Normal POV
Seorang dengan wajah ketakutan terlihat tengah berlari dari kejaran seseorang di tengah kegelapan. Orang tersebut mengenakan jaket tebal berwarna hijau tua. Tak lupa juga celana jeans sobek-sobek dan sepatu berwarna hitam.
"Sial! Aku harus cepat pergi dari sini!"
Orang itu terus berlari. Walau beberapa kali tersandung, ia tetap berlari dan berlari. Seakan ia ingin lari dari sesuatu yang mengejarnya.
Crawl! Crawl! Crawl!
Suara 'jeritan' terus mengganggu indera pendengaran orang itu. Orang itu makin mempercepat langkah larinya, makin memperlebar langkah yang ia ambil. Karena ia dapat merasakan jika sesuatu itu tepat berada di belakangnya, mempersempit jarak dengan dirinya.
"Fuck! Fuck, fuck, shit!" umpatnya kesal.
Dia terus berlari hingga akhirnya langkah kakinya terhenti saat di depannya terdapat sebuah pagar yang dihiasi kawat berduri.
"Sial! Apa yang harus ku lakukan?!"
Hingga pandangannya menangkap sebuah alat pemotong kawat yang tergeletak tak jauh dari pagar tersebut. Ia pun dengan cepat mengambil alat pemotong tersebut dan mencoba memotong kawat berduri yang menempel pada pagar.
Ctakk!
Alat pemotong itu terbelah, mungkin karena sudah usang dan berkarat.
Orang itu mengumpat kesal. "Damn it! Aku harus mencari jalan lain!" ucapnya.
Dan orang atau pemuda itu dengan berani, memanjat pagar yang dihiasi kawat berduri tersebut. Alhasil, kedua tangan pemuda tersebut terluka dan sedikit lecet.
"Aw aw!" pemuda itu kemudian langsung berlari sekencang-kencangnya setelah ia berhasil melewati pagar kawat berduri.
Craw! Craw! Craw! Brukkkkhh!
Craw!
Suara jeritan itu semakin dekat dengannya. Entah apa yang mengejarnya, pemuda itu tak tahu. Pikirannya mengatakan untuk lari dan jangan berhenti.
"Sial! Apa yang sebenarnya terjadi?!" gumam pemuda tersebut.
Sampai kemudian, ia menghentikan larinya karena di depannya ada jurang yang curam serta dipenuhi pohon-pohon lebat. Ia terjebak.
"Sial!" pemuda itu membalikkan badannya.
Drap! Drap! Drap! Brugh!
CRAAAAAAAAWWWWW!
Pemilik suara itu kini tepat berada di depannya. Seekor makhluk kurus, nampaknya tubuhnya ialah tubuh manusia. Tetapi, badannya sangat kurus hingga ia dapat melihat tonjolan tulang yang dilapisi oleh daging. Kepalanya seperti manusia biasa, namun tanpa rambut dan di mulutnya hanya terdapat gigi taring, ia tidak memiliki bibir. Makhluk itu juga tidak mempunyai hidung, hanya dua lubang kecil di atas mulutnya.
'Makhluk apa itu?' batin pemuda yang terpojokkan itu.
Makhluk itu berjalan mendekat dengan cara merangkak.
Craw!
Makhluk itu semakin mendekat.
Craw!
Pemuda itu berjalan mundur perlahan.
Craw!
Set! Pemuda tersebut tersandung sebuah batu dan menyebabkan tubuhnya terlempar ke jurang yang ada di belakangnya.
" Aaaaaaah!"
"Aaaaaaah!"
Seorang pemuda mengatur napasnya yang ngos-ngosan akibat mimpi buruk yang dialaminya. Selimut masih membungkus tubuhnya dan baju tidur masih ia kenakan.
"Mimpi apa barusan?" gumam pemuda itu.
Pemuda itu menyibakkan selimutnya. Ia turun dari ranjangnya dan bergegas membuka jendela kamarnya.
"Huahhhh! Udara pagi memang sejuk!" ia berucap sambil meregangkan badannya di depan jendela kamarnya.
