Halo-halo..dengan author mietha-natsu di sini…
Disclaimer : Naskah asli vampire Knight bukan punya q, tapi punya Matsuri Hino-sensei, tapi fic berjudul Their Choice ini asli 100% fic karyaku. Ini karya perdana q yang supeeeeer..panjang..
Modal q cuma flash disk n kompie. Crita ini baru bisa kuketik pas weekend, sementara di hari biasa, ga sempet q ketik, banyak tugas. Makanya jadinya lama..
Hehehe..
Sudah cukup ah basa-basinya.
Fic ini starring oleh :
Kuran Yuuki X Zero Kirriyu, pair fave q
Cross Kaien selaku Kepsek Cross sini aku pakai kata bahasa Jepangnya, Gakuchou.
Kaname Kuran, v. pureblood kaka Yuuki asli
Hanabusa Aidou, Ruka, Rima, Shiki Senri, Akatsuki Kain, selaku para vampire yang dekat dengan Yuuki dan Kaname, sekaligus anak buah Kaname yang paling setia.
Yagari-sensei walo Cuma sedikit.
Yori n Iinchou kelas Yuuki dulu (Cuma figurin aja kuq)
Itulah para 'pemain' yang beperan di fic q ini, happy reading n diharapkan review serta sarannya, yah..
Enjoy it…
THeiR cHoiCE
Chapter 1: The Beginning
Di dalam lingkungan sekolah asrama Cross Gakuen yang tersohor, dibalik pepohonan rindang, tepatnya berada di depan asrama kosong yang kini tak terpakai itu, duduk seorang cowo yang entah kenapa sedang memandang kosong ke arah asrama. Cowo jangkung berambut keperakan itu bernama Zero Kirriyu.
Menatap asrama kosong itu, entah kenapa, tanpa kehendaknya sendiri, segala kenangan dan ingatan akan dunia ke-vampiran yang sudah sangat akrab dengan dirinya bahkan sejak ia lahir, berputar bagaikan video. Otak dan pikiran Zero sekarang sedang memutar sebuah film, layaknya sebuah video player.
Ingatan yang paling jelas diingatnya dan paling menyakitkan hatinya hingga kini, walau telah lebih dari 6 bulan berlalu sejak kejadian itu, adalah kenangan tentang gadis yang selalu memenuhi hatinya. Baginya dari dulu hingga sekarang, sosok gadis itu bagaikan cahaya yang menerangi dirinya di dalam kesengsaraan yang gelap.
Gadis itu secara perlahan berhasil melunakkan hati Zero, hingga ia rasa, tak lama semenjak pertemuan pertama mereka lebih dari 6 tahun yang lalu, ia telah jatuh hati pada gadis itu. Gadis itu pulalah yang selalu menjadikan alasan terkuat bagi dirinya hingga kini, untuk tetap hidup. Gadis itu, tak lain dan tak bukan adalah Cross Yuuki. Oh, bukan..namanya telah menjadi Kuran Yuuki semenjak hubungan dirinya dengan Kaname terkuak pada malam nista itu.
Gadis itu telah 6 tahun lebih selalu bersamanya. Ia dan Yuuki besar bersama-sama layaknya saudara semenjak hari pertemuan mereka. Hari di mana ia diangkat anak oleh kepala sekolah akademi ini. Cross Kaien. Jauh sebelum itu, Yuuki telah menjadi anak angkat Cross Kaien.
Terkadang, hatinya masih terasa sakit mengingat ketidak beradaan Yuuki sekarang di sisinya. Ketidakberadaan cahaya dan penopang hidupnya ini sekarang kadangkala sering membuat dirinya goyah. Yang paling menyakitkan dirinya kini, ia teringat bagaimana dulu, ia dan Yuuki, bekerja sama sebagai guardian Cross Gakuen, yang memiliki misi tersembunyi yaitu merahasiakan identitas para penghuni night class yang kesemuanya adalah vampire, dan hari-hari lain bersamanya.
Namun, terkadang pertanyaan ini menghantuinya. Pantaskah ia, yang seorang vampire ( yang berkali-kali nyaris jatuh ke 'level e'), atas ulah Hiou Shizuka dan Yuuki ( pada hari perpisahan mereka) berada di lingkungan Day Class, dimana siswa-siswanya adalah manusia biasa yang sangat mungkin menjadi mangsanya?
Entahlah.. Zero sudah lelah memikirkan itu. Yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah menahan nafsu vampirenya jika berada di lingkungan manusia, agar tidak membahayakan para manusia itu.
Trr..trrrr...
Hp di saku jas seragamnya berdering. Dengan gerakan refleks dia menjawab panggilan di hp-nya.
" Hallo.." angkatnya.
" Kirryu-kun! Sedang apa kamu? Kamu di mana? Cepat, ke ruanganku sekarang!" terdengarlah suara cempreng bapa-bapa, tepatnya ayah angkatnya, sang kepala sekolah, Cross kenapa, ia sering bernada bicara seperti waria, dan bertingkah kekanak-kanakan. Padahal, ialah vampire hunter legendaris yang terkenal kejam, cool, dan dingin terhadap para vampire.
Hp Zero ditutup, kemudian ia segera beranjak, melangkah menuju ruang Kepsek.
Took..toook..took..
" Kirryu-kun! Dozo, masuk saja!" kata suara dari dalam yang dikenali Zero sebagai suara ayah angkatnya.
" Ada apa, Gaku…"belum sempat ia menyelesaikan bicaranya, ucapannya telah dipotong oleh ayah angkatnya.
" Kirryu-kun! Jangan panggil aku ' Gakuchou'! Panggil aku ' Ottosan'! Yuuki sudah tidak ada lagi dan tidak ada lagi yang memanggilku begitu!" katanya dengan dialek waria.
" Hhh…ok..ok. Ada apa, Ottosan?" kata Zero, kemudian menghela nafas. Dalam hati ia kesal karena telah diingatkan akan ketidakberadaan Yuuki.
" Hmm.. Kirryu-kun.. Kamu bolos kelas, yah?" kata Cross Kaien, memulai pembicaraan.
" Ee..karena sedang pemeriksaan darah. Jika nanti seandainya aku ikut, aku mungkin bakal kelepasan kendali dan mencelakakan orang.." kata Zero, tajam kepada dirinya sendiri, diikuti dengan ekspresi takut dan jijik akan kemungkinan yang mungkin bakal diperbuatnya.
" Sou ka..( oh, begitu).." kata Kaien tenang. Dan sekarang, nada bicaranya sudah normal dan terkesan serius. Tidak ada lagi aksen warianya sekarang. Terkadang, Zero bingung dengan ayah angkatnya yang seakan mempunyai dua kepribadian itu. Terkadang seperti waria lengkap dengan suara centilnya, namun terkadang pula serius dan berwibawa.
" Kirryu-kun..dengar. Yagari-sensei memberitahuku untuk segera mengabarkannya kepada kamu. Ia meminta kamu untuk segera ke kota sekarang. Kabarnya, ada vampire level E yang sedang mengamuk." Katanya.
Deg!
Wajah Zero menegang, Pistol anti-vampire yang ada di saku jas seragamnya, Bloody Rose, dipegangnya erat. Dan dengan helaan nafas dalam, ia menjawabnya.
" Baiklah.." katanya singkat, dan berbalik badan dan hendak meraih pintu.
" Kirryu-kun..! Uugh..bilang 'ittekimasu, Ottosan', dong!" Kata Cross Kaien lagi. Kembali dengan aksen bicara warianya.
Zero terdiam sejenak. Kemudian melemparkan pandangan ke arah ayah angkatnya yang unik ini.
" Hai..Ittekimasu, Ottosan.." katanya, sambil tersenyum tipis dan meraih kenop pintu.
Seketika, muka sang Kepsek itu berubah ceria ( yang aneh)
" Hai..itterasai…!" katanya heboh dan sambil mengibar-ngibarkan saputangannya.
Zero melihatnya sedikit, dan tersenyum geli melihatnya..
-ooo-
Selagi berjalan, segala perasaan berkecamuk di hatinya. Sudah lama ia selalu mengalami dilema pelik ini. Sebagai keturunan keluarga Kirriyu, ia wajib meneruskan tugas orangtuanya untuk membasmi para vampire, terutama yang mencelakakan manusia. Namun di satu sisi, dirinya yang telah menjadi vampire akibat digigit oleh vampire pureblood ( Hiou Shizuka dan Yuuki), telah menjadi vampire.
Ia membenci para vampire yang telah menyengsarakannya, dan ingin menghabisinya. Namun di satu sisi, iapun adalah vampire,yang berkali-kali harus dijaga agar tidak jatuh ke'level e'. Jika ia jatuh ke dalamnya, maka habislah semuanya. Karena vampire jenis ini, adalah jenis vampire terganas, yang sangat sulit untuk dikendalikan. Sambil terus berpikir, Zero terus berjalan menuju kota. Pekerjaan menantinya..
-ooo-
(Yuuki's day, after that day)
Kuran Yuuki sekarang tinggal di kastil lama milik keluarganya. Bersama Kaname, Ruka, Rima, Shiki, Aidou, Akatsuki, dan para vampire-vampire lain yang mantan penghuni night class di Cross Gakuen. Para vampire-vampire itu memang sebenarnya telah dibebas tugaskan oleh Kaname, tapi mereka sendirilah yang memutuskan untuk terus mengabdi dan bersama Kaname, sang pureblood vampire langka, yang posisinya bahkan sudah seperti raja para vampire.
Yuuki pun yang tak lain adalah adiknya, otomatis telah menjadi princess pureblood vampire. Tinggal di kastil ini bersama mereka tidaklah buruk. Setiap hari suasana ramai, walau jelas Kaname jarang berbicara. Namun, entah kenapa, suatu rasa kehilangan besar menghantui hatinya. Kini Yuuki sedang termenung sendirian di dalam kamarnya. Terdiam dan merenung..
" Yuuki-sama..Kaname-sama..saatnya makan.. Ayo, Rima, Shiki, Aidou, Akatsuki, makan..!" kata Ruka.
Aidou mengetuk pintu kamar Yuuki. " Yuuki-sama..waktunya makan. Ayo keluar.." katanya.
Tak ada sahutan dari dalam kamar Yuuki. Hening.
Aidou mulai panik. " Yuuki-sama? Ada apa?" katanya.
" Gomen, Aidou-senpai..Biarkan aku sendiri dulu.." terdengat sahutan dari dalam kamar Yuuki.
Aidou panik. " Doushite, Yuuki-sama? Kau marah pada kami?"
" Iie..aku tidak ada masalah dengan kalian. Tolong tinggalkan aku.."kata suara Yuuki dari dalam.
Tiba-tiba, Rima sudah berada di depan pintu kamar Yuuki juga, di sebelah Aidou. Kemudian ia berkata " Kau yakin? Yuuki-sama..?" katanya.
" Eee..tolong tinggalkan aku sendiri dulu.." balas Yuuki.
Rima menghela nafas. Sedangkan Aidou nampak sangat panik dan berniat mengetuk pintu kamar Yuuki sekali lagi. Namun Rima mencegahnya. Ia menggeleng pelan dengan tatapan tajam, dingin, dan lembut. Memberi kode kepada Aidou untuk segera meninggalkan tempat itu dan meninggalkan Yuuki sendiri. Kemudian, ia berjalan menuju meja makan. Aidou mengikuti Rima pada akhirnya, namun dengan pandangan cemas-cemas panik ia sesekali menengok ke arah kamar Yuuki.
-ooo-
Yuuki terus termenung didalam kamarnya. Sudah 6 bulanan ini ia telah tinggal bersama Kaname dan para vampire-vampire lain itu di kastil lama milik keluarganya. Dia merasa, yang dialaminya sekarang bukanlah suatu penyesalan. Bagaimanapun ia bersyukur semuanya telah berakhir dengan cukup baik di kejadian pada hari itu.
Ia juga tidak menyesal berada di sini, karena ia senang bisa tetap berada didekat Kaname, orang yang dikagumi olehnya dari dulu. Yang ternyata malah seorang kakaknya. Namun ia merasa hampa..entah kehampaan apa yang kini sedang dialaminya..
Deg..!
Tiba-tiba, dia merasa sangat haus dan kesakitan. Matanya bersinar kemerahan tajam dengan pandangan mata memburu sesuatu. Dirinya terasa lemas sekaligus liar. Badannya bergetar tak terkendali.
" Terjadi lagi..! Tahan..tahan..! Jangan sampai kau kehilangan kontrol, Yuuki! Zero saja sanggup menahannya berhari-hari!" kata Yuuki, menyuarakan pikirannya, pelan berbisik. Yuuki tahu apa yang sedang dialaminya. Sangat tahu. Namun, badannya tidak mampu memenuhi kehendak pikirannya. Kendati pikirannya berkata demikian, tubuhnya tetap haus dan sangat menginginkannya.
Perasaan itu adalah hasrat akan suatu hal..suatu hal yang sangat vital bagi para vampire..sesuatu yang menjadikan ciri khas para vampire dan sesuatu yang menjadikan suatu kebanggaan bagi beberapa vampire, namun tak sedikit pula yang menganggap sesuatu itu adalah hasrat terkutuk yang dibebankan pada kelompok mereka, yang menyebabkan mereka selalu dianggap monster bagi para manusia. Ya..sesuatu itu adalah..
Hasrat..
Akan darah..
Nafsu akan darah yang dimiliki oleh bangsa mereka…
Took..toook..took..
Pintu kamar Yuuki kembali diketuk, dan kemudian terdengarlah sebuah sahutan. " Yuuki..ini aku. Kata Aidou, kamu tidak mau makan. Ada apa, Yuuki?" kata suara itu, yang amat dikenali Yuuki, Kaname.
" Kaname-niisama.." Yuuki bergumam pelan, namun tentu saja gumamannya tidak terdengar oleh Kaname.
" Yuuki? Aku masuk ya.." kata Kaname, yang khawatir dengan Yuuki yang tidak menjawab dan kemudian membuka pintu.
Mendengar deritan pintu, Yuuki segera berbalik badan.
" Sagatte kudasai, Oniisama.." kata Yuuki, bergetar.
" Yuuki?" kata Kaname, kemudian menyentuh pundak Yuuki dan membalikkan badan Yuuki.
Seketika..terlihatlah oleh Kaname, mata Yuuki yang berkilat kemerahan, warna merah darah, nafas memburu, dan tubuh berkeringat deras, bergetar, serta air mata Yuuki yang mulai menggenang di pelupuk matanya.
Yuuki melepaskan pegangan tangan Kaname di pundaknya, dan berbalik badan serta menjauh dari Kaname.
Kaname tersenyum kalem. Dia mengerti bahwa Yuuki sedang menginginkan darah. Dan Yuuki..berusaha menahannya. Perlahan, Kaname mendekat.
Suara langkah Kaname yang mendekat membuat Yuuki semakin berkeringat dingin.
" Sa..sagatte kudasai, Oniisama..! Watashi wa…" kata Yuuki, sedikit berteriak dan bergetar.
Namun, tiba-tiba, Kaname langsung mendekat. Sangat mendekat. Kemudian kembali meraih pundak Yuuki, dan memutar badannya lagi hingga mereka berdua bertatapan.
Kaname tersenyum tipis. " Wakatteru, Yuuki.." katanya, sambil menyingkirkan rambut panjangnya ke kiri. Kemudian mendekatkan lehernya ke depan mulut Yuuki.
" Saa, Yuuki..dozo.." katanya, mempersilahkan Yuuki untuk mengisap darahnya. Melihat leher yang siap digigit di depan Yuuki, nafsu vampirnya memuncak. Ia mulai membuka mulut perlahan dan terlihatlah taringnya. Mulutnya bergetar membuka perlahan-lahan. Ketika taringnya nyaris menyentuh kulit leher Kaname, pikirannya kembali melarangnya. Dan dengan sekuat tenaga, ia mendorong Kaname.
" Tii..tidak..!" kata Yuuki.
Kaname terdorong menjauh. Matanya masih menatap Yuuki kalem dan tersenyum penuh makna.
" Go, gomen, Kaname-niisama! Tapi aku..tidak bisa!" kata Yuuki, yang bergetar. Kini ia sangat mengerti perasaan Zero dulu, bagaimana susahnya menahan nafsu vampire yang sedang menggebu-gebu. ' Seperti inilah yang selalu dirasakan Zero..'pikirnya, menerawang.
" Wakaranain, Yuuki.. Kini kamu sudah tidak hidup bersama manusia lagi. Semua yang ada di sini adalah vampir. Kamu tidak perlu berpikir bahwa kamu mencelakai kita. Sama sekali tidak, Yuuki.. Lalu, apa yang sedang kamu coba tahan?" tanya Kaname.
" Wakkateru..wakatteru yo, Kaname-niisama! Tapi..selama ini Zero selalu mengalami hal ini, tapi dia selalu berusaha sekuat tenaga untuk menahannya. Sekalipun itu melukai dirinya sendiri! Dakara..watashi…" ucapannya berhenti tiba-tiba dan air matanya pun mulai menetes perlahan. Suaranya tercekat dan makin bergetar.
" Saat ini, memang aku tinggal bersama dengan vampire, tapi jika sesuatu hal terjadi dan aku harus kembali menjalani keseharian bersama manusia lagi, jika aku terbiasa selalu mendapatkan darah, saat itu aku pasti telah..mencelakakan orang..Aku tidak mau, Kaname-niisama!Bagaimanapun, nafsu vampir ini harus kutahan, niisama! Agar suatu saat tidak mencelakakan manusia, dan agar tidak membuat manusia menjadi sengsara, seperti Zero.." ujar Yuuki, perlahan, sambil tetap terisak.
Kaname meraih Yuuki yang terisak pelan dan jelas. Dipeluknya lembut adik kandungnya itu dan menepuk-nepuk punggungnya dan mengusap-usap kepalanya.
" Aku tetap tidak mengerti, Yuuki..Sebenarnya, apa yang kamu inginkan sekarang? Kau rindu Zero?" tanya Kaname perlahan.
Masih dalam keadaan sedikit terisak, Yuuki mengangguk. Ia berusaha tenang dan menjelaskannya.
" Bukan bohong jika aku memang rindu Zero.. Memang aku rindu padanya..bagaimanapun, sebelum ini semua terjadi, kami telah besar bersama-sama setelah lebih dari 5 tahun lamanya..ialah partner ku dalam kegiatan apapun juga, dan..iapun…"kata Yuuki pelan dan menggantung.
" Aku merasa Zero sangat penting bagiku, entah ini rasa yang bagaimana. Tapi, bagaimanapun juga,aku tetap tidak bisa bertemu dengannya, bagaimanapun juga…Dan jalan yang kupilih sekarang, memang sama seperti dia..aku tidak ingin mencelakakan orang lain.." sambung Yuuki.
Kaname menatap Yuuki dalam, kemudian ia menghela nafas.
" Baiklah kalau itu keputusanmu..Kalau begitu, minumlah ini.." kata Kaname akhirnya, sambil merogoh saku jasnya. Dan mengeluarkan sekotak pil.
Yah..pil..Yuuki sangat tahu pil apa itu. Itu pil darah..pil yang digunakan oleh para vampir sebagai pengganti darah manusia yang harus ia buru. Hanya saja..tidak semua tubuh vampir dapat menerima obat itu. Beberapa, diantaranya Zero, tubuhnya menolak pil-pil itu sebagaimanapun mereka berusaha untuk meminumnya. Hingga akhirnya, menyisakan satu pilihan buruk yang terpaksa ia pilih..
Memangsa orang..
Yuuki meraih kotak pil darah itu. Mengambil segelas air di kamarnya, dan berusaha menelan pil itu.
Tapi..
Sesuatu yang tidak diduganya muncul. Ternyata, tubuhnya juga menolak pil-pil itu!
Yuuki terus berusaha menelan pil-pil itu. Namun, dari dalam tubuhnya selalu mengalami penolakan. Berkali-kali pil itu kembali termuntahkan keluar.
" Doushite..?" kata Yuuki, tercenung dengan nada putus asa yang dalam. Suaranya bergetar dan air matanya mulai menetes.
" Lihat, Yuuki.. Tubuhmu menolak pil-pil itu, kan? Sepanjang sejarah keluarga Kuran, semuanya hampir menolak pil-pil itu. Hanya ayah kitalah, Haruka, yang tubuhnya mampu menerima pil-pil itu.." jelas Kaname.
Yuuki terdiam membisu.
" Dengar, Yuuki..untuk saat ini, kamu hisaplah saja darahku… Untuk nanti ke depannya, kamu pikirkanlah langkah selanjutnya, saat kamu tenang. Jika terus seperti ini, hanya akan menyengsarakan dirimu, Yuuki..ya?" bujuk Kaname, sambil mendekat ke arah Yuuki.
Yuuki yang masih syok dengan fakta-fakta itu, masih terdiam lemas dan mematung. Namun, tubuhnya yang saat itu haus sekali akan darah, ternyata merespon duluan tubuh Kaname yang mendekat. Tanpa perlu berpikir dan tanpa bisa dilarang oleh pikirannya, perlahan ia mulai mendekati leher Kaname.
Yuuki akhirnya menyerah juga pada kenyataan. Sekarang ia hanya bisa..membiarkan nafsu dan insting kevampirannya menguasai dirinya. Kemudian..ia mulai..
Menggigit..
Menghisap..
Darah Kaname..
Dan yang kini bisa hatinya suarakan hanyalah satu, ' gomen..Zero..', katanya dalam hati sambil terus menangis…
-ooo-
Keesokan harinya, Yuuki keluar dari kamarnya. Dan Aidou yang melihatnya, segera menyapanya.
" Ohayou, Yuuki-sama.. Tidur nyenyak?" tanya Aidou.
" Ohayou, Aidou-senpai.." kata Yuuki, kemudian melihat para vampire lain yang mulai memperhatikannya. Kebanyakan dengan raut wajah khawatir.
" Ohayou mo..senpai-tachi..Uumm..ano..maaf sudah membuat kalian semua khawatir…" kata Yuuki, merasa bersalah.
" Ii no…( tidak masalah) Daripada itu, bagaimana denganmu, Yuuki-sama? Kamu sudah tidak apa-apa?" tanya Rima.
" Ee..Hari ini aku merasa sangat baik." balas Yuuki, dengan senyum khasnya.
Semua vampire yang ada di situ tersenyum tipis. " Baguslah.." kata Akatsuki mewakili yang lain berbicara, kemudian mereka melanjutkan kegiatan.
2 jam kemudian..
Yuuki yang sedang membaca buku di sofa ruang tengah, mendengar derit pintu kamar Rima dan Ruka terbuka, kemudian ia melihat Rima dan Ruka keluar dari kamar mereka, lengkap dengan memakai sepatu dan mantel.
" Ruka-senpai? Rima-senpai? Mau kemana?" Tanya Yuuki.
Bersamaan dengan itu, keluarlah Shiki dari kamarnya.
" Kami akan ke kota. Ada beberapa kebutuhan yang harus kami beli.." kata Ruka.
" Aku boleh ikut ?" tanya Yuuki.
" Eeh..? Yah, douzo, terserah Yuuki-sama.." kata Ruka, menjawab.
Yuuki pun bergegas ke kamarnya kemudian segera berganti baju dan bersiap-siap. Tak lama kemudian, ia keluar.
" Saa..ikimashou, senpai-tachi!" kata Yuuki, sambil tersenyum semangat.
" Hmm..kurasa karena Yuuki-sama ikut, aku tidak usah ikut, ya, Rima? " tanya Shiki.
" Dame! Kamu harus ikut! Paling tidak nanti kamu berguna untuk bantu angkat barang!" kata Rima.
" Apaaa? Rima..!" balas Shiki dengan nada keberatan, tapi tidak keburu bertindak karena Rima sudah menariknya.
" Tidak ada kata tidak! Ayo!" kata Rima, tanpa ba-bi-bu, dia segera menarik Shiki keluar.
" Rima!" terdengar suara khas Shiki yang sangat keberatan, namun tak digubris oleh Rima.
Yuuki dan Ruka yang melihatnya pun hanya bisa memperhatikan sambil terkikik pelan dan tersenyum.
-ooo-
Kemudian, Ruka, Rima,Yuuki, dan Shikipun belanja di kota.
Usai belanja…
" Huah..Tadi asyik yah, senpai? Udah lama ga jalan- jalan ke kota." Kata Yuuki, kemudian matanya menangkap ke arah kafe di ujung jalan.
" Ruka-senpai, mampir ke situ, yuk? Aku kangen ma parfait dari kafe itu" sahut Yuuki kepada Rima.
Serentak ketiga vampir itu pun menengok ke arah yang dimaksud Yuuki.(walopun yang dipanggil cuma Ruka).
" Boleh juga.. Lagipula, ini sudah jam makan siang.." tanggap Rima, sambil tersenyum simpul.
" Kalau begitu..ayo, kita masuk saja." Ajak Shiki dan ke 3 vampir sisanya mengikuti Shiki.
Mereka pun segera memesan makan siang, dan usai makanan utama usai disantap, mereka memesan makanan penutup. Yuuki, tentu saja memilih parfait idamannya.
Yuuki mulai menyendokkan satu sendok parfait itu ke dalam mulutnya." Hmm..oishi..tetap enak seperti dulu.." kata Yuuki riang.
" Iya, -sama sudah lama tidak keluar, kan? Kapan terakhir ke sini?" tanya Ruka.
" E? Em..mungkin 10 bulan yang lalu..Sudah lama sekali..waktu itu, aku ke sini bareng Zero usai belanja…O, ya..senpai-tachi tahu ga? Aku pertama kali ke sini pas umurku kira-kira 10 tahun. Kira-kira pada bulan-bulan pertama setelah Zero dibawa ke rumah oleh Gakuchou..Yang memilihkan parfait ini pertama kali juga Zero, tapi pas umurku 14 tahun. Setelah itu, parfait ini jadi favoritku.." kata Yuuki, sambil bercerita dengan riangnya.
Ruka, Rima, dan Shikipun tersenyum mendengarnya.
" Yuuki-sama..anda dari tadi berbicara soal Zero dan Gakuchou.." kata Ruka,sambil tertawa kecil dan menyunggingkan senyum.
" Bagus, kan? Artinya Yuuki-sama masih sayang pada mereka berdua…" kata Shiki.
Rima mengangguk-angguk pelan, " kamu kangen mereka, kan?" Tanyanya.
Yuuki pelan terdiam, namun masih mempertahankan senyum di wajahnya, kemudian mulai bersuara sambil menyendokkan parfaitnya perlahan-lahan.
" Ee..aku memang kangen dengan mereka , saat ini aku tidak bisa menemui mereka..terutama..kepada Zero..tidak untuk saat ini.." kata Yuuki, tenang dan pelan.
" Are? Doushite?" kata Ruka.
" Karena suatu janji.." kata Yuuki singkat. Sesaat ekspresinya masih tersenyum dan riang, namun perlahan-lahan memudar dan wajahnya tampak merenung dan menerawang.
" Ada apa? " tanya Shiki.
" Ah, iie..aku hanya..sedikit..khawatir pada Zero..Siapa lagi yang memberinya darah? Bagaimanapun, tubuhnya tetap menolak pil-pil darah itu. Lalu, bagaimana ia bisa bertahan?" sahut Yuuki.
" O..soal itu..Yuuki-sama tidak perlu khawatir, Pertarungan akhir dengan Kuran Rido waktu itu telah membuatnya menjadi manusia biasa. Kecuali kalau ia digigit oleh vampir pureblood lagi. Tapi, itu tidak mungin, kan? Jadi tenang saja, Yuuki-sama. Kini ia menjadi manusia biasa sepenuhnya.." jelas Rima.
Deg!
