Chapter 1

Ff ini hyugana buat karna request dari JustNaruHinaAndKibTamaLover... Semoga kalian yang membaca juga suka ya :) ^^? ゚リテ dan sesuai ? ゚リト

.

.

Disclaimer by : Masashi Kishimoto
Pairing : NaruHina

.

.

.

Bbrruugghhh... suara map jatuh mengagetkan seorang wanita yang tengah bekerja diruangannya. Tatapannya nyalang melihat kedepan mencari tahu siapa gerangan orang yang sudah berani-berani mengganggunya.

.

"Kau lagi? Sudah berapa kali saya bilang kau jangan ceroboh membawa map-map itu"

Lihat... wanita yang kini tengah menatapku dengan sorot mata penuh kemarahan itu adalah atasanku tempat aku bekerja. Rambutnya panjang berwarna lavender, bola matanya indah bagaikan bulan, serta kulitnya yang putih bagaikan salju. Siapa saja yang baru pertama kali melihatnya pasti mengira bahwa wanita itu baik hati bak putri-putri dongeng, namun apakah kalian tahu dia sebenarnya lebih garang dari seorang penyihir dalam dongeng.

Namanya Hyuga Hinata, teman masa sekolahku duku. Tapi kami tidak pernah satu kelas, aku mengetahuinya karna sikapnya yang over protectiv selalu membuat onar di sekolah. Dan sekarang disinilah aku bekerja bersamanya sebagai sekertaris kepercayaan Hyuga. Kenapa aku bisa menjadi sekertarisnya? Mudah saja karna aku adalah anak teman orangtuanya. Ya Kaa-san dan Tou-sanku memang sahabat baik Hiashi-san dimasa lalu.

Sejak kematian orangtuaku beberapa tahun yang lalu otangtuanya sudah berjanji ketika aku sudah lulus sekolah akan menjadikanku sebagai sekertaris pribadi Hinata. Awalnya aku menolak karna tidak tahan dengan sikapnya yang sedikit-sedikit emosi karna hal sepele. Tapi jika aku pikir lebih dalam lagi ini adalah kesempatanku untuk mencari uang memenuhi kebutuhanku.

"Gomne ne Hinata aku tidak sengaja menjatuhkannya" ujarku seraya membereskan map yang berceceran.

"Jangan panggil aku Hinata jika dikantor. Panggil aku Hyuga-sama"

Sikapnya yang cuek sudah biasa aku terima. "Ha'i gomen ne Hyuga-sama. Ini saya membawakan beberapa map yang berisi surat-surat yang harus anda tandatangani" kembali aku bersuara seraya menyodorkan map-map yang kubawa tadi.

"Hmmm letakan disana" tunjuknya tanpa sedikitpun mengalihkan pandangan dari layar laptopnya.

Akupun menuruti perintahnya untuk menyimpan map ini disebelah meja. Ku lirikan jam yang menggantung diatas sana menunjukan pukul 12:30 itu artinya sudah masuk jam makan siang.

"Lebih baik anda makan siang dulu, sekarang sudah jam istirahat. Baiklah saya permisi" setelah mengatakan itu akupun membungkuk hormat untuk meninggalkan ruangannya.

Blamm! Pintu ditutup olehnya.

"Hah~~" helaan nafas terdengar berat disana. Benar saja meladeni atasan yang seperti itu setiap hari membuatnya harus ekstra sabar.

Narutopun melangkah pergi darisana untuk makan siang bersama rekan-rekan kerjanya.

"Yyyooo Naruto" ujar Kiba salah satu teman baiknya.

"Haiii" jawabnya terlihat lesu seraya membawa makanan ditangannya.

"Kau kenapa? Dimarahi lagi oleh nene sihir itu?" Tanya Chouji yang mulutnya sudah penuh dengan makanan.

"Yahhh seperti yang kalian tahu. Tapi bagaimanapun juga dia adalah atasan kita yang harus kita hormati"

"Yah kau benar" jawab Sara yang ikut dalam pembicaraan mereka.

Makan siang sedang berlangsung semua karyawan tengah menikmati makanan yang tersaji setiap saat dikantin kantor. Namun itu bagi mereka yang pekerjaannya bisa ditinggalkan. Tapi bagi atasan mereka pekerjaan itu adalah sebuah hal yang sangat berharga, bisa mendapatkan uang untuk memberi makan mereka.

Makan pagi, makan siang bahkan makan malampun pernah ia lewatkan. Dan hari ini mungkin itu akan terulang kembali. Mengingat pekerjaan yang menumpuk dimejanya harus ia selesaikan. Tangannya tak berhenti menari diatas kertas untuk menandatangai surat-surat persetujuan darinya.

Wanita akan gila kerja ini tak pernah sedikitpun mementingkan tentang dirinya. Baginya jika ia sudah bekerja maka dirinya bukan milik dia sendiri melainkan untuk Tou-san dan perusahaannya ini.

Tok... tok... tokk... kembali suara pintu harus meninstrupsi kegiatannya. Tatapannya lurus memperhatikan siapa gerangan yang membuka pintu.

Kkrekkk pintu dibuka oleh si pelaku rupanya dia sekertaris pribadinya yang datang dengan makanan ditangannya.

"Gomen mengganggu Hyuga-sama. Saya membawakan makanan untuk anda."

"Aku bisa ambil sendiri kenapa harus kau repot-repot mengambilkannya?" Tanya Hinata cuek.

"Aku tahu anda pasti akan melewatkannya. Anda ingatkan bagaimana ucapan Tou-san anda? 'Naruto, kau harus menjaga Hinata' dan inilah caraku menjaga anda untuk tidak melupakan makan siang"

Terlihat gurat kemarahan tercetak di wajah cantik itu.

'Apa dia setiap hari datang bulan? Ko sensi amat ya' batin Naruto seraya menggeleng-gelengkan kepala melihat atasannya itu.

Hinatapun beranjak dari duduknya untuk pindah menuju sebuah kursi lain diruangannya itu.

"Kemarikan makanannya" ujar Hinata yang sudah duduk manis disana.

'Ternyata kau lapar jugakan? Ha ha ha' batinnya lagi dan mendekat pada Hinata.

Brakk! Nampan yang berisi makanan itu disimpan begitu saja oleh Naruto. Ia duduk dihadapan atasannya yang kini memulai makannya.

Dihadapannya kini sudah terlihat makanan yang terdiri dari nasi dan lauk pauk yang menggiurkan bagi Hinata. Tanpa aba aba apapun lagi wanita itu langsung memakan makanannya begitu lahap membuat Naruto yang melihatnya takjub dengan cara makan atasannya itu.

"Kan kau lapar. Lihat kamu begitu lahap makan seolah sudah 1 minggu kamu tidak makan Hinata hahahaha" tawa menggema diruangan itu, Hinata terdiam dengan sumpit yang mengambang hendak membawa sosis goreng dihadapannya. Namun sedetik kemudian ccttakkk! Sumpit ia arahkan pada orang didepannya dan tepat sasaran kedua sumpit itu mengapit bibir rombeng sekertarisnya.

"Urusaii, jika kau bicara terus akan aku jadikan kau makan siangku. Ahahahahah" terdengat tawa setan lagi-lagi menggema diruangan sepi itu. Naruto diam tak berkutik dengan mulut yang masih mengapit dibibirnya.

Namun dalam hatinya ia tersenyum melihat Hinata yang tertawa seperti itu 'yokatta Hinata'

.

.

.

Jam sudah menunjukkan pukul 17:00 sore tak terasa waktu pulang sudah tiba. Naruto sudah membereskan barang-barangnya untuk pulang keapartemen sederhananya.

"Minna aku duluan ya. Jaa" pamitnya pada rekan-rekan kerjanya.

Langkah kaki panjang itu terus melangkah dengan cepat untuk segera sampai menuju kediamannya dan mengistirahatkan badannya yang sudah letih bekerja seharian.

Naruto sudah berdiri menunggu lift didepannya terbuka. Ting! Beruntung ia tidak harus menunggu lama, akhirnya lift itu terbuka memperlihatkan seseorang yang ia kenal juga ada disana. Namun sedetik kemudian matanya terbelelak lebar melihat orang yang berada disana terduduk seraya menahan sakit.

"Hi...hinata kau tidak apa-apa?" Tanya Naruto menghampiri Hinata dan terduduk dihadapannya.

Hiantapun menoleh melihat siapa gerangan yang menyapanya "ma...magh ku kambuh" ujarnya lirih dengan keringat yang sudah membanjiri dahinya.

"HAHH? Apa mamah?"

"MAGHHHHH KUNING BAKAAAAA"

Naruto sedikit kaget diteriaki seperti itu oleh Hinata "o...oh go...gomen aku tidak jelas tadi dengarnya. Kalau begitu ayo aku antar kamu pulang" ujar Naruto seraya membantu Hinata berdiri. Tapi wanita itu menolak diajak pulang oleh Naruto "tidak... aku ti...tidak mau pulang. Aku harus menyelesaikan pekerjaanku dulu" ujarnya.

"Tidak kau harus pulang Hinata" tanpa persetujuan dari siempunya Naruto langsung menggendong Hinata.

"Kkkyyyaaa kau apa-apaan. Turunkan aku kuning aku harus bekerja" teriak Hinata yang kini sudah ada dalam gendongannya.

Namun Naruto tidak menghiraukannya ia terus melangkah untuk membawa Hinata pulang tak peduli dengan tatapan dari beberpa pekerja lain yang melihat Naruto menggendong atasan mereka. Ada yang terheran-heran ada juga yang cuek melihat mereka.

Naruto dan Hinata kini sudah berada ditempat parkir menuju mobil Hinata berada. Karna ia tidak mempunyai mobil jadi ia harus membawa Hinata dengan mobil wanita itu.

"Mana kuncinya" ujar Naruto meminta kunci mobil Hinata.

"Kau bodah atau pura-pura bodoh. Kunci dan tasku ada diatas bakaaaaaa" ujar Hinata yang kini sudah kesal dengan kelakuan pegawainya itu.

"Baiklah aku akan kembali keatas jangan kemana-mana" ujarnya dan berlalu dari sana.

Narutopun kembali keatas untuk membawakan barang-barang Hinata diatas sana. Sedangkan Hinata kini terduduk menyender pada mobilnya seraya mendekap lututnya sendiri. Menahan rasa sakit yang tak kunjung reda.

Tak berapa lama akhirnya Naruto kembali seraya membawakan tas Hinata. Melihat wanita itu terduduk tak berdaya membuatnya tak tega melihatnya "ayo Hinata kita pulang" ujar Naruto dengan suara yang begitu lembut "eeuummm" angguk Hinata lemah tanpa penolakan sama sekali.

Narutopun membantu Hinata untuk duduk dijok mobilnya, memakaikan seat belt untuknya dan segera memajukan mobil wanita itu. Namun tatapan Naruto terpaku pada wajah yang kini tengah pucat itu hatinya entah kenapa merasakan sakit melihat wanita disampingnya tengah terluka.

Tanpa sadar iapun membuka jaket yang selalu ia pakai untuk Naruto selimutkan pada Hinata.
Hinata yang sedari tadi menutup mata sedikit demi sedikit membuka matanya merasa terkejut merasakan kehangatan yang tiba-tiba "aku tidak ingin melihat kau kedinginan" ujar Naruto dan langsung menjalankan mobilnya. Sedangkan Hinata hanya menatap pria disampingnya dengan tatapan yang entah apa artinya.

Perjalanan menuju pulang harus sedikit terlambat melihat jalanan yang begitu padat. Naruto harus mengumpat kesal merasa terganggu laju mobilnya harus terhenti.

"Kenapa kamu bisa ada didalam lift?" Kembali Naruto bersuara untuk menghilangkan kesunyian ini.

Hinata yang sedari tadi hanya memandang kedepan kini menoleh kesamping "aku tadi ingin kebawah mengambil berkas yang semalam sudah aku kerjakan dan lupa aku bawa keatas dan tiba-tiba saja maghku kambuh dan berakhir seperti ini." ujar Hinata menjalaskan.

Naruto terdiam mendengarkannya "lain kali jangan pernah menunda makan. Kamu tahukan jika kamu sudah mempunyai magh seharusnya jangan menyepelekan soal waktu makan"

"Itukan karna kerjaanku"

"Jangan banyak alasan kerjaan bisa ditunda dulu"

"Tidak bis_"

"Jangan pernah mengatakan hal itu. Kau harus berubah jangan terlalu gila akan bekerja Hinata"

"Kau berani-beraninya mengucapkan hal itu pada atasanmu"

"Kamu memang atasanku di kantor namun jika diluar kamu adalah temanku yang harus aku jaga"

Setelah mengatakan itu Narutopun kembali melajukan mobil Hinata.

Hinata hanya terdiam mendengar penuturan terakhir Naruto.

.

.

.

Mereka akhirnya sampai dikediaman Hyuga, Naruto kembali menggendong Hinata membuat Tou-san dan maid-maid yang melihatnya terkejut "ada apa Naruto?" Tanya Hiashi melihat kedatangan mereka.

"Magh Hinata kambuh" ujar Naruto dan langsung membawa Hinata kekamarnya.

Setelah mengantarkan Hinata kekamarnya akhirnya wanita itu bisa tangani oleh maid-maid Hyuga disana.

Narutopun berjalan untuk pulang namun langkahnya terhenti kala Hiashi menyapanya.

"Naruto bisa kita bicara sebentar?"

"Ha'i"

Merekapun kini tengah berada diteras kediaman Hyuga. Ditemani dengan teh hangat dengan beberapa makanan manis menemani mereka yang tengah melihat pemandangan senja yang begitu menentramkan hati.

"Naruto, kau tahukan bagaimana dia begitu gila akan kerjaannya?" Ujar Hiashi memulai pembicaraannya.

Naruto yang sudah mengetahui kemana arah pembicaraan ini hanya menganggukan kepala mendengarkan ucapan selanjutnya dari Hiashi.

"Aku ingin kau terus menjaganya. Karna aku percaya kau bisa menjaga Hinata dengan baik. Aku harap kau selalu ada disampingnya untuk selamanya. Memang semua ini adalah kesalahanku maka dari itu aku ingin kau mengembalikan Hinata pada dirinya. Kau bisakan?"

Akhirnya pria itu sudah berada dikediamannya. Menatap langit-langit dan memikirkan ucapan Hiashi yang beberapa waktu silam ia dengarkan. Menjaga seorang wanita yang belum lama ia kenal. Pertemuan pertamanya bagaikan kesan terindah bagi Naruto. Namun apakah pria itu mampu menjaganya sebagaimana yang diamanatkan Hiashi?

Teringat wajah sang ibu dan ayahnya kala mereka masih berada disampingnya, menemaninya dan memanjakannya. Sekarang hanya ada dia seorang. Menyukupi kebutuhan hidup yang terus berjalan. Mengingat kembali pesan sang ayah bahwa ia harus menjadi seorang anak yang kuat dan tangguh dalam menjalani hidup yang setiap waktu demi waktu terus berubah menjadi lebih keras.

Teringat bagaimana amanat sang ibu yang terus saja terngiang dalam pikirannya bahwa ia harus membahagiakan siapa saja yang akan menjadi pemilik hatinya. Harus menjaga wanita yang ia cintai sebagai mana ia menjaga ibu kandungnya.

Ingatan demi ingatan itu terus bermunculan dalam pikirannya. Ucapan kedua orang tuanya serta ucapan Hiashi menjadi satu dalam benaknya. Hatinya kini merasakan bahwa ia memang harus menjaga wanita itu.

Wanita yang belum begitu ia kenal. Wanita yang membuatnya harus berpikir ulang untuk bersamanya. Wanita arogan, wanita gila kerja yang membuatnya tidak tahu harus bagaimana mengatasinya.

Apakah ia harus menyanggupi ucapan Hiashi dengan tulus? Atau terpaksa karna ia harus membalas budi karna kebaikan mereka?

Semua hanya tergantung pada dirinya sendiri bagaimana menyikapi semua masalah yang terus berdatangan padanya.

Tbc...

Semoga suka ya minna-san. Jaa jangan lupa reviews ya^^ ... jika ada kritik dan saran silahkan ? ゚リト :D :)