Tak lama kemudian, pemuda itu berjalan menuju meja belajarnya, mengambil sebuah pena dan buku. Membuka beberapa halaman buku itu dan menuliskan sesuatu di halaman yang kosong.
'Seperti biasa. Aku terbangun akibat mimpi buruk. Dan seperti biasa, aku membuka jendela dan menulis ini.'
Tep! Ia tutup buku itu setelah selesai menulis kurang lebih 85 kata. Pemuda itu kemudian melepas baju tidurnya. Dan ia menggantinya dengan kaos t-shirt berwarna putih polos yang tergantung di gantungan pakaian di dekat ranjangnya. Dan ia juga mengganti celana tidurnya menjadi celana lewis berwarna biru tua.
Ia kemudian bergegas keluar dari kamarnya dan menuju meja makan dimana 'keluarga' nya sudah menunggu.
"Selamat pagi, semua!"
"Pagi, Onii-chan!" jawab seorang gadis berambut pirang dengan senyum yang lebar.
"Pagi, Naru-chan!" jawab seorang perempuan berambut merah dengan santai.
"Pagi, Naru." jawab seorang wanita berambut merah dengan celemek tergantung di badannya.
"Hn, pagi juga." jawab seorang pria berambut kuning sambil membaca koran dan tersedia kopi hitam di dekatnya.
Pemuda yang dipanggil Naru itu hanya tersenyum tipis. Selalu seperti ini. 'Keluarga' nya selalu menyambutnya di saat makan bersama. Tapi mengapa ia tidak bisa mengingat siapa mereka?
Naruto POV
Hai, perkenalkan namaku Namikaze Naruto, atau itulah yang mereka katakan kepadaku. Aku tak tahu mengapa aku bahkan tak mengingat namaku sendiri. Bahkan hari ulang tahun ku pun aku tak tahu. Mereka yang memberitahuku. Minato dan Kushina. Mereka mengatakan bahwa mereka orangtua ku. Dan mereka mempunyai 4 anak ㅡtermasuk akuㅡ yang menjadi adik dan kakakku.
Anak sulung mereka bernama Namikaze Karin, berumur 24 tahun. Mahasiswi Universitas Konoha. Ia telah mengenyam pendidikan disana selama hampir 4 tahun. Dan kini ia disibukkan dengan skripsi nya. Karin memiliki tubuh ramping, rambut merah, tingginya hanya 165 cm. Ia mengenakan kacamata ㅡentah ia rabun atau hanya untuk fashion semataㅡ.
Anak kedua mereka adalah aku ㅡitu yang mereka katakanㅡ. Namaku adalah Namikaze Naruto, masih berumur 19 tahun. Mahasiswa baru di Universitas Konoha. Sebenarnya, aku ingin berkuliah di Universitas Kiri yang merupakan Universitas unggulan. Tapi, apa yang bisa dilakukan olehku? Aku hanya seorang mahasiswa baru tanpa uang yang berlimpah.
Anak ketiga mereka bernama Namikaze Menma, berumur 18 tahun. Sayangnya, ia tak bersama kami. Ia berada di Tokyo bersama kakek, bersekolah disana. Hanya sesekali pulang. Dan ngomong-ngomong, kami seperti kembar! Walau kenyataannya tidak. Wajah kami sangat mirip hingga tak ada yang bisa membedakan kami termasuk ayah dan ibu, kecuali kami yang mengatakan pada mereka. Dia sudah kelas 12.
Dan anak bungsu mereka bernama Namikaze Naruko. Seorang gadis berumur 14 tahun dan baru menginjak bangku Sekolah Menengah. Ia sempat tidak naik kelas saat kelas 4 Sekolah Dasar. Ia urakan, tomboy, dan menyukai hal yang biasanya disukai oleh para lelaki.
Dan berbicara tentang kehidupanku, aku tak terlalu ingat apa yang terjadi selama hidupku. Setiap kali aku bangun dari tidur, semua kenanganku selalu menghilang. Maka dari itulah mulai beberapa minggu belakangan, aku selalu mencatat kegiatanku setiap hari. Agar aku tidak lupa.