" Doyou koto?" kata Yuuki, perasaanya bercampur antara was-was dan merasa bersalah.
" Ee..sumari, Zero, sebelum melawan Kuran Rido, ia meminum darah adik kembarnya, kan? Keturunan keluarga Kirriyu, memang sudah terkenal sebagai vampire hunter terkenal. Darah yang mengalir pada diri mereka pun berbeda. Kita sebagai vampir tahu persis hal itu. Yuuki-sama mungkin tidak begitu tahu sebab selama ini kemampuan Yuuki-sama sebagai vampir sudah ditutup sementara oleh keluarga Anda, dan memang baru dikembalikan belum lama ini. Darah pada keluarga Kirriyu, mempunyai satu keunggulan. Darah mereka dapat menaikkan kemampuan para vampir, dan kecuali pada vampire pureblood, kemampuan vampir yang ditingkatkan itu jika dipakai pada batas-batas tertentu, akan menghilangkan efek vampir dalam diri manusia yang digigit vampir itu sendiri, hingga mereka sepenuhnya bebas dari darah..dan takdir vampir. " Jelas Rima.
" Zero memang keturunan keluarga Kirriyu..tubuhnya memang bisa mengurangi efek dari gigitan Hiou Shizuka, namun, itu hanya sementara. Anda tahu kan, bahwa Zero sudah digigit oleh Hiou Shizuka lebih dari 6 tahun yang lalu? Tapi, mengapa coba hasrat dan naluri vampirnya baru muncul saat ia mulai berusia 16 tahun? Ya, karena itu, kemampuan darah dari keluarga Kirriyu mampu menyegel efek dari darah Hiou Shizuka, hingga pada batas tertentu, yaitu saat ia berusia 16 tahun." Lanjut Shiki.
" Efek dari darah Hiou Shizuka yang telah bersemayam dalam diri Zero, ia tingkatkan saat ia meminum darah satu-satunya keluarga Kirriyu lain yang tersisa, Ichiru. Walau Ichiru sudah menjadi bawahan Hiou Shizuka, tapi Hiou Shizuka tidak mengubah Ichiru menjadi vampir, oleh sebab itu, kemampuan darah pada Ichiru masih normal. Kemudian, pada saat pertarungan itu, Zero memakai kekuatan vampirnya yang berhasil ditingkatkan melalui darah adik kembarnya, hingga mencapai batas hilangnya kemampuan vampirnya. Dan pada saat pertarungan pada malam itu usai, hilanglah segala efek dari darah vampirnya."Lanjut Ruka.
"Ee..? bukannya jika sudah menjadi vampire, ia akan terus menjadi vampire, kecuali jika ia meminum darah 'master'nya, kan? Karena Zero tidak bisa mendapatkan lagi darah Hiou Shizuka, ia harus dijaga agar ia tidak jatuh ke 'level e'kan? " tanya Yuuki beruntun.
" Tidak. Umumnya satu-satunya cara untuk menghilangkan efek dari gigitan vampire pureblood dari dalam diri seorang manusia yang sudah digigit, adalah dengan cara mendapatkan darah dari vampir 'master', yaitu vampire pureblood yang telah megubah manusia itu untuk menjadi vampir, seperti yang telah Yuuki-sama ketahui. Tapi, pada kasus Zero Kirriyu, berbeda, ada kemampuan tersendiri yang memang sudah tersimpan pada darah keturunan keluarga Kirriyu. " jelas Shiki.
Yuuki menunduk. Ia mulai merasa ada satu kesalahan besar yang telah diperbuatnya." Lalu, apa yang terjadi jika Zero digigit oleh vampire pureblood lain usai pertarungan itu ?" tanyanya.
" Ya, ia akan kembali menjadi vampire lagi. Disaat itu, sudah tidak ada lagi yang bisa membuat ia kembali 'normal' lagi, kecuali ia bisa mendapatkan darah 'master'nya. Tapi itu tidak mungkin, kan? Jumlah para vampire pureblood sudah sangat berkurang, Hiou Shizuka sudah mati, dan Zero pun sangat membenci Kaname. Jadi, vampire pureblood mana yang akan kembali mengubahnya? " sahut Shiki santai.
Perasaan Yuuki menjadi sangat gelisah. Ia merasa sangat bersalah, karena waktu itu..ia telah..mengembalikan darah vampire yang sangat dibenci oleh Zero, dan mengubahnya kembali menjadi vampire, sesaat setelah Zero…seharusnya kembali menjadi manusia biasa.
" Iie..Zero tidak menjadi manusia sekarang..aku..aku.." terdengarlah suara Yuuki yang mulai kalut.
" Ee? Nani ga? " tanya Ruka, mewakili ketiga vampir lainnya yang sama-sama heran mengapa Yuuki tiba-tiba menjadi diam dan terdengar seperti mau menangis.
" Akulah yang..usai pertarungan itu..akulah..yang kembali menggigit Zero..aku yang telah mengembalikan darah 'terkutuk' vampire ini kepadanya, disaat ia seharusnya sudah terbebas dari segala beban ke-vampire-an ini..!" kata Yuuki,dengan pandangan nanar dan syok kepada dirinya sendiri, ia mulai menangis. .
Ketiga vampire itu kaget. Mereka sama sekali tidak menyangkanya. Mereka pun buru-buru mendekati Yuuki yang sudah terisak.
Shikipun buru-buru mengeluarkan sapu tangannya.
" Mu..mungkin Zero punya pemikiran tersendiri. Makanya, ia membiarkanmu melakukannya, Yuuki-sama.." kata Rima pelan, tak tahu harus berbuat apa.
" Go..gomen, Yuuki-sama, kami sudah menceritakannya.." kata Ruka, sama paniknya.
