.::My Destiny::.
.
Gundam Seed/Destiny is not my own T.T
.
Pair: Arthrun.Z x Kira.Y x Shin.A
.
Genre: Hurt/Comfort & Tragedy
.
Rate: T+
.
Warning: 801, OC, OOC & Gaje
.
Summary: Aku bukanlah apa-apa. Aku hanyalah sebuah tubuh tanpa jiwa, tujuanku didunia ini hanya ada 1 yaitu...
Don't Like Don't Read !
.::Chapter One: The First Regrads::.
Earth,11 Februari 2071, 09.00
Langit pagi dibumi begitu cerah, cahaya matahari bersinar hangat yang menyebabkan banyak orang-orang keluar rumah hanya untuk sekedar menghirup udara segar atau pun berjalan-jalan santai bersama orang yang terkasihi. Seperti yang dilakukan oleh 2 orang ini, atau tepatnya seorang laki-laki berbadan tegap, berambut dark blue dan beriris biru yang sedang menggandeng seorang anak perempuan berambut pirang pendek dan bermata biru yang usianya tidak lebih dari 6 tahun. Mereka berdua tanpa asik berbincang-bincang.
"Ne, Tou-san" panggil si anak perempuan sambil menatap ayahnya yang sedang asyik menatap burung dilangit.
"Apa Cagali?" Jawab si Ayah tanpa mengalihkan pandangannya.
"Kita mau kemana? Cagali Lelah" Keluh Cagali Sambil cemberut
"Hm"
"Tou-san" Cagali yang kesal karna tanggapnya tidak dipedulikan menarik-narik baju sang Ayah
"Ha'i ha'i kita akan ketaman" Sang ayah akhirnya menjawab pertanyaan siputri kecilnya, daripada baju kesayangannya harus robek ditengah jalan, kan tidak lucu.
"Yey, aku sayang Tou-san" Seru Cagali.
Cagali yang senang teru berlari-lari kecil, kadang-kadang berputar-putar. Tanpa disadarinya dari arah berlawan seorang pemuda berjaket merah menggunakan sketboard melaju mendekati Cagali.
"Awas!"
"Brakk!"
"Cagali" Seru sang Ayah sambil berlari kearah anak perempuannya yang sedang dalam pelukan sipemuda. Sesaat sebelum menabrak sipemuda berhasil berhenti dan menyelamatkan Cagali walaupun skatboardbya harus menabrak tiang rambu-rambu jalan-poor sketboard.
"Maaf kan anakku, nama ku Athrun Zala. Apa kau baik-baik saja?" Pertanyaan dari Arthrun membuat sipemuda yang sedang meringis kesakitan dan meratapi sketboardnya langsung menatap siArthur.
"Hn" Balas sipemuda acuh sambil menepuk-nepuk bajunya dan memperbaiki letak topinya.
"Maaf aku sedang buru-buru" Ucap sipemuda saat melihat Athrun akan bertanya lagi. Segera dilajukan skatboardnya menuju daerah pertokoan. Sebelum benar-benar menghilang mereka saling menatap.
"Ha~" Athrun menghela napas setelah melepas kontak mata dengan si pemuda asing tadi.
"Cagali jangan seperti itu lagi" Ucap Athrun sambil mengandeng tangan Cagali dan dijawab anggukan kecil. Mereka kembali menuju taman ketempat tujuan awal mereka.
"Ada apa Lacus?" Sebuah suara membuyarkan lamunan seorang gadis bersurai merah muda dan bermanik baby blue yang sedang menatap keluar jendela.
"Ah, bukan apa-apa. Hanya diluar sepertinya ada kecelakaan kecil tadi" Ucap Lacus.
"Huh? Jadi bisa kita mulai kembali nona Lacus-sama" Ucap Gadis tadi sambil menekankan kata 'nona Lacus-sama'.
"Mou, Meer aku akan hanya tidak focus sementara" Bela Lacus sambil cemberut. "Dan hentikan memanggilku seperti tadi, kau kan sepupuku" Lanjut Lacus sambil bertolak pinggang membelakangi jendela yang memperlihatkan seorang pemuda berjaket merah sedang melaju dengan skatboardnya.
"Souka? dan kurasa panggilan tadi sesuai untuk anak kepala pimpinan pertahanan Earth, Lacus-sama" Sindir Meer yang memiliki perawakan hamper mirip Lacus ini, yang membedakan hanya warna rambutnya yang lebih pudar.
"Dan Jika kau memang merasa aku ini sepupumu,bisa jangan buang waktu ku? Aku harus segera kembali ke Amerika jika kau ingat" Lanjut Meer saat melihat Lacus akan membela diri.
"Ya ya" ucap Lacus Seadanya
"Jawaban apa itu? Padahal aku sudah rela kau seret-seret kestudio menyanyi dilantai 3 ini hanya
untuk menemani mu menyanyi" Ucap Meer sambil bertolak pinggang mengikuti gaya Lacus tadi.
"Gomen ne, kau memang Sepupu ku yang terbaik hehe.." Ucap Lacus sambil merangkul Meer, dan menangkat sebelah tangannya sambil menyerukan 'Ayo kita mulai'
"Srek" Bunyi roda yang menggesek permukaan aspal memenuhi area pertokoan. Seorang pemuda berjaket merah yang mengendarai sketboardnya terus melaju kencang didaerah yang sempit akan lalu lalang orang-orang, sewaktu-waktu pemuda ini melakukan manufer, seperti melompat atau melaju zig-zag melewati orang-orang, tidak jarang dia menyerempet orang atau barang dagangan pedangang. Tapi sepertinya dia tidak peduli atau terlalu cuek, karna beberapa saat lalu ada seorang pedagang yang mengamuk karna keranjang apelnya jatuh tapi dilewati begitu saja.
'Ck, aku telat. Dia pasti akan memakan ku hidup-hidup' Batin sipemuda sambil melihat jam tangan yang melingkar manis dipergelangan tangan kirinya.
"Woah" "Ckitt" Sipemuda segera menghentikan laju skatboardnya saat dilihat seorang gadis berambut merah sebahu menghadang jalannya
"Kau mau mati y Lu.."
"Plakk" Sebuah Tas melayang kekepala sipemuda yang berhasil memotong ucapan sipemuda.
"Kau pikir jam berapa ini ha? SHIN ASUKA" Ucap-coret-teriak sigadis kepada si pemuda yang sedang memegangi kepalanya.
"Aku tau, aku telat tapi tidak usah memukulku juga kan, Luna" Balas Shin kesal tetap mengelus-ngelus kepalanya yang kena tas tidak berkerikepalaan. Sipemilik tas yg bernama Lunamaria Hawk, gadis tomboy berambut merah sebahu hanya bertolak pinggang.
"Kau"
"Ah bisa kalian berhenti bertengkar? Jika kalian terus bertengkar, kapan kita mulai jalan-jalan?" lerai seorang laki-laki berambut hijau dengan iris coklat yang bernama Nicol Amalfi. Bukannya tidak mau menjadi pusat perhatian karna membuat keributan dipusat pertokoan, hanya saja Nicol terlalu malas melihat pertengkaran kekanak-kanakan yang notabennya merupakan kedua sahabatnya yang sudah teralu sering. "Gezz" See? Mereka berdua sekarang saling membelakangi dan memasang pose bersedekap dada dengan percikan api atau listrik? Yang memancar dari masing-masing mata -Sungguh kekanakan.
"Hai, tunggu aku" Seru Nicol saat dilihat kedua sahabatnya pergi. Yah setidaknya hari ini kegiatan mereka akan berjalan lancar walaupun nanti ada sedikit perkelahian Luna Vs Shin mengingat cuaca pun mendukung batin Nicol
Benarkah? Sebaiknya kau ingat Cuaca yg terlalu tenang selalu berakhir dengan Badai, Nicol.
.
.