"Baiklah. Aku pergi dulu. Jaa ne!" aku melambaikan tanganku pada mereka. Dengan segera aku melangkahkan kakiku keluar rumah dan menuju Universitas Konoha. Tempatku menuntut ilmu.
End of Naruto POV
Sesampainya di kampus, Naruto langsung bergegas menuju ruangan kelasnya. Ia mengambil jurusan seni dan desain. Ya, ia memang dari kecil bercita-cita ingin menjadi seniman. Atau itulah yang Kushina katakan. Ia tidak begitu ingat masa kecilnya.
Brukkkk!
"Aw!"
Di tengah perjalanan, Naruto tanpa sengaja menabrak seorang perempuan dan membuat barang yang dibawa terjatuh. Naruto berinisiatif untuk menolong perempuan itu. Namun...
"Hei, kau Naruto 'kan?" tanya perempuan itu.
Naruto mendongakkan wajahnya menatap perempuan itu penuh tanya. "Darimana kau tahu namaku?" tanyanya mengernyit heran.
"He?! Kau tak tahu siapa aku?!" tanya perempuan itu setelah semua barangnya telah selesai ia bereskan.
Naruto mengernyitkan dahinya. "Tidak... Aku tidak tahu siapa kau." ucap Naruto.
Perempuan itu terlihat berpikir sejenak sebelum mengangguk-angguk. "Oh aku lupa tentang 'itu'. Hehe, gomen gomen." ujar perempuan itu sambil sedikit membungkukkan badannya.
Perempuan itu mengulurkan tangan kanannya. "Perkenalkan, namaku Haruno Sakura. Dari jurusan ekonomi."
Naruto menerima uluran tangan Sakura. "Namikaze Naruto, jurusan seni dan desain. Dan maaf soal tadi, aku benar-benar tak sengaja menabrakmu." ucap Naruto.
Sakura tersenyum geli. "Hm, hm. Kau tak perlu meminta maaf. Seharusnya aku yang meminta maaf karena tak ingat akan hal 'itu'."
Naruto menaikkan sebelah alisnya. "Itu? Itu apa maksudmu?" tanya Naruto sesaat setelah ia terasa janggal dengan ucapan "Itu".
Raut wajah Sakura berubah menjadi sedih. Tapi ia tutupi dengan senyum palsu. "Hm, daijobou. Kau pasti akan mengetahuinya nanti."
"Baiklah. Aku harus ke ruanganku. Sekali lagi, aku minta maaf... Haruno-san." ujar Naruto.
Sakura terlihat semakin nelangsa. "Ha'i. Jaa ne, Namikaze-san!" ujar Sakura sambil tersenyum palsu.
"Jaa ne!"
Naruto pun kemudian langsung melanjutkan perjalanannya ke ruangannya. Dan tanpa sepengetahuan Naruto, Sakura berjalan dengan air mata yang berjatuhan.
ㅡDFAㅡ
Kantin Kampus, 16:20
Suasana kantin sangat ramai. Para mahasiswa ataupun mahasiswi memilih untuk menghabiskan waktu mereka di kantin sejenak sebelum pulang ke rumah masing-masing. Terutama Naruto, ia memilih untuk berdiam diri sejenak di kantin sebelum ia pulang. Disini ia juga ditemani beberapa temannya ㅡmenurut tulisan di buku diary nyaㅡ dan selama ia bersama temannya, ia memutuskan untuk bertanya.
"Hei, apakah kalian tahu siapa sebenarnya Haruno Sakura, mahasiswi jurusan ekonomi? Mengapa ia mengenalku sementara aku tidak mengingatnya?" tanya Naruto.
"Yare-yare..." gumam seorang lelaki berambut model nanas.
"Hahhh..." lelaki dengan tato segitiga terbalik di pipinya menghela napas.
"Hn." lelaki berambut model pantat ayam bergumam.
"Hahhh..." ketiga lelaki tersebut menghela napas secara bersamaan.
"Apa?" ujar Naruto tak paham.
"Naruto, aku tahu bahwa kau memiliki penyakit aneh, namun tak ku sangka sudah parah." ujar lelaki dengan tato segitiga terbalik.
"Apa maksudmu, Kiba?"
