Disclaimer : Masashi Kishimoto
Rated : M
Genre(s) : Adventure, Fantasy, Martial Art, Friendship, Romance
Pair : Akan muncul dengan sendirinya
Setting : Alternate Universe
Warning(s) : OOC!Naruto, OC, Typo, Kalau tidak suka dengan cerita saya diharap tidak membacanya karena nanti mengakibatkan anda rugi sendiri dan merugikan orang lain. Etc
Summary : Setelah kematiannya Alexander Naruto dikirim seorang dewi bernama Frejya menuju dunia yang belum dikenalnya. Naruto diberi tiga anugrah oleh Frejya untuk mengalahkan musuh-musuhnya.
Inspired : Konosuba
Chapter 1 : Awal Mula!
Aku menatap sekeliling ruangan bernuansa warna hitam ini dengan pandangan bingung. Ruangan itu sangat luas mungkin tak berujung, di depanku berdiri ada sebuah kursi kebesaran mirip singgasana raja yang mega. Tapi aku melihat tidak ada siapapun yang menduduki kursi besar itu.
Pandanganku teralihkan karena netraku melihat ada sebuah cahaya yang amat terang muncul dari atas tempatku berdiri. Tiba-tiba muncul sebuah– bukan, tapi seorang wanita yang amat sangat cantik bak bidadari dari surga. Aku hanya bisa menatap sosok wanita cantik itu dengan pandangan berbinar.
Puk!
Aku melihat wanita itu langsung terduduk di kursi besar yang ada di depanku.
"Alexander... Naruto?"
"Hah!"
"Kau, Alexander Naruto kan?"
"Iya! Dan kau siapa?
"Aku adalah dewi kebaikan Frejya, yang bisa kau lihat tugasku adalah menerima jiwa yang cocok sesuai kriteriaku untuk ku kirim ke dunia lain, untuk membunuh seorang dewa atau iblis mungkin, ya.. pokoknya seperti itu aku memberi kesempatan jiwa-jiwa orang mati untuk hidup lagi."
"Hah! Tung-tunggu sebentar! Jiwa orang mati? Aku sudah mati!"
Aku berteriak sekencang mungkin menolak untuk percaya dengan omongan dari dewi bernama Frejya itu.
"Itu tidak mungkin kan! Kalau aku sudah mati, aku masih ingat kalau aku masih bermain basket di sekolah."
"Kau tidak percaya! Lihat ini!" Dewi Frejya kemudian menjentikan jarinya secara pelan.
Flashback,
Normal PoV
Terlihat seorang pemuda berambut pirang jabrik sedang memegang bola basket dan memantul-mantulkannya di lapangan basket itu. Pemuda bernama Naruto itu menoleh ke kanan dan kiri untuk melihat apakah ada teman setimnya yang bebas dari hadangan lawan. Naruto yang terlalu fokus untuk mencari rekan setimnya tidak tau kalau ada sebuah bola kasti yang nyasar mengenai kepalanya langsung yang membuat kepalanya mengeluarkan banyak darah.
Naruto pun segera dibawah ke rumah sakit dengan ambulans, tapi sayang sekali karena pendarahan hebat akhirnya Naruto pun meninggal saat dibawah menuju rumah sakit karena kehilangan banyak darah akibat kepalanya bocor.
Flasback End,
Jtik!
"Sekarang kau percaya atau tidak kalau kau sudah mati!"
Aku melihat wajah cantik Frejya yang ingin meminta jawaban dariku sekarang, "Apakah aku sudah mati?"
Aku kembali bergumam mempertanyakan apakah aku sudah mati atau belum, sebenarnya aku masih tidak percaya dengan omongan dan video atau apa yang ditunjukkan oleh Frejya tadi. Egoku masih menolak kalau aku sudah mati.
"Kan sudah aku tunjukan videonya lagipula apa masih tidak jelas gambarnya padahal itu kualitas HD lho!"
Shit! Dasar dewi sialan bisa-bisanya dia bercanda disaat seperti ini. Kualitas HD kepalamu, dasar dewi gila, apanya yang dewi kebaikan itu mungkin dia iblis atau sejenisnya yang mau menyesatkan orang.
"Jadi... Memang aku sudah mati ya!" Aku bertanya sekali lagi pada Frejya. Ia menatapku dengan pandangan bosan, mungkin dia memang bosan dengan pertanyaanku yang berulang-ulang.
