Assassination Classroom © Matsui Yuusei-senpai
A Story Of A Loner © Natsuki Shido
Pernah diupload di akun wattpad saya, jadi tolong jangan sangka saya plagiat :v
Genre: Romance (yang gaberasa), friendship, humor (garing kali yak?)
Rate: T
Summary for this chapter: Diturunkan ke kelas E membuatmu mendapat 'sedikit' pengalaman seperti dikerjai cabe merah, 'diteror' lipan penjilat, sampai menemukan 'surga' di tempat yang bagaikan kubangan babi. Oh ayolah, nikmati hidupmu bersama gurita kuning mesum gajelas itu, [Y/N]! / reposted from my wattpad, DLDR!
Reader's POV
Seluruh sekolah mengenaliku.
Bukan, bukan karena aku populer atau semacamnya. Karena jalan pikiranku yang lurus, aku dikenal banyak orang.
Aku memiliki teman. Teman? Sebelum aku memberi pendapat mengenai kalimat itu, mari kita definisikan apa yang disebut 'teman'.
Oh, kurasa tidak perlu. Seseorang yang memiliki teman tentu tidak akan berpikiran seperti itu.
Pertama, aku adalah hikikomori. Penyendiri perempuan terkeren sepanjang masa.
Kenapa aku menyendiri? Oke, sebenarnya aku memiliki kenalan, namun dia dipindahkan ke kelas 3-E sejak beberapa bulan lalu. Te-tentu saja aku tidak menganggapnya teman! Bahkan dia tidak pernah menghubungiku lagi sejak dipindahkan.
Uso. Orang itu baru saja menghubungiku tadi pagi.
-oOo-
Anime. Kependekan dari anime-shon atau animation. Sebagian besar orang menyebutnya sebagai animasi dari Jepang, tapi, hei! Menurutku tidak ada perbedaan dari segala jenis animasi di dunia ini. Semua animasi termasuk Dora The Explorer dan kawan-kawannya, termasuk kedalam anime.
Bisa jadi.
Namun, menurutku ada yang berbeda dari animasi Jepang. Mulai dari plot, karakter, bentuk gambar, dan sebagainya. Inilah yang membuatku tertarik dengan animasi Jepang. Singkatnya, anggap saja anime.
Bolak-balik memang.
Soal anime (boleh tambah manga), aku memiliki rasa tertarik yang berlebihan terhadapnya. Setiap hari kerjaanku hanya duduk di depan laptop untuk menonton anime, membaca manga, doujin atau fanfiction, mengunduh pic, dan sebagainya.
Kedua, aku adalah seorang otaku.
-oOo-
Sebagian besar orang mengetahui yaoi, atau shonen-ai. Errr, atau bahasa kekiniannya, maho atau gay.
Lalu, kenapa aku membahas ini?
Oke, itu karena ..., yang ketiga, aku seorang fujoshi.
-oOo-
Jika kalian berpikir aku ini nista, silakan saja. Menurutku aku masih waras selama aku tidak menunggu Lubbock dari fandom sebelah untuk berdagang ketoprak di ibukota salah satu negara di Asia Tenggara. Tolong dong, aku ini hikikomori, otaku, fujoshi pula. Rendah kan? Ya?
Dan karena ketiga kata yang tepat untukku itulah hari ini aku mendapat surat pernyataan resmi dari sekolah.
Dikarenakan [f/n] memiliki pemikiran yang menyimpang, kami memutuskan untuk memindahkannya ke kelas 3-E mulai pertengahan musim dingin ini.
PEMIKIRAN YANG MENYIMPANG NDASMU!
AKU WARAS OI, WARAS!
Oke, tenang [y/n], tenang. Sisi baiknya, kau bisa bertemu dengan sesama fujo itu—eh bukannya aku berharap, tetapi peluangnya memang ada kan?!
Lupakan. Mumpung orang tuaku sibuk, aku bisa menghembuskan napas lega dulu. Untuk sementara, sih.
-oOo-
Kunugigaoka JHS, 3-E
Aku melangkah menuju bangunan terpencil di sebuah gunung. Aku mengenali bangunan ini dari foto yang diambil beberapa temanku—eh maksudnya—murid di sini.
"[Y/n]-chaan~ Ohayooouu~!" sapa Fuwa Yuzuki ramah. