"Ini yang kau harapkan, bukan?! Kau berharap agar aku berhenti datang kepadamu, agar aku berhenti mengganggumu?!"

Pemuda itu tidak menjawab, entah karna jawabannya memang tidak dibutuhkan, atau karna ia sibuk menahan air matanya agar tidak ikut tumpah.

Dan sepertinya dugaan yang pertama benar, gadis itu kembali bersuara. Ia menumpahkan emosinya, serupa dengan air matanya yang tidak mau berhenti mengalir.

"Ini semua salahku … seandainya aku mendengarkannya dan menutup mataku darimu, aku sungguh menyesal, tapi …" ia menggantung sesaat, nadanya berubah lirih, "tapi apa perlu kau lakukan ini padanya? Membiarkannya mati, begitu?"

Tidak, bukan seperti itu. Ia pun terpaksa, pilihannya ada di tangannya sendiri.

"Dengarkan ak-"

Gadis itu tak akan mendengar, tidak akan lagi mau mendengar.

"Aku tarik semua hari esok yang kuberikan padamu!"

.

.

.

Kakashi berusaha berjalan lebih cepat, tapi langkah kakinya malah tetap berjalan santai ke ruang kepala sekolah, tempat di mana ia bekerja.

Ia tahu ada pertemuan yang ia janjikan pagi ini.

'Mereka pasti akan menyemprotku, astaga'.

Pria bersurai perak itu hanya bisa menghela napas pasrah ketika kakinya telah sampai pada tempat tujuan, sebelum akhirnya membuka pintu geser di hadapannya.

Seraya pintu yang terbuka, menoleh pula ke enam kepala di ruangan itu ke arahnya.

"Astaga, Sensei! Kami seperti orang gila saja menunggumu di sini, lihat kami semua hampir berlumut!"

Yang pertama bicara adalah Uzumaki Naruto, anak pemberi sumbangan dana terbesar di sekolah yang dipimpin Kakashi. Ia sudah lama ingin mengeluarkan anak hiperaktif ini jika bisa, Kakashi tetap manusia, butuh udara segar.

"Kau saja yang berlumut, Naruto! Dan kau Sensei, kau bilang ada rapat penting, aku sampai tidak sarapan karna Ino langsung menjemputku, kau tahu!"

Kali ini Haruno Sakura, ayahnya pemilik rumah sakit besar di Konoha, sedang teman di sebelahnya yang barusan disebut namanya Yamanaka Ino, make up dan fashionnya nomor satu.

"Hey, aku bahkan tidak sempat memakai lipstickku dengan benar!"

Kakashi menghela napas lagi, entah untuk keberapa kalinya.

Ia berjalan menghampiri meja kerjanya, setelah dipastikan tubuh itu telah benar-benar mendarat dengan selamat di kursi empuknya, ia mulai beralih pada ke enam murid yang memasang raut wajah kesal, tidak keenamnya, sih, dua diantaranya malah memasang wajah datar dan mengantuk.

"Aku itu kepala sekolah, tentu saja aku sibuk."

"Membaca Icha Icha Paradise, misalnya-nyumph?"

'Telan dulu makananmu Chouji, kau bodoh atau apa.'

Kakashi setengah berbisik dalam batinnya, murid macam apa mereka ini.

"Hampir benar, tapi tidak." Ia menjawab sekenanya. "Baiklah, aku memanggil kalian kemari bukan tanpa alasan. Sebagai anggota OSIS-astaga Neji, bangunkan ketua OSISmu itu atau aku tak akan memulai ini semua."

Kakashi meminta pertolongan kepada satu-satunya anggota OSIS yang dianggap masih memiliki kewarasan.

"Nara, rapatnya akan dimulai."

"Hn? Merepotkan."

Yang dipanggil membuka matanya malas, menguap beberapa kali sampai akhirnya ikut berdiri di samping teman-temannya.

"Shikamaru, kau itu ketua OSIS, contohkan hal baik setidaknya pada rekanmu," Kakashi kembali memulai dengan ceramah yang dibalas dengan anggukan kecil dari murid berkuncir nanas itu, "Baiklah aku akan kembali ke dalam inti masalahnya. Apa kalian sudah mengetahui tentang pesta tahunan sekolah, Festival Budaya?"

"Apa itu, Sensei?" Naruto menautkan alisnya, ia bodoh pantas saja tidak mengerti.

Tapi yang lebih bodoh lagi itu Kakashi, "Tentu kalian tidak tahu, aku lupa memberitahukan hal ini pada kalian, seharusnya dari masa kepemimpinan awal aku sudah memberitahunya, hahaha … maaf."

Kakashi mendapat Deathglare dari keenam muridnya, kali ini benar-benar keenamnya.

"Yang benar saja, aku tidak percaya ini, kepala sekolah macam apa kau!"

Ah, suara Haruno Sakura yang melengking bukan suara yang sehat untuk didengar, kalian tahu?

"Sakura benar, bagaimana kau bisa selupa ini?"

Tentu saja kau akan membenarkan semua kata-kata gadis itu, Naruto.

"Tenanglah dulu, dengarkan penjelasannya sampai habis."

Kakashi tersenyum sumeringah dibalik maskernya, ia tak habis pikir bagaimana Shikamaru bisa terpilih menjadi ketua OSIS jika Neji Hyuuga jauh lebih bijaksana darinya, HAH.