"Haish, kesabaranku sudah habis!" Setelah berucap ia pun berdiri dari duduknya dan melangkah menuju arahku, aku pun memundurkan langkahku karena instingku mengatakan akan ada bahaya jika wanita didepanku itu mendekatiku.
"Tu-tunggu! Mau apa kau?!" Aku yang ketakutan hanya bisa menutupi kepalaku dengan kedua tanganku. Walaupun aku laki-laki tapi kalau lawannya adalah seorang dewi yang notabennya bergender perempuan tetap saja ada jarak yang membedakan antara dia dan aku, yaitu kekuatan. Seorang dewi yang diberkahi kekuatan yang melimpah dan seorang manusia biasa hanya mengandalkan fisik yang bisa dengan muda kelelahan.
Aku melihat Frejya tersenyum bukan– itu adalah seringaian orang yang haus darah. Aku sangat ketakutan hingga tubuhku lemas dan aku pun jatuh terduduk di hadapan Frejya.
"Ap-apa yang akan kau lakukan!" Aku berteriak padanya. Dia hanya melihatku dengan pandangan meremehkan, satu tangannya telah mengarah ke kepalaku seperti menedongkan pistol.
"Kau ini laki-laki atau perempuan hah! Dasar pecundang." Frejya berteriak keras di depanku tepatnya di wajahku, "Ah moo, aku sudah muak melihat wajah bodohmu, sekarang pilih salah satu dari semua kartu yang ada di depanmu ini."
Setelah Frejya menjau dariku sedikit, di deoanku muncul banyak kartu bergambar dan warnanya sama semua yaitu putih.
"Apa ini?" Aku bertanya lagi. Aku melihat Frejya sepertinya enggan untuk menjelaskan kartu apa ini padaku.
"Dasar manusia merepotkan! Ini adalah kartu keajaiban, dan karena kau bodoh aku beri pengecualian kau boleh pilih tiga kartu ini. Kartu ini nanti adalah anugrah yang kau dapat saat berada di dunia yang aku kirim nanti. Bisa dibilang saat kau hidup didunia yang aku kirim kau akan mempunyai kekuatan layaknya seperti hero yang ada di anime-anime yang sering kau tonton di rumah."
Aku terkagum setelah mendapat penjelasan dari dewi agung Frejya. Mataku tak berhenti berbinar memandang semua kartu-kartu di hadapanku ini.
"Eh, tapi kenapa kau memberiku tiga kartu bukannya tadi kau bilang hanya boleh pilih satu kartu saja." Aku bertanya lagi pada Frejya.
"Cih! Dengar ya manusia bodoh. Aku kasihan terhadapmu karena kau terlalu lemah dan pecundang, Cuma itu saja dan entah kenapa orang sepertimu bisa terpilih untuk aku kirim ke dunia lain." Frejya berkata dengan penuh penekanan disetiap katanya. Aku merinding dibuatnya.
Setelah mendengar penjelasan Frejya, akupun langsung memilih kartu-kartu yang akan aku pilih ini, "Oh, aku lupa! Waktu memilih tinggal lima detik."
Mataku meloto tak percaya dengan omongan Frejya, "Yang benar saja! Dengan sebanyak ini dan kau tidak bilang jika ada batas waktu untuk memilih."
Frejya hanya tersenyum angkuh, "Karena kau bodoh dasar pecundang! Cepat pilih kartumu dan pergi dari hadapanku!"
"Shit!" Aku pun dengan acak memilih tiga kartu yang dekat dengan tanganku.
"Aku pilih ini." Aku memberikan tiga kartu pada Frejya
Aku melihat Frejya yang manggut-manggut melihat kartu pilihanku. Kemudian ia melihatku dengan senyuman menawan yang belum pernah aku lihat di dunia ini.
"Bagus juga pilihanmu bocah bodoh."
Setelah itu dewi itu meletakan tiga kartu pilihanku di depannya, aku melihat dia mulai berucap entah apa itu mungkin itu rapalan sihir atau doa-doa pada Tuhan.
"Dengarkan ucapanku, aku dewi yang diberkati dengan semua kebaikan di dunia ini memberih perintah pada Namikaze Naruto untuk menerima anugrah berupa kekuatan hebat ini untuk digunakan sebagai kebaikan dan untuk mengalahkan dewa jahat ataupun raja iblis yang berada di dunia yang akan di tempatinya."