"Setiap kali kau terbangun, semua ingatanmu pasti akan hilang. Kau tidak bisa mengingat apa-apa lagi setelah kau terbangun dari tidurmu." ujar lelaki berambut nanas atau yang bernama Shikamaru.
"Itulah alasanmu selalu membawa buku diary. Agar kau tak lupa dengan orang-orang dekatmu. Apakah Sakura tidak masuk dalam buku diary mu?" tanya Shikamaru.
Naruto menatap langit-langit kantin kampus. Mencoba mengingat. Tapi ia tak bisa. Ia tak bisa mengingat perempuan berambut merah jambu itu.
"Tidak. Aku tak bisa mengingatnya."
"Hahh..." Shikamaru menghembuskan napas berat. Nampaknya aku harus lebih bersabar, pikirnya.
"Sakura atau lengkapnya Haruno Sakura..." terdengar sekali lagi hembusan napas berat. "Dia adalah teman masa kecilmu." Jelasnya.
Naruto membelalakkan kedua matanya. "Apa!? Bagaimana bisa!?" Tanyanya heran.
"Kau pasti lupa mencatat namanya dalam buku diary mu." ucap Kiba.
"Tenanglah..." kata Sasuke menginterupsi. "Dia pasti paham dengan kondisimu." lanjutnya memberikan pendapat.
Naruto masih terdiam. Memang ia memiliki sebuah 'parasit' yang sangat mengganggu. Dimana ketika ia bangun tidur, seluruh kenangan ㅡbaik buruk maupun manisㅡ akan terhapus dari otaknya. Dan untuk mengurangi kelemahannya itu, ia setiap hari menulis seluruh kegiatannya dan menulis seluruh nama temannya, bahkan tak jarang ia harus membuka buku diary nya untuk mengenali seseorang yang mengenalnya.
Pernah kedua orangtua nya membawanya ke dokter spesialis demi mengetahui penyakit apa yang ia derita. Namun, jawaban dari sang dokter hanya membuat kedua orangtua nya heran kebingungan.
"Tidak ada yang salah dengan anak kalian. Semuanya normal. Saya tidak tahu apa yang menyebabkannya tak ingat apapun sesaat setelah ia terbangun dari tidurnya."
Sampai sekarang, ia harus selalu melihat buku diary nya jika seseorang memanggil namanya. Tapi nama Haruno Sakura tidak tercatat di buku diary nya. Apakah saat ia kecil semuanya baik-baik saja? Pada usia berapa ia mengalami hal ini?
"Hei, pada usia berapa aku mulai menderita penyakit ini?" tanya Naruto pelan.
Shikamaru mendongak sambil memegang dagunya. "Hmm, kira-kira saat umurmu 18 tahun. Setelah kau terjatuh di toilet SMA." Jelas Shikamaru.
"Dan kau koma selama 6 hari." Sasuke menambahkan.
"Lalu, bagaimana aku bisa lulus saat SMA?" tanya Naruto lagi.
Sasuke tertawa kecil. "Kau sudah lulus saat itu. Saat kejadian itu, sedang diadakan pesta Prom Night." Ujarnya pelan.
Naruto terdiam sejenak. "Lalu, apa yang ku sukai? Hobi atau semacamnya?" Tanyanya lagi.
Shikamaru tersenyum tipis. "Kau sangat menyukai lagu dari band Inggris, Queen dan The Cranberries. Hobimu adalah fotografi. Dan yang tidak kau sukai adalah..."
"...Masa lalu."
Shikamaru menatap Naruto terkejut. "Kau ingat?!" Tanyanya terkejut.
Sasuke serta Kiba juga terkejut. Tak biasanya Naruto dapat mengingat sesuatu, apalagi jika itu menyangkut kehidupannya dulu. Banyak yang Naruto tak ingat, termasuk hari ulang tahunnya.
Naruto mengangguk perlahan. "Sedikit."
Kiba menatap Naruto. "Apakah kau tahu mengapa kau tidak menyukai masa lalu?" tanyanya hati-hati.
Naruto berusaha mengingat. Terlihat dari dahinya yang mengkerut.
"Tidak."