"Terima kasih, Neji. Jadi intinya, kalian akan mengadakan Festival Budaya dalam waktu dekat, tapi banyak sekali yang harus dipersiapkan dalam Festival Budaya kali ini. Kita pun harus bekerja sama dengan beberapa Klub dan program kerja mereka serta beberapa laporan selama kegiatan mereka berlangsung. Program kerja tersebut akan disesuaikan dengan tema yang akan digarap, pun Festival ini tidak akan berlangsung tanpa adanya proker dan laporan tersebut. Jadi aku meminta kalian untuk menagih Program kerja serta laporan kegiatan mereka, apa kalian sanggup?"

Shikamaru menguap, Neji tetap setia dengan wajah datarnya, dan Chouji sibuk dengan keripik kentangnya. Sedangkan ketiga sisanya memandang tak percaya. Mereka jadi semakin kesal saja, sudah lama-lama menunggu, ternyata misi mereka hanya itu? Meminta proker dan laporan saja? Tentu saja itu mudah!

"Astaga, untuk hal seremeh ini aku harus melewatkan sarapanku? Terima kasih."

Kakashi mengangkat sebelah alisnya, begitukah? Sakura memang tidak tahu apa yang direncanakan gurunya ini.

"Baiklah kalau begitu, aku akan memberi kalian tugas, pertama, Naruto, pergilah ke klub sastra, di sana ada Hinata Hyuuga, sepupu Neji. Kemudian Chouji, pergilah ke klub memasak, kau pasti suka." Naruto mengangguk mengerti, Chouji tersenyum senang dan kembali memakan keripik kentangnya. Naruto mana tahu kalau Neji diam-diam menatapnya penuh selidik.

"Ino pergilah ke klub melukis, ada pacarmu 'kan di sana?" Ino tersenyum lebar dan menjawab dengan penuh semangat, entah mengapa gurunya begitu pengertian.

"Lalu, Neji pergilah ke klub drama, temui gadis bercepol bernama Tenten. Kau Sakura, pergilah ke klub olah aga, dan kau ketua osis, temui ketua klub memanah, kalian paham?"

Mereka hendak mengangguk dan menjawab paham, tapi siapa sangak gadis berambut sewarna gulali dan temannya yang berambut nanas malah berteriak lantang bersamaan.

"TIDAK!"

"Apa kau sengaja, Sensei? Ketua klub olahraga itu Sasuke, Uchiha Sasuke, manusia ubur-ubur yang menolakku dulu!"

Suara Sakura semakin terdengar melengking, Kakashi harap-harap cemas, semoga keadaan telinganya baik-baik saja.

"Dan kau tahu betapa merepotkannya ketua klub memanah, Kakashi-sensei?"

Kakashi memasang wajah bingung, Shikamaru itu jenius, tapi biasanya ia hanya akan mengeluh 'merepotkan' kemudian kembali menjalankan tugasnya. Apa sekarang ketua OSIS ini juga hendak menolak permintaan Kakashi?

"Memang siapa ketua klub memanah?" Naruto bertanya entah pada siapa.

"Dia itu-nyumph-mantan-nyumph."

"Chouji, habiskan dulu makananmu, masa' kau tidak tahu Naruto?" Ino menaruh tangannya di samping pinggang rampingnya, berkacak pinggang berlagak paling tahu.

"Ia mantan preman?" Naruto asal tebak saja, tapi Sakura mengangguk mengiyakan.

"Tepat, mantan preman."

Naruto melongo, kemudian tertawa terbahak-bahak membayangkan Shikamaru harus berurusan dengan seorang mantan preman, bersyukurlah ia mendapat Hianata Hyuuga dari klub sastra, sudah ketebak sifatnya yang normal-normal saja.

"Wahahahahaha…."

"Dan mantan Shikamaru-nyumph."

.

.

.

"APA?!"

"Kau bohong, Chouji!" gadis berkuncir satu itu menuduh temannya, suaranya meninggi tidak percaya.

"Bagaimana bisa? Shikamaru punya pacar?"

"Bukan punya pacar, Naruto, tapi pernah 'punya' pacar!"

Sakura bermaksud membenarkan, tapi malah terkesan menyindir. Kakashi hanya bisa menunduk dan mengelus pelipisnya, berusaha meringankan penat akibat suara bising di sekelilingnya.

"Sudahlah, bersikaplah professional, ini bukan perkara sulit, bukan?"

Pria bersurai putih itu lagi-lagi merasa tertolong oleh murid waras kesayangannya. Terima kasih Kami-sama, sudah membawa Neji Hyuuga ke dunia ini.

"Kau dengar dia, Shikamaru, Sakura? Kalau begitu berikan laporan dan proker itu minggu depan, datang lagi saja besok jika ada yang ingin kalian tanyakan, aku butuh istirahat sekarang."

Sakura dan Shikamaru mendengus kesal, sementara Ino dan Naruto terus memberondong Shikamaru dengan pertanyaan kepo-nya. Neji 'sih santai saja, juga Chouji yang tak sabar bertemu dengan klub memasak.

Yah, mereka baru akan menyelesaikan misi mereka, kisah ini masih panjang, jadi datang lagi saja besok!

.

.

.

InysaAllah TBC.