Tubuhku bersinar terang setelah Frejya selesai mengucapkan rapalan mantar sihirnya. Aku merasakan kekuatan yang sangat besar masuk kedalam tubuhku, setiap sel-sel tubuhku terasa seperti di upgrade, ah ungkapan dari mana itu.
"Naruto! Kau tadi memilih tiga kartu yang cukup hebat. Kau nantinya bisa menggunakan sihir semua elemen, dan kedua kau mempunyai sebuah pedang bernama excalibur, pedang yang bisa mengeluarkan elemen cahaya, dan yang terakhir kau mendapat anugrah bisa menyalin semua hal yang kau lihat tidak terkecuali. Kekuatan yang hebat bukan, tapi ingat gunakan lah anugrahmu dengan bijak."
Tiba-tiba di pinggangku muncul pedang berwarna kuning dipinggirnya dan berwarna biru di tengahnya dan muncul sebuah sarung pedang berwarna emas yang menutupi pedang bernama excalibur itu.
"Dan cepat kau enyah dari sini manusia bodoh!" Frejya berteriak serta menendangku dengan keras menuju sebuah lubang yang begitu saja ada di depanku.
Aku pun tertelan lubang itu dan terjun bebas di dalam lubang yang bernuansa warna hitam itu.
"Ah! Sialan kau dewi busuk! Ingat, setelah aku berhasil kembali aku akan buat perhitungan denganmu!" Aku berteriak keras menyumpahi dewi Frejya.
Bukk!
Aku terjatuh di sebuah atap sebuah rumah. Aku melihat sekeliling sebentar, yang kulihat itu hanyalah sebuah desa yang besar berada di kawah yang dikelilingi oleh hutan-hutan yang sangat lebat. Aku melihat ada lima patung orang yang berada di salah satu tebing di desa itu.
"Bukannya aku dikirim ke Eropa abad pertengahan seperti di game-game yang aku mainkan, lha ini kenapa rumah-rumah disini mirip rumah tradisional Jepang. Dasar dewi busuk itu pasti membuat kesalahan!"
Sret!
Muncul enam orang bertopeng hewan mengelilingiku, aku sangat kaget karena tidak bisa merasakan kalau aku sudah di hadang oleh orang-orang misterius ini.
"Siapa kau? Kenapa kau bisa masuk ke Konoha ini!" Aku mendengar suara bernada berat muncul dari salah satu dari enam orang misterius yang mengelilingiku.
"Aku Naruto! Ya aku hanya muncul begitu saja kau tau?" Ucapku dengan enteng. Ya, mau bagaimana lagi kan memang aku hanya muncul begitu saja karena dikirim oleh seorang dewi busuk bernama Frejya, tapi aku tidak bilang kalau aku dikirim oleh dewi karena nanti bisa-bisa aku ditertawakan dan dianggap gila oleh mereka.
"Itu tidak mungkin! Jangan berbohong. Desa ini dilindungi oleh sebuah Kekkai yang sangat kuat dan tidak mungkin kau muncul begitu saja. Kau darimana? Kumo? Iwa? Kiri? Atau Suna?"
"Hah!" Aku sama sekali tidak mengerti dengan omongan orang-orang miaterius ini.
"Neko, ikat dia dan bawah ke Hokage-sama." Aku mendengar ucapan salah satu orang miaterius bertopeng Harimau hanya menggeram marah.
"Apa-apaan ini, kenapa aku di ikat hah! Aku tidak berbuat salah dasar bodoh! Hei cepat lepaskan aku." Aku pun meronta dan berteriak menolak untuk di ikat tapi aku tidak bisa bergerak karena tangan dan kakiku sudah di tahan oleh rekan mereka. Aku yang masih meronta tidak sadar dibelakangku ada orang yang memukul tengkuk-ku dengan keras dan akhirnya aku pingsan di tempat.
~oOo~
Aku mulai membuka mata, pertama yang aku lihat adalah sebuah ruangan yang cukup besar dan di hadapanku duduk dibalik meja seorang wanita yang sangat cantik serta memiliki aset yang tidak biasa, disamping wanita itu duduk seorang pria berambut putih panjang yang sedang tersenyum kepadaku. Dan disamping pria berambut putih ada orang berambut perak mencuat ke atas yang memakai sebuah masker yang hampir menutupi seluruh wajahnya, mungkin orang aneh. Serta di belakangku ada enam orang bertopeng yang tadi menangkapku.
"Hoi, aku ada dimana!" Aku mulai bersuara karena sedari tadi tidak ada yang mulai berbicara di ruangan itu.
"Brengsek! Sopanlah dihadapan pemimpin desa Konoha!" Aku mendengar orang bertopeng yang dibelakangku tepat berteriak marah dan sudah melayangkan tendangan ke arah kepalaku.
Brak!
Aku pun terlempar menuju sisi ujung ruangan itu dan menabrak dinding ruangan dengan keras.
"Sudah cukup! Kau jangan berlebihan Tora!" Aku mendengar suara feminin namun terdengar sangat tegas ditelingaku. Aku mendongakkan wajahku dan melihat siapa orang yang berbicara barusan.
"Baik, Hokage-sama!" Ucap pria bertopeng harimau.
"Kau bocah! Sebenarnya kau siapa dan kenapa kau bisa masuk ke Konoha dengan muda."
Aku menghela nafas pelan, apakah ini yang dinamakan introgasi.
"Namaku Naruto, aku dari negeri yang jauh di timur." Aku berucap bohong pada wanita cantik itu.
"Hah! Kau berbohong ini adalah negeri paling timur di belahan bumi ini. Cepat katakan darimana kau?" Aku mendengar perubahan suara dari wanita didepanku ini.
"Oke, baiklah akan aku katakan. Tapi pertama-tama aku ingin tau siapa namamu wanita cantik." Aku berkata dengan gagah.
"Hah! Kau bilang wanita ini cantik. Dimana matamu anak muda, wanita ini sudah berumur lima puluh lebih." Ucap pria berambut putih.
Aku hanya bisa bengong mendengar ucapan dari pria berambut putih itu.
Brak!
Kemudian aku mendengar sebuah suara benda yang jatuh dengan keras. Saat aku melihat asal suara keras itu, wajahku memucat setelah melihat apa yang dilakukan wanita cantik itu pada paman berambut putih. Sadis. Hanya kata itu yang cocok untuk diungkapkan pada keadaan saat ini. Hii.. menakutkan.
"Jadi... Kau ingin tau namaku tampan!?" Aku mendengar wanita itu berbicara dengan nada sensual. Aku meneguk ludah kasar karena terbui dengan pesona seorang wanita tua tapi kelihatan muda itu. Aku mengangguk pelan meminta pada wanita itu untuk menunjukan namanya.
"Dengarkan baik-baik, namaku adalah Sen-ju Tsu-na-de! Tanamkan dalam otakmu tampan." Ucapnya dengan nada yang lebih sensual.
Glek!
Aku meliahat semua orang di ruangan itu meneguk ludah kasar. Ada apa dengan orang-orang ini.
"Ba-baik Tsunade-chan."
Aku melihat wanita itu tersenyum penuh arti setelah aku memanggil nama depannya.
"Chan! Kau dengar itu, bocah ini memanggil Tsunade dengan suffix chan." Aku melihat paman berambut putih mulai mengoceh tak jelas lagi.
"Dan Naruto-kun, kamu dari klan mana?" Tanya Tsunade padaku masih tetap dengan nada sensualnya. Lama-lama aku juga risih sendiri dengan wanita cantik ini.
"Klan? Apa itu semacam makanan." Aku bertanya kepada Tsunade karena memang tidak tau apa itu klan. Ya, harap mahklum karena aku adalah seorang blasteran Jepang-Amerika jadi tradisi di Jepang aku belum mempelajarinya.
"Maksudnya kau dari keluarga mana bocah!" Ucap paman berambut putih, "Oh, aku hampir lupa! Namaku Jiraya dan orang disampingku ini bernama Kakashi."
"Oh, itu toh. Aku dari keluarga Alexander Kristoper! Nama lengkapku Alexander Kristoper Naruto."
"Alesan- apa tadi? Namamu begitu sulit diucapkan kupanggil Kiroi Naruto saja." Tsunade kembali berkata serta memberi julukan bagiku karena katanya namaku terlalu sulit untuk diucapkan.
"Ehem! Ini sudah melenceng dari sesi introgasi kepada Naruto-san." Aku mendengar pria bermasker itu mulai berbicara, ia mengingatkan Tsunade dan Jiraya yang sudah melenceng dari rencana awal mereka.
"Hm, kau benar juga Kakashi. Jadi Naruto-kun ada urusan apa dan kenapa kau bisa masuk di desa ini?" Tsunade kembali menjadi serius saat di ingatkan oleh Kakashi barusan.
"Bisa dibilang aku ini terlempar ke sini setelah mencoba jurus baruku." Aku masih mencoba berbohong kepada mereka karena aku belum percaya kepada mereka.
"Terlempar? Maksudmu kau mencoba jurus teleportasi begitu." Tanya Kakashi.
"Ya-ya bisa dibilang seperti itu." Aku berucap dengan nada gugup.
"Jadi kau juga seorang Shinobi Naruto-kun? Kalau begitu maukah kau berbagung menjadi Ninja desa ini dan melindungi desa ini."
Tsunade memberiku tawaran untuk menjadi salah satu ninja desa ini. Tunggu dulu–tunggu dulu seorang Ninja? Apakah ini sebuah desa ninja? Dasar dewi busuk itu pasti dia membuat kesalahan, kenapa aku bisa di desa ninja bukannya dalam game itu aku dikirim ke Eropa abad pertengannya dan melawan seekor naga.
Aku melihat lagi wanita yang menjabat sebagai pemimpin desa ini dengan pandangan biasa. Aku mendengar paman Jiraya dan Kakashi menolak ide sang pemimpin untuk menjadikanku salah satu dari anak buahnya.
"Ini sudah keputusanku! Jadi bagaimana Naruto-kun kau mau atau tidak!?" Tsunade bertanya lagi padaku. Aku masih bimbang untuk menjadi ninja atau tidak tapi kalau aku tidak punya tujuan di dunia ini aku jadi tidak bisa menyelesaikan misi dari dewi busuk itu dan aku tidak bisa kembali ke dunia ku.
"Baiklah aku mau menjadi salah satu bagian dari desa ini." Ucapku mantap.
"Tunggu! Ada syaratnya. Kau harus melawanku anak muda!" Paman Jiraya berbicara.
"Syarat apa itu paman?" Tanyaku.
"Bertarunglah denganku! Ayo ikut aku. Aku tunjukan tempat bertarungnya." Ucap paman Jiraya yang kemudian keluar ruangan ini dengan melewati jendala. Aku pun mengikutinya dengan melompat keluar lewat jendala dan mengikuti paman Jiraya.
~oOo~
Kini aku melihat padang rumput yang cukup luas yang aku asumsikan sebagai tempat yang aku jadikan sebagai tempat bertarung nanti. Aku melihat Tsunade dan Kakashi juga melihat serta dibelakang mereka juga ada enam orang bertopeng yang menangkapku tadi.
"Jadi... Bertarung seperti apa yang anda maksud paman? Aku bertanya pada orang di depanku. Aku hanya berdiri biasa tidak memasang kuda-kuda atau apapun karena aku masih belum paham tentang cara bertarung di dunia ini.
"Ya, kita bertarung menggunakan fisik dan Ninjutsu dan senjata." Ucap Jiraya.
"Boleh pakai pedang? Tapi pedangku dibawah oleh mereka." Ucapku.
"Neko! Bawa kemari pedang bocah ini." Perintah Jiraya pada orang bertopeng kucing.
Aku melihat orang bertopeng kucing melempar excalibur padaku dengan mudahnya aku menangkap lemparan pria bertopeng itu.
"Kau siap bocah!" Seru paman Jiraya.
"Siap!" Ucapku keras.
Aku melotot tak percaya saat melihat Jiraya menghilang dari pandanganku, aku menoleh kanan dan kiri tapi tidak ada. Tiba-tiba instingku berteriak supaya menghindar karena belakangku dalam keadaan bahaya.
"Katon : Ryuka no Jutsu!"
Aku menoleh kebelakang dan mataku kembali melotot karena melihat Jiraya menyemburkan api yang sangat besar. Tak tinggal diam, aku segera melepas excalibur dari sarungnya dan mulai menebas udara di depanku.
Kemburan api Jiraya semakin mendekatiku, tapi pedangku masih belum mengeluarkan kekuatannya. Aku menebaskan pedangku lagi dan tiba-tiba sebuah ledakan cahaya keluar dari tebasan pedangku.
Api bertemu dengan cahaya.
Blarr!
Aku menutupi mataku dengan punggung tangan kiriku sebentar untuk menghalangi supaya debu tidak masuk ke dalam mataku. Asap hasil tubrukan dua jurus tadi berangsur menghilang. Aku tidak melihat Jiraya lagi, mungkin dia sedang bersembunyi dan akan menyerangku dari belakang lagi.