"Hahhh..." Shikamaru menghela napas. "Kau membenci masa lalu karena kau pernah kehilangan seorang dan hewan peliharaan kesayanganmu." Shikamaru menjeda ucapannya, "Nenekmu, Tsunade, dan kucing kesayanganmu, Kyuubi." Lanjutnya pelan.
"Sou ka." ucap Naruto.
Tak berapa lama kemudian, muncul seorang perempuan berambut blonde. Ia menghampiri mereka bertiga dan bergelanyut manja di lengan Naruto. Terang saja Naruto merasa risih.
"Maaf Nona, aku tidak mengenalmu."
Perempuan itu menatap Naruto terkejut. "A-apa kau bilang?" Ucapnya terbata.
"Aku tidak-"
"Ino, kau pasti belum tahu kan keadaan sepupumu itu? Biarkan kami memberitahumu."
Beruntung, Shikamaru segera memotong ucapan yang akan keluar dari mulut Naruto. Shikamaru kemudian menuntun Ino ke tempat yang lebih sepi dan mulai menjelaskan keadaan Naruto yang sebenarnya kepada sepupu Naruto ㅡIno.
"Apa? Kenapa paman Minato dan bibi Kushina tidak memberitahuku?!" Ujar Ino tak percaya.
"Aku tidak tahu. Mungkin agar membuatmu fokus terhadap kuliahmu di London." ujar Shikamaru.
Yamanaka Ino. Berusia 22 tahun. Berkuliah di London University jurusan kedokteran ㅡsama seperti Karinㅡ. Ino adalah kakak sepupu Naruto. Bisa dibilang Ino lah orang terdekat Naruto. Ino tahu segalanya tentang Naruto. Tapi sayangnya ia tak tahu tentang penyakit aneh Naruto.
"Apakah masih bisa disembuhkan?" tanya Ino pada Shikamaru.
"Menurut dokter, Naruto sangat sehat. Bahkan mereka bingung mengapa Naruto bisa menjadi seperti ini." Ucap Shikamaru.
"Aku harus berbicara pada bibi Kushina."
Ino kemudian mengambil smartphone nya dan mencari kontak yang ia cari. Lalu memencet ikon telepon.
"Moshi-moshi?"
"Kushina-baa, kita harus bicara. Jam makan malam aku akan mampir."
Tut! Ino langsung mematikan sambungan telepon. Shikamaru sweatdrop. Jika hanya seperti itu, kenapa tidak mengirim pesan singkat saja? Itung-itung mengirit pulsa.
"Aku pergi dulu. Sampaikan salamku pada sepupuku." Dengan tergesa Ino meninggalkan Shikamaru dalam keadaan mematung.
'Apa-apaan dia itu.' batin Shikamaru geram.
Kediaman Namikaze, 18:10
Kushina baru saja usai membersihkan tubuhnya dan berganti pakaian. Ia kemudian beranjak menuju ke ruang keluarga dimana suami dan anak-anaknya sudah menunggu.
"Apa? Kau serius?"
Samar-samar, Kushina mendengar suara dua orang berbicara di kamar anak sulungnya, Karin. Kushina memutuskan untuk berhenti dan menguping sejenak pembicaraan orang yang berada di dalam kamar.
"Aku serius, Tou-san. Dugaanku, ruangan Naruto saat koma sebelumnya pernah didiami oleh pasien virus tersebut." Kushina bertaruh jika ini adalah suara Karin.
"Lalu, apa yang harus kita lakukan?" Ini suara Minato, suaminya.
Terdengar hembusan napas berat. "Kita perlu memastikan apakah benar bahwa Naruto terinfeksi virus tersebut. Besok, aku akan mengajak dosenku untuk melakukan pengujian." kata Karin.
"Hahh.. Baiklah, pastikan hanya kita berdua yang mengetahui hal ini."
Kushina segera menjauh setelah ia mendengar langkah kaki mendekat. Ia masih memikirkan pembicaraan tadi.
'Virus? Apa yang mereka bicarakan?'
Sementara itu, Minato tengah gelisah setelah mendengar penjelasan dari putrinya.