"Earth"
"Hoy Nicol, sedang memikirkan apa?" Tanya Shinn sambil melambaikan tangan didepan wajah Nicol
"Ck, Shinn" umpat Nicol "Bukan apa-apa, dimana Luna?" Lanjut Nicol sambil melihat keseliling mereka
"Didalam toko pakaian, kenapa sih wanita suka sekali berlama-lama belanja? Kuharap gadis bodoh itu tertimbun pakaian didalam sana " Ucap-coret-doa Shinn.
"Nicol?" seru Shinn saat orang yang diajak berbicara malah pergi begitu saja.
"Aku ketempat Luna dulu, kau menunggu disana saja, ok Shinn" teriak Nicol dari kejauhan
"Falling"
"Deg!'
"Suara itu lagi, suara siapa itu?" Batin Nicol "aku pasti berhalusinasi karna lelah" Gumam Nicol dan langsung menuju ketempat Lunamaria
"Dasar, kenapa aku jadi sendirian begini?" Umpat Shin, tapi langsung teralihkan begitu melihat sebuah peti dilangit. Petir? Dicuaca cerah? Jangan bercanda, mana mungkin ada petir, y aku pasti salah lihat batin Shin. Tapi bukannya menghilang petir tersebut semakin banyak.
"Ctar" "Ctar"
"Ada apa ini? sebaiknya aku ketempat Luna & Nicol" Ucap Shin Khawatir dan segera bergegas pergi, tapi tiba-tiba sebuah petir besar menyambar tanah dibawahnya, membuat ledakan besar yang mengahancurkan bangunan disekitarnya.
"Duar"
"Brak"
Tubuh Shinn terlempar oleh angin ledakan beberapa meter dan berhenti setelah menabrak Sebuah Pohon.
"Eng" Erang Shinn sambil mencoba bangun, tapi langsung didera rasa sakit disekujur tubuhnya.
Secar reflek shinn memegang tangan kanannya yang paling terasa sakit.
"Ada ap.." Ucap Shin terputus, matanya fokusnya melihat sesuatu yang menjulang sampai kelangit
"Ctar" "Ctar"
"Tou-san" Rengek Cagali sambil memeluk ayahnya lebih erat saat dilihatnnya petir bermunculan dilangit
"Tenang Caga-"
""Duar" Athrun secara reflek langsung melindungi cagali saat petir mengahantam tanah.
"uhuk-uhuk, kau baik-baik sa.." Athrun tidak dapat melanjutkan perkataannya, saat dengan kedua bola matanya menangkap sesuatu yang besar berdiri tegak seolah menantangnnya.
"Ugh, Ada apa ini?" Gumam Lacus. Seluruh tubuhnya terasa sakit, yang ia ingat hanya ada sebuah ledakan besar yang mengguncang bangunan tempatnya berada dan tiba-tiba ia hanya melihat kegelapan.
"!" Manik Baby Blue lacus membesar beberapa inchi saat melihat pemandangan luar jendela, segera diseret tubuhnya menuju jendela.
"Apa itu?" Suara Lacus tercekat, bukan karna pemandangan bangunan yang rusak atau orang-orang yang tergetak tapi sebuah tongkat raksasa atau mungkin bangunan berwarna putih yang Lacus sendiri tidak yakin, berdiri kokoh diatas tanah sampai menjulang kelangit
Angin berhembus menerbangkan helaian rambut coklatnya, matanya yang sempat tertutup kita terbuka, menampilkan iris Violet yang indah tapi terkesan kosong.
Ia memandang kebawah dari tempatnya duduk- diatas menara berwarnah putih yang baru saja berdiri.
Bibirnya terbuka mengucapkan satu kata terakhir, melengkapi kalimat buatannya.
"Down"
.:: To Be Continued ::. OK, sepertinya ini Pair yang aneh -_- saya tau itu, tapi tetap saja saya ingin membuat cerita ini. Lanjut atau tidak?
Dan untuk Arthur x Cagali lovers tolong jangan bunuh saya, karna menjadi Cagali sebagai anak Arthur..
Apa boleh buat, cerita ini dari mimpi saya.