Aku merasakan tanah pijakanku mulai melumer, kakiku terjebak di dalamnya tidak bisa digerakan. Jiraya keluar dan sepertinya mulai membuat jurus lagi.
"Kuchiyose : Yatai Kuzushi no Jutsu!" Aku mendengar Jiraya mengumamkan kata-kata aneh.
Jiraya menyeringai sombong.
Aku yang melihat seringai itu membuatku khawatir. Dan tak lama kemudian di atasku mulai menggelap seperti awan yang menutupi sinar matahari di siang hari ini.
Lama-kelamaan bayangan awan itu membesar dan semakin besar. Aku begitu panik dan tanpa sengaja mengacungkan pedang excalibur milikku. Pedang itu mulai bercahaya dan muncul sebuah sinar laser dari ujung pedang itu menuju ke atas.
Wuss!
Poofft!
Aku membuka mata kembali dan menatap ke atas, awan yang mendekat tadi sudah menghilang akibat laser beam dari pedangku.
Jiraya terlihat shock saat jurusnya tidak mengenaiku. Aku yang melihat itu langsung tersenyum meremehkan.
"Paman! Tadi kau melakukan jurus yang berbahaya jadi akan aku balas dengan cara yang sama."
"Kuchiyose : Yatai Kuzushi no Jutsu!"
Aku menggumamkan nama dari jurus paman Jiraya.
Aku melihat paman begitu shock setelah aku menggunakan jurusnya dengan mudah, aku juga sempat melihat Tsunade dan Kakashi juga begitu shock.
Bumm!
Jiraya tertimpa oleh kodok raksasa. Aku yang melihat itu sempat tak percaya bahwa ada kodok dengan ukuran raksasa. Jadi paman Jiraya tadi mau menjatuhkan kodok ini padaku. Sungguh jurus yang mengerikan.
Pofft!
Setelah kodok jurusku menghilang aku tidak melihat tubuh dari Jiraya yang tertindi mahkluk raksasa itu.
"Kau hebat paman! Bisa menghindari kodok raksasa itu. Tapi aku lihat tadi kau terkena jurusku tapi kok sekarang menghilang, apa kau sudah mati paman." Aku berbicara sendiri. Sebenarnya bukan sih, aku tau kalau paman Jiraya tadi pasti sempat menghindari. Aku berbicara hanya untuk memancing dia keluar dari persembunyiannya.
"Rasengan!"
Aku menoleh dan melihat Jiraya berlari dengan cepat sambil membawa sebuah putaran energi berwarna biru pada tangan kanannya. Aku pun tidak bisa menghindar karena serangan dari paman Jiraya begitu cepat dan tiba-tiba.
Bumm!
Brakk!
Setelah terkena putaran energi itu aku terlemper beberapa meter dan menabrak pohon-pohon di pinggir padang rumput itu. Aku sedikit mengeluarkan darah dari mulutku, sial jurus paman itu patut ditiru karena damage-nya sangat besar.
"Paman jurusmu begitu hebat. Boleh aku menggunakannya!"
Aku mulai meniru jurus putaran energi milik paman Jiraya. Setelah selesai aku pun berlari menuju paman tak lupa aku menyarungkan pedangku terlebih dahulu.
Aku juga melihat paman Jiraya juga menggunakan bola berwarna biru itu. Dia juga berlari dengan cepat ke arahku.
Dua jurus yang sama saling berbenturan, dan menciptakan ledakan angin yang begitu besar hingga menerbangkan beberapa batu kecil yang berada di sekitar kami berdua. Aku pun membuat bola energi lagi di tangan kiriku dan menabrakan bola itu ke perut Jiraya.
Brak!
Paman Jiraya terlempar karena terkena bola energi yang berada di tangan kiriku. Dia menabrak bebatuan yang cukup besar dibelakangnya.
Pofft!
Aku sangat shock ketika tubuh paman menghilang seperti asap.
"Cih, orang tua itu sangat susah dikalahkan." Aku mendecih sesaat karena merasa frustasi.
"Naruto! Kau hebat juga bisa mengimbangiku yang seorang legenda sannin. Dan kau juga bisa meniru semua jutsuku dengan muda."
Aku mendongak melihat Jiraya berdiri di salah satu cabang pohon di depanku. Tak tinggal diam aku segera mencabut pedangku dari sarungnya dan menebas udara ke arah Jiraya.