Shiki menyodorkan saputangannya, "Ayolah, Yuuki-sama..tolong jangan menangis.." kata Shiki dengan ekspresi canggung + khawatir.
" Yuuki-sama..tolong jangan menangis..aku yakin, Zero baik-baik saja. Selama ini ia sangat kuat kan menghadapinya? Jadi tidak apa-apa..anda tidak perlu khawatir.." kata Ruka.
Yuuki menggeleng pelan.
" Tidak, Ruka-senpai tidak mengerti. Memang Zero selalu menyembunyikan hal ini di hadapan orang lain, tapi, aku yang besar bersamanya selama bertahun tahun jelas mengerti, bahwa ia sangat menderita karena hal itu..!" kata Yuuki, isakannya makin deras.
Ruka pun salah tingkah. Ia merasa sangat bersalah, telah mengatakan hal ynag kembali, bikin suasana tambah parah dan tidak mengenakkan.
" A..ah..go..gomen.." sahut Ruka pelan nyaris tak terdengar.
" Ruka! Nani o shiteru no? Jangan mengatakan hal yang memperkeruh suasana, dong!" marah Shiki kepada Ruka.
Rima pun mengambil alih Yuuki.
" Yuuki-sama.." katanya sambil melap air mata Yuuki. " Mungkin..memang benar yang kau katakan soal Zero..Tapi saat ini, tolong jangan menangis..Kami semua sangat mengerti, bahwa Zero sangat menyayangi Anda. Dan bayangkan bagaimana perasaan Zero jika ia tahu bahwa Anda sedang menangis karenanya, dia pasti akan sedih, kan?" kata Rima.
" Benar, Yuuki-sama..Bagaimanapun, pada hari itu, Zero tentu telah mengerti dari resiko telah membiarkan Anda menggigit dirinya. Itu adalah jalan yang telah kalian berdua pilih pada hari itu. Pada saat itu Yuuki-sama memang tidak tahu bahwa sesungguhnya Zero sudah lepas dari pengaruh vampir Hiou Shizuka, makanya kali ini Anda menyesal, kan? Bagaimanapun semua sudah terjadi..Mau disesali bagaimanapun, tidak ada yang berubah.. Perubahan hanya akan ada jika anda setelah ini bertindak…" bujuk Shiki.
Yuuki pun terdiam dan pelan-pelan tangisnya berhenti.
" Ya, kan? Saa, waratte..Yuuki-sama paling cantik jika tersenyum. Jika Zero berada di sekitar ini pasti ia akan senang juga melihat senyum anda.." bujuk Rima lagi.
Perlahan, Yuuki tersenyum." Kalian benar ..Shiki senpai..Rima-senpai..Arigatou gozaimasu.." kata Yuuki, sambil menyunggingkan senyum tipisnya, namun masih sangat kentara di weajahnya bahwa Yuuki masih bersedih.
Yuuki pun berdiri, dan berusaha melap air matanya yang mungkin masih bersisa.
" Saa..senpai-tachi..kaeru, yo.." katanya, mengajak pulang para vampire-vampire itu, dengan suara-suara yang masih serak-serak karena habis menangis.
Rima, Shiki, dan Ruka tersenyum lega.( Ruka, antara lega dan masih merasa bersalah)
" Ayo, deh.." tanggap Shiki, dan segera membayar makanan ke meja kasir, selagi ketiga cewe lainnya keluar kafe.
" A..ano..Yuuki-sama..! Hontou ni gomennasai..! Saya benar-benar menyesal telah mengatakan hal itu kepada Anda.." kata Ruka, sambil menunduk dalam-dalam.
Yuuki tak berkata-kata. Ia hanya menepuk pundak Ruka, mengisyaratkan agar ia segera berhenti menunduk. Ia hanya mengangguk pelan sambil tersenyum tipis, senyum dalam penuh makna.. Bersamaan dengan itu, Shiki keluar dari kafe dan mereka pun melangkah pulang.
-ooo-
Pagi 2 hari setelah itu, Yuuki keluar dari kamarnya. Ia melihat seluruh vampire di rumahnya, ( Kaname, Aidou, Rima, Akatsuki, Ruka, dan Shiki) berkumpul di atas sofa dengan berbisik-bisik yang nampak serius dengan wajah cemas, sambil mengerumuni koran yang dipegang Aidou.
" Ohayou gozaimasu..miina-san..Kaname-niisama.." tegur Yuuki.
" Ah..eh..oh..ohayou gozaimasu, Yuuki-sama.." kata Aidou panik dengan sedikit raut muka kaget. Sambil buru-buru menutup koran yang dipegangnya, dilipatnya asal-asalan, dan menyembunyikannya.
" Ah..sedang pada baca koran? Apa yang dibaca?" tanya Yuuki, tertarik.
" Oh..eh..nandemonai, yo, Yuuki-sama..Ha..ha..ha..ha..ha.." kata Aidou salting dengan tawa terpaksa.
Melihat tingkah Aidou, Akatsuki gregetan, dan membisiki Aidou.
" Ssst..Aidou! Sikapmu justru sangat mencurigakan, tahu! Malah terlihat ada apa-apa di koran itu..!" katanya.
" Eee, masa? Jadi, gimana, dong?" balas Aidou, berbisik pelan.
" Uum..Kaname-niisama..Senpai-tachi ..Soal Zero.." kata Yuuki, menggantung.
Mendengar itu, Kaname and the cs langsung terdiam dan suasana mendadak menjadi hening dan sepi. Menanti apa yang akan Yuuki katakan.
