Disclaimer : Kuroshitsuji by Yana Toboso

Genre : Romance/Drama

Main Character : Ciel Phantomhive & Sebastian Michaelis

Rate : T

Warning : OOC, AU, Lebayness, Gajeness, Abalness, dan sahabatnya, Yaoi, Typo(s), Don't Like Don't Read

Summary :

Ciel dipindahkan ke Jepang dengan maksud agar dia tidak lagi bertindak brutal. Tapi, apakah itu bisa terjadi jika ia harus berpacaran dengan Preman nomer satu si sekolah barunya?

.

.

Fight Me, Love Me!

A Kuroshitsuji Fanfiction by Luxellista May Raykvist

.

.

.

Flashback

"CIEEEEEEL!" sebuah suara melengking yang nyaring nan lantang memecah kesunyian malam di Mansion Phantomive. Yang namanya dipanggil hanya diam membatu sembari menutup kedua telinganya.

"…."

"BERAPA KALI HARUS KUBILANG BERHENTILAH BERTINDAK BRUTAL! KAU TAK SADAR SIAPA YANG TELAH KAU PUKUL! DIA TRANCY, DEAR! TRANCY! " teriak ayah Ciel, Vincent. Pria yang berusia lebih dari setengah abad yang notabene adalah kepala keluarga Phantomhive tak habis pikir kenapa putranya begitu brutal dan kacau. Padahal ia adalah keturunan bangsawan tulen! Tak seharusnya ia bertindak yang sangat melebihi Etika. Bah.

"Ta-tapi ayah, Dia yang duluan menghinaku!" Ciel membela dirinya sendiri karena merasa tak bersalah atas 'kejadian' tadi siang.

"Iya! Mana ada maling yang mengakui kesalahannya! Tapi seharusnya sebagai bangsawan kelas berat kau harus bersikap jauh lebih sopan!" Amarah Vincent banar-benar diambang batasnya.

"A-aku tak sa-" belum selesai ia mengoceh tapi disambung oleh Vincent.

"Pokoknya kau harus bias memperbaiki kelakuanmu! Kau akan kukirim ke Tokyo! Kau akan hidup sendiri tanpa Maid dan lain-lain! Kalau kau masih brutal seperti itu, KITA PUTUS HUBUNGAN!" teriak Vincent geram. Dan ia berlalu menuju ruang pribadinya. Sepertinya ia tak memikirkan reaksi ciel..

"APAA?" Jantung Ciel hampir copot kalau saja ia tak mengendalikan dirinya. Sepertinya kali ini Vincent serius…

Keesokan harinya Ciel benar-benar dikirim ke Jepang dengan pesawat terbang butut. Yap. Kelas Ekonomi(?).

End Of Flashback

Yaak.. Disinilah Ciel sekarang. Apartemen berdinding Biru pucat dan sangat pudar dan sempit dan Butut. Benar-benar berbanding balik dengan rumahnya di Inggris. Peralatan elektronik hanya Televisi 21 inch, Telepon, Ponsel, Kipas Angin butut, dan iPod kesayangannya.

"God.. Ternyata Jepang benar-benar parah," keluh Ciel. Ia duduk di lantai yang beralaskan Futon dan meletakkan iPod yang sedari tadi menyumbat telinganya. Tiba-tiba pandangannya teralih pada surat di samping Kipas Angin butut yang mau tak mau menjadi miliknya. Ada dua amplop tertutup yang terlihat 'mencurigakan'. Tanpa pikir panjang ia mengambil salah satu amplop dan membacanya.

Dear My Son,

Aku sengaja hanya memberimu peralatan alakadarnya. Kuharap kau bisa mandiri dan tentu saja berubah. Aku meletakkan uang 1000 yen di amplop yang satu lagi. Pergunakan seminimal mungkin. Dan.. Kuperingatkan satu hal. Kalau kau dikeluarkan dari sekolah barumu, kita bnar-benar PUTUS HUBUNGAN! Aku serius! Selamat menikmati kehidupan barumu!

With Love, Vincent.

Ciel langsung pundung begitu membaca 'Aku meletakkan uang 1000 yen di amplop yang satu lagi. Pergunakan seminimal mungkin'. Oh My God! Sejak kapan ayahnya pelit? CUMA SERIBU YEN! SERIBU YEN KAWAN! Buat beli DVD Vandalism(awww XDD) aja baru seperempat harganya!

Dengan berat hati, Ciel mengambil seragam barunya dan pergi ke sekolah barunya, Kouhoku Gakuen.

"Sepertinya akan jadi tahun yang merepotkan," gumam Ciel pasrah.