Sebuah laser beam cahaya muncul dan melaju sangat cepat menuju Jiraya. Tapi kulihat Jiraya dengan mudah menghindari seranganku yang melompat ke pohon yang lain.
"Oi, paman cepat turun dan selesaikan ini. Aku sudah lapar kau tau!"
"Baiklah aku turun. Ayo selesaikan ini dengan cepat."
Tap!
Paman Jiraya pun turun dari pohon itu,
Aku melihat paman sepertinya akan melancarkan jurusnya lagi karena dia membuat segel tangan yang menurutku aneh karena aku mengeluarkan jurusku hanya dengan mengucapkan nama jurusnya dan membayangkannya.
"Katon : Dai Endan!"
Paman Jiraya menyemburkan api berbentuk peluru yang sangat besar dan mulai menembakan peluru api itu layaknya sebuah Machine gun.
Aku terus berlari, melompat, berguling mengindari peluru-peluru api itu. Tiba-tiba aku teringat sebuah jurus yang ada di salah satu anime yang pernah ku tonton di rumah.
"Lightning Dance!"
Diatas tubuh Jiraya muncul puluhan bahkan ratusan sambaran petir. Kulihat paman sangat kesulitan menghindari sambaran-sambaran dari jurusku, aku yang melihatnya ingin tertawa saja karena cara menghindar paman Jiraya sangat lucu.
Tak lama menghindari, Jiraya pun terkena sambaran dan terjatuh. Satu sambaran lagi mengenai tubuh Jiraya, dan satu lagi. Terlihat Jiraya tidak bergerak dan tubuhnya sedikit gosong karena sambaran itu. Aku yang sudah di atas angin langsung tertawa senang sebelum aku mendengar suara yang sangat aku benci saat ini,
Pofft!
Dan tubuh Jiraya pun menghilang dibalik kepulan asap, "Sialan orang tua itu menghilang lagi."
"Paman, kita sudahi saja permainan ini aku sudah sangat lapar toh aku juga tak apa kalau tidak jadi ninja Konoha. Aku menyerah, aku tidak kuat lagi aku sangat lapar."
"Hehe.. iya kita sudahi saja cakraku juga sudah hampir habis kalau kena lagi pasti aku akan mati."
Setelah kami berdeal untuk mengakhiri pertarungan, kami berdua pun berjalan mendekat ke tempat Tsunade dan yang lain.
"Bagaimana Jiraya?" Tanya Tsunade.
"Dia lulus. Aku dibuat kuwalahan olehnya." Ungkap Jiraya.
"Begitu... Jadi dia sudah bisa menjadi ninja Konoha kan? Tidak ada yang protes lagi kan." Ucap Tsunade.
"Tidak!" Ucap semua yang ada disitu minus Tsunade dan tentunya Naruto.
"Baiklah! Saatnya kembali ke kantor, dan Naruto-kun temui aku di kantor Hokage setelah ini. Ok!"
"Wakatta!"
Setelah itu mereka pun bubar kembali ke tugas masing-masing. Sementara Naruto dan Jiraya memutuskan untuk mencari makan karena Jiraya mau mentraktir Naruto makan.
Bersambung
Author Note:
Hai, bertemu dengan saya lagi di serial Story of Alexander Naruto.
Saya datang dengan cerita baru lagi, walaupun serial Buah Iblis juga masih on-going tapi karena saya mendapat ide lagi jadi saya langsung menuangkannya di sini.
Saya terinspirasi dari serial anime Kono Subarashi Sekai Wo taua dikenal dengan Konosuba. Saya cuman meniru adekan awalnya dan juga sudah saya ganti dengan versi saya tentunya.
Karakter Naruto disini itu tidak begitu mencolok dan tidak begitu superior karena dia belum mengenal dunia ninja dan juga dia belum bisa menggunakan ninjutsu. Jadi Naruto itu kuatnya bertahap walaupun mempunyai anugrah dari dewi Frejya.
Profil saat ini,
Nama: Alexander Kristoper Naruto
Age: 17 tahun
Elemen: Katon, Suiton, Doton, Raiton, Fuuton, Yin, Yang, Yin-Yang
Weapon: Excalibur
Skill: Perfect Copy
Itu saja untuk chapter satu dan sampai jumpa di chapter selanjutnya.
Log out,
