Sensei Togashi, sungguh hunter x hunter serta semua karakter yang ganteng ganteng dan cantik cantik milikmu. Kumohon, janganlah tuntut aku. Aku hanyalah pelajar dengan uang saku pas-pasan dan ini Fanfiction pertamaku. Um warning, ceritanya rada gaje dan very OOC. Kritik, saran, dan review di persilahkan… maklum ya kalau masih berantakan, masih rookie soalnya.

So enjoy my first fanfic :)


Kisah Cinta yang TakTersampaikan

Siang hari yang sunyi di Whale Island, seorang pemilik bar memandang keluar jendela besar. Terlihat dengan jelas begitu indahnya keseimbangan alam yang terjaga. Rambut merahnya tertiup angin sejuk. Ia duduk sendiri ditemani dengan segelas anggur merah. Memain-mainkan gelasnya selagi berharap ada seorang pelanggan yang akan datang. Tetapi itu bagai mengharapkan keajaiban.

"Sepertinya hanya kita berdua disini sekarang anggur merah, maaf aku harus meminummu" Ia tertawa sendiri.

"Mito, kau sedang berbicara dengan siapa?" kata sesosok wanita tua yang berbadan bungkuk.

"Ah ibu, jangan mengejutkanku seperti itu!"

"Mito, ibu rasa kau yang terlalu mudah terkejut. Apakah kau melihat Gon?"

"Sepertinya dia pergi bersama Killua ke hutan. Aku sudah menyuruh mereka untuk kembali sebelum makan malam."

"Baiklah. Dan Mito, kau tak perlu menjaga bar, sepertinya kita tidak akan kedatangan pelanggan hari ini"

"Entahlah bu, mungkin saja ada"

"baik" ibunya menghela napas dan pergi.

Mito berpikir sesaat, ada sesuatu yang mengatakan dia akan kedatangan seorang pelanggan. "Pelanggan dan tamu itu berbeda" gumamnya pada diri sendiri. Merasa bosan, dia memainkan satu deck kartu remi dan menumpuknya menjadi sebuah stuktur piramid. "Hm… dua kartu lagi dan bangunan ini akan selesai-"

"Semuanya akan runtuh". Terdengar suara asing dari sebelah kiri bar, sosoknya tak terlihat karena bayangan yang gelap.

Mito terkejut dan bergidik. "Astaga! Kau menakut-nakutiku saja! Siapa kau?"

Dia tersenyum melihat ekspresi Mito. "Hey, inikan sebuah bar dan di depan dengan jelas terpampang 'buka'. Ataukah ada sebuah kesalahan?"

Kini sosoknya terlihat dari tempat Mito. Rambutnya yang berwarna jingga mencolok ditata ke belakang. Dia menggunakan pakaian aneh, seperti seorang badut atau pesulap. Ada sebuah lukisan wajah berupa bintang yang berwarna merah di pipi kanannya dan air mata berwarna hijau rumput di kirinya.

"Ti-tidak, kami me-memang buka. A-apa yang ingin kau pesan" Mito menjawab dengan gugup, dia memandang pria ini mencurigakan.

"Itu nanti saja, bagaimana jika kita membuat sebuah taruhan?" Pria itu tersenyum seperti psikopat, namun hal yang dipelajari Mito selama bertahun-tahun adalah untuk tidak menilai orang yang belum ia kenal.

"Baiklah, apa taruhannya?" Mito menjawabnya. Lagipula, dia sedang merasa bosan.

"Kita akan lihat apakah kau dapat menumpuk 2 kartu terakhir di paling atas. Jika kau bisa melakukannya tanpa menjatuhkan semuanya, aku akan membayar 2x lipat untuk sebuah minuman. Jika terjatuh, kau memberiku minuman gratis. Bagaimana?"

Mito memandang tumpukan kartunya, tidak mungkin tumpukan tersebut akan terjatuh. "Baiklah tuan, aku menerima taruhanmu!" Mito berkonsentrasi, dia berhati hati meski mudah untuk melakukannya. Ketika dia akan meletakkan kedua kartunya di puncak, tumpukannya jatuh. Ia menghela napas. "Fuh, sepertinya kau menang tuan-"

"Hisoka saja. Dan jangan memanggilku 'tuan', itu seakan aku tua sekali. Boleh aku meminjam semua kartunya?"

"Baiklah Hisoka, namaku Mito dan bagaimana kau bisa tau tumpukan tersebut akan jatuh? Aku yakin angin tidak ada hubungannya sekarang."