Skip Time

Sebenarnya Ciel sudah sangat terlambat dihari pertamanya saat ia sampai didepan bangunan yang tinggi menjulang dan sangat luas. Sayangnya Ciel tak tahu jika sudah saatnya masuk kelas. Beberapa siswa tampak berlari dengan terburu-buru. Pantas saja.

Ciel mencari kelas barunya, X-5, dengan wajah yang samasekali tak terdefinisi. Antara Kesal, Marah, Bingung, dan Malu. Ia masih berjalan sembari memainkan Ponselnya. Sampai ia menabrak seseorang yang jauh lebih tinggi darinya. Tentu saja ia jatuh tersungkur dan ponselnya terinjak salah seorang siswa yang tak dikenalnya.

"Shit! Kalau jalan pakai mata! Hah? Ponselku!" umpat Ciel sembari berdiri dan memungut ponselnya. Xperia Mini Ciel patah jadi 2. Tentu saja ia marah!

"Heh cebol! Jalan pakai kaki lah! Cebol aja belagu!" seru seseorang yang memiliki rambut Raven dan mata semerah Poppies.

"Apa? CEBOL KATAMU? DASAR KINGKONG! BALIKIN HAPE KU!" balas Ciel dengan kemarahan menggebu-gebu.

"Huh, anak baru ya? Apa kau tak tahu kalau masuk sekolah sepatu harus dilepas? Pantas! Udah cebol, bego lagi! Iya kan Sob?" seru Lelaki berambut Raven tadi yang langsung dibalas dengan "Oke Banchou!" oleh teman-temannya.

"AKU GA BEGO! BALIKIN HAPEKU!" Tangan Ciel mengepal. Semua manusia punya batas kemarahan dan Ciel pun juga. Ingat. Ciel itu masih Preman. Ia belum kehilangan gelarnya meskipun sudah pindah sekolah, kawan! Tanpa ragu dia melayangkan tinju tangan kanannya kearah wajah si Raven.

Tinju Maut-nya ditangkis cepat oleh si Raven. Dan si Raven menarik tangan kanan Ciel dan tentu saja membuat wajah ciel dan wajahnya hanya berjarak 7 centi. Mata mereka bertemu, Biru dan Merah. Si Raven menyeringai lebar.

"Heh, Kalau kau bisa mengalahkanku dalam duel, aku akan mengembalikan Ponsel bututmu dan menjadi bawahanmu. Tapi kalau kau kalah, kau harus menuruti semua keinginanku dan kau harus jadi Pacar ku! Setuju?" Raven menantang Ciel dengan seringai yang semakin lebar. Para bawahannya hanya cekikikan dan bergumam, "Si cebol pasti kalah melawan banchou kita!"

"Tuhaaaan~ Besok matahari terbit di Utaraaa~~ Hii takuutttt~~!" seru seprang cowok berambut Orange dan berkacamata sambil mengibaskan tangan kirinya dan memasang tampang jijik. Teman-temannya tertawa terbahak-bahak.

Namun suara merdu ciel menghentikan gurauan mereka.

"Baik! Aku terima tantanganmu! Aku tak akan kalah!" seru Ciel dengan semangat 45'. Para bawahan Raven hanya cengo. Yang rambutnya Pirang, menjatuhkan rokoknya. Yang rambutnya Pink melotot dengan mulut terbuka lebar. Yang rambutnya Orange tersedak air liurnya sendiri.

"Heh. Gede juga nyalimu, cebol! Deal?" si Raven mengulurkan tangan kanannya. Setelah melepaskan tangan Ciel pastinya..

"DEAL!" balas ciel mantap sembari menyambut uluran tangan Raven.

"Besok dibelakang sekolah! Kau harus datang! Ohya, Aku Sebastian kalau mau tau. Yak kita pergi sob! Sampai jumpa, sweety," dan si Raven yang ternyata bernama Sebastian itupun pergi bersama kawanannya.


To Be Continue.. #Plakk


Ehem. Sebenarnya saya hanya me-repost fict ini sesuai saran Dim. Awalnya sih saya pikir tak perlu. Akun baru, kehidupan baru~ Tapi, kemarin saya berfikir, "Kalau tak dilanjutkan, Cielnya nggak bakalan menderita dong?"

Dan akhirnya saya Post fict ini dengan editan disana-sini.

Lupakan akun lama saya. Kenalan yakk. Salam kenal. Saya May. Mulai sekarang, saya akan turut memenuhi fandom KSI tercinta XDD Maaf pendek. Ini baru prologue Loh..

Saya sangat senang jika anda bersedia mereview fict ini.

.

.

"I'm the darkness. The dark side of the Light. I'm the demon. Loneliness, Sorrow, Misery, and Despair is my Identity."

The Forgotten Circumstance,

┼Luxellista May Raykvist┼