" Selama ini..aku..aku sadar, bahwa aku sangat rindu Zero..bagaimanapun, dulu rasanya kami selalu bersama dalam berbagai situasi. Habis, kita memang dibesarkan bareng kaya saudara, sih.." kata Yuuki, tenang dan agak tertawa kecil, mencoba mencairkan keadaan.
" Dan..di satu sisi..aku amat sangat merasa bersalah padanya, karena waktu itu, aku telah mengubah kembali diri Zero, disaat harusnya ia sudah dapat menjalani hidup sebagai manusia biasa yang dia inginkan dari dulu..Aku juga tidak habis berpikir..dia tahu akan akibat saat aku akan menggigit dirinya, tapi kenapa ia membiarkanku melakukannya? Malah, justru ia yang menawarkan aku untuk menggigitnya untuk membuktikan bahwa aku telah menjadi vampir.." lanjut Yuuki.
" Lalu?" potong Kaname.
" Seperti yang dikatakan Shiki-senpai dua hari yang lalu, bagaimanapun tidak ada gunanya meratapi yang sudah terjadi, kita hanya bisa bersikap di kedepannya.. Selama ini aku sudah memikirkan hal ini dengan baik..Maka dari itu, aku memutuskan..untuk menemui Zero..kemudian, membebaskan dirinya dari pengaruh darah vampirku…"kata Yuuki.
" Kamu ingin kembali?" tanya Kaname, serius.
" Dan mungkin aku akan mengajaknya kembali ke sini bersama kita..Jika bisa.."kata Yuuki, suaranya hilang mendadak bersama dengan satu helaan nafas.
" Dan jika itu tidak memungkinkan..aku akan kembali berpisah dengan Zero..setidaknya, aku telah..bertanggung jawab..dan memberi kesempatan lagi kepada dirinya untuk kembali menjadi manusia..dengan mengisap darahku.." katanya, pelan, namun terdengar mantap.
Kaname menghela nafas sebentar. " Sou ka..Ya, jika itu memang keputusanmu yang terbaik..Ii no..(boleh).." sahut Kaname, tampak berat hati.
" Ii no, Kaname-niisama? Arigatou gozaimasu..!" sahut Yuuki.
" Tapi..boleh kutanya, Yuuki-sama? Waktu itu, kamu sempat berkata bahwa yang menghalangimu untuk bertemu dengan Zero dalam jangka waktu dekat ini adalah janjimu dengan dia..Kalau aku boleh tahu, janji apa itu, Yuuki-sama?" tanya Rima.
Yuuki terkejut sejenak " Ee..singkat cerita, usai pertarungan, aku dan Zero telah berjanji bahwa kita takkan pernah bertemu lagi.. Karena kini aku telah menjadi vampire seutuhnya. Ia berkata juga, kelak jika ternyata kami bertemu lagi, ia akan bertindak sebagai vampire hunter meneruskan tugas keluarganya, dan aku akan menjadi buruan baginya. Dengan kata lain, Zero..berniat akan..membunuh..ku..jika kami bertemu lagi.." kata Yuuki, agak ragu mengatakannya.
Kesemua vampire yang ada di situ kaget.
" Massa ka..? Zero.." tanggap Rima dan Ruka, menanggapi dengan terkejut dan sedikit histeris.
" Ia serius?" gumam Akatsuki pelan, tentu saja sama terkejutnya.
" Yuuki..mengetahui hal itu pun, kamu tetap akan pergi?" tanya Kaname.
Yuuki mengangguk mantap dan pasti. " Bagaimanapun, aku harus bertanggung jawab, Kaname-niisama..Akulah yang membuat ia kembali menjadi vampire kini.."katanya.
Kaname makin terlihat sangat keberatan dan khawatir. Namun, ia sangat paham. Bahwa tatapan mata dan nada bicara Yuuki mengartikan bahwa..keputusan Yuuki sudah bulat..Ia merasa tidak punya hak untuk melarang Yuuki melakukan hal yang sudah menjadi keputusannya, sekalipun ia adalah kakaknya sendiri. Terlebih, Yuuki-lah yang paling paham apa yang akan terjadi pada dirinya jika ia melakukannya, bukan?
Yuuki melihat ekspresi keberatan yang sangat kentara pada wajah Kaname.
" Sore de ii no, Kaname-niisama? " tanya Yuuki.
Kaname terlihat menimbang-nimbang. " Wakatta, Yuuki..tapi kumohon, kembalilah dengan selamat.." sahut Kaname, pandangannya lurus dan tajam menatap Yuuki, dengan 1001 ekspresi yang dalam dan terasa memiliki berjuta makna.
" E..eh..iya..akan kuusahakan.." kata Yuuki, sedikit lega.
" Kaname-sama..honki desu ka?" tanya Ruka.
" Aku sudah tidak bisa menghalangi Yuuki yang sudah bulat keputusannya, Ruka..Lagipula, Yuuki bukanlah orang yang dengan mudah mengubah keputusannya." jelas Kaname.
" Jya, kapan Yuuki-sama mau berangkat?" tanya Aidou. Ia juga sama, nadanya khawatir dan ragu. Tapi mendengar alasan dari Kaname, ia tahu bahwa ia juga tak bisa lagi berbuat apa-apa.
" Ashita.." jawab Yuuki.
" Baiklah..biar nanti Yuuki-sama akan kuantar ke Cross Gakuen.." tanggap Shiki.
Yuuki mengangguk sambil mengeluarkan senyum khasnya. " Arigatou, Shiki-senpai..Jaa, aku mau mandi dulu, ya.." kata Yuuki, sambil berbalik badan dan segera
berlalu.
'Ashita..apakah Yuuki akan benar-benar kembali..atau..mungkinkah kali ini adalah hari terakhir aku bisa melihat senyumnya?'tanya Kaname dalam hati..