'Virus itu... Virus yang membunuh ayah dan ibu Kushina. Aku takkan membiarkan virus itu merenggut anakku juga. Tidak akan!'
Skip Time
Kediaman Namikaze, 19:30
Seluruh anggota keluarga ㅡminus Menmaㅡ telah berkumpul di depan meja makan. Tak lupa juga Ino ㅡsi sepupuㅡ turut ada disana.
"Apa? Tidak ada sushi atau ayam panggang? Burger setidaknya?" keluh Ino setelah di meja makan hanya terdapat makanan 4 sehat 5 sempurna.
Kushina terkikik geli. "Hihihi. Kau harus terbiasa dengan selera kami, Ino-chan. Setidaknya, sayuran tidak akan membuatmu gemuk dan lebih menyehatkan dibanding makanan barat." Ujar Kushina.
Ino mengangguk pasrah. "Ha'i, ha'i. Wakarimashita." Ucapnya lesu.
Akhirnya, dengan setengah hati, Ino mengambil sepotong selada dan mengirisnya kecil. Ia memakan selada tersebut.
Glek!
"Aw! Hoek!"
Tranggg! Ino meletakkan alat makannya dengan kasar. Rasa selada sungguh hambar. Berbeda jika dipadukan dengan burger, ada rasa manis di selada walau sedikit.
"Oke, aku selesai! I can't eat it!" ujar Ino.
Minato meringis melihat tingkah laku keponakannya itu. "Ino-chan, kau bisa memakan telur gulung jika tidak suka dengan sayuran."
Ino menatap Minato. "Apapun asalkan tanpa sayuran." Ino mengambil satu telur gulung dengan garpu. Dengan segera, ia memakannya.
"Bhuah! Hoeks! Apa ini?!" baru satu gigitan, Ino langsung melepeh nya.
Kushina tertawa geli. "Telur gulung dengan isian sayuran." Kushina membentuk tanda 'V' dengan telunjuk dan jari tengahnya.
Ino semakin jengkel. "Kalian tahu? Ku rasa sebaiknya kita memesan makanan saja." Ino mengambil smartphone nya.
"Eitts! Hargai produk makanan lokal. Lagipula, makanan seperti itu tidak sehat." Karin menanggapi tindakan Ino yang akan memesan makanan antar.
Ino menatap Karin dengan tatapan sebal. "Baiklah, baik, nona pecinta makanan lokal." ujar Ino sarkas.
"Ssshh, sudahlah. Biarkan Ino memilih, apakah ingin kenyang atau lapar." Ujar Minato menengahi.
Setelah perdebatan kecil tersebut, mereka pun langsung makan dengan tenang dan damai. Tanpa perdebatan ataupun celotehan lagi.
TBC
A/N:
New Brand Horror-Fantasy-Supernatural story from me. What do you think?
Saya minta maaf karena telah menghapus White Terror. Sebagai gantinya, lahirlah fic ini. Fic ini genre nya beda dengan fic terdahulu saya. Bergenre Horror-Supernatural-Fantasy. Fic ini akan sangat beda dengan White Terror. Tapi siap-siap, di fic ini akan ada beberapa teka-teki dan petualangan fantasy(?).
Saya sudah menyusun alur & plot, dan bisa dipastikan bahwa fic ini akan lanjut sampai selesai. Tidak akan dihapus maupun discontinued. Dan yeah, saya ga terlalu berharap seberapa antusias kalian. Ada yang baca aja saya sudah seneng kok :')
Fic ini akan berbeda banget. Ada pengetahuan di tengah cerita, ada mistery, ada horror. Bisa dibilang fic ini adalah gabungan dari hampir semua genre.
Don't worry, guys. Saya juga akan mengurus fic lainnya. Tapi memang saya berniat untuk menyelesaikan fic ini terlebih dahulu. Mungkin saat memasuki inti cerita, ada banyak hal yang saya buat sendiri. Termasuk teka-teki, mistery, dan lain-lainnya.
Please gimme your feedback please? By leaving trace like reviewing, press follow or favorite button. Your feedback are means a lot to me.
So do you guys...
Mind to RnR?
© Uzumaki Nugroho