"Ini, lihatlah." Dengan santai Hisoka menumpuk kartu secara lincah dan cepat. Ia melakukannya secara sempurna bahkan lebih tinggi dibandingkan tumpukan yang dibuat Mito. "Aku akan memberikan rahasiaku tentang jatuhnya kartumu"

Mito tertarik dengan ucapan Hisoka dan duduk di depannya. "Katakan"

"Pertama selain sering berlatih untuk menumpuk kartu, kau harus melakukannya dengan tenang. Jadi ketika kau melakukannya, meski yakin bisa, masih terdapat keraguan pada dirimu. Bukankah begitu?"

"Ya benar. Ternyata kau ternyata pandai memainkan pikiran orang." Kata Mito dengan kagum.

"Tidak juga, aku hanyalah seorang pesulap" Hisoka membalasnya.

"Seperti janjiku sebelumnya, aku akan memberikanmu minuman gratis. Apa yang kau inginkan?"

"Bagaimana dengan anggur merah seperti yang kau minum sebelumnya?" Mito mengambil gelas wine dan menuangkan anggur merah. Hisoka memperhatikan perempuan itu. Dia merasa heran Mito tidak terpengaruh oleh aura bloodlust yang dimilikinya. Padahal sejak pertama kali datang ke bar ini, ia tidak menggunakan zetsu untuk menyembunyikan aura haus darahnya yang selalu ditakuti semua orang biasa.

"Ini dia"

Hisoka memandang anggur merahnya dan mulai memainkan gelas wine seperti yang dilakukan Mito sebelumnya. "Lihatlah anggur merah ini, indah bukan, seperti darah segar?" Hisoka menyesali perkataannya. Dan rasa menyesal merupakan sesuatu yang baru ia miliki. Apakah Hisoka khawatir Mito akan mulai menjauhinya karena rasa takut? "Maafkan aku"

"Hm? Untuk apa?" kata Mito tersenyum.

Hisoka terdiam dan membalas senyumannya. "Mito, apakah kau pengguna Nen?"

"Apa itu Nen?" Mito kembali duduk di depannya.

"Tidak, lupakanlah." Keheningan menyelimuti mereka untuk beberapa saat. Hisoka ingin memecahkannya. Dia merasa aneh hari ini, seperti bukan dirinya. Apakah ia lebih dari sekedar tertarik dengan Mito? "Mito, bagaimana jika kita bermain sebuah permainan psikologis?"

"Bagaimana caranya?"

"Aku akan menebak apakah kau memiliki sebuah masalah. Entah itu dahulu kala ataupun permasalahan sekarang. Kau boleh menceritakannya padaku atau tidak, itu terserah padamu. Tapi ingat, berbagi cerita dapat melepaskan persaan yang sulit."

Mito berpikir sejenak, "Baik, apa permasalahanku?"

Hisoka mengamatinya. "Umurmu, diatas 20 dibawah 30. Tentu itu jelas terlihat. Namun kau memiliki sifat dewasa sejak masih muda, ada tanggung jawab mungkin?"

Mito memikirkan Gon.

"Lalu ada sesuatu yang mengganggumu. Seperti sebuah penyesalan yang tidak akan pergi. Apakah itu Mito?" Hisoka merasa aneh dengan perkataannya sendiri. Tetapi semuanya terasa benar.

"Hisoka, kau benar. Aku memang memiliki penyesalan yang tidak akan bisa terselesaikan. Sejak dulu aku sadar bahwa suatu saat aku harus bercerita pada seseorang agar bisa membuatku lebih tenang. Aku bahkan tak pernah bercerita kepada ibuku. Kurasa ini saatnya aku berbagi dan melepaskannya." Mito merupakan orang yang tidak mudah percaya dengan orang lain. Tetapi Hisoka berbeda, pikirnya. Dan fakta bahwa ia tidak mengenalinya membuatnya lebih santai. Ia memulai ceritanya

Bersambung…


Minna, bagi yang pada baca, yup, ini pairing hisoka sama mito. Kenapa kok begitu? Ini karena di character song, mereka nyanyi bareng. Cari aja di youtube: Yurete Kandagawa. Hehe. Thanks.

Note: Disini versi hxh yang dipakai yang versi 1999. Jadi neneknya gon itu ibunya Mito. Kalau yang di 2011, ibunya Mito itu nenek Mito dan Ging.