waktu, tanganmu mencegahku pergi. Selama tenang, kau mampu berpikir dengan kepala dingin. Kau mencoba membuka mataku, tapi telingaku tertutup dari gema suaramu.

Kau dan kemanusiaanmu. Kau menyentuh hati anak perempuan itu, lebih baik dariku yang lebih dahulu mengenalnya. Aku sedikit banyak iri padamu ketika itu.

Aku berpikir sesuatu hal seperti, apa boleh buat. Aku ini monster, sedangkan kau manusia.

Tapi ketika kupikir ulang. Anak itu sama sepertiku. Seharusnya aku lebih mengerti dirinya lebih dari kau. Nyatanya? Mungkin itu sebabnya adikku pergi dariku.

Lalu di satu waktu. Aku nekat pergi untukmu. Sebelum akhirnya dagingku dikoyak dari sayap-sayapku. Merah itu mengguyurku.

Aku merasa konyol saat tidak berdaya dan di saat itu kau datang dengan tangan-tangan yang membawaku pergi.

Melihatmu samar-samar. Kenapa? Kenapa kau berubah? Aku tidak mau mendengar kau menyalahkan dirimu lagi.

Ketika selamat tinggal akhirnya tiba. Aku merasa kau begitu jauh. Dalam langkah-langkah tenangmu, aku justru bersusah payah menopang tubuhku dan tertatih-tatih.

Kemana? Kemana kau yang dahulu masih menitikkan air mata dengan derasnya? Kenapa kau seolah mengatakan lewat sorotmu, maaf aku telah menjadi lebih buruk darimu.

Kau berubah, aku tahu.

Apa harus secepat ini?

Tidak bisakah kau biarkan aku bersandar di bahumu. Yang tegap dan lebar, seolah menegaskan kalau kini akulah yang sudah seharusnya berlindung di balik punggungmu.

Hei, Kaneki. Menolehlah ke belakang sekali lagi.

Apa kau pernah melihatku semenyedihkan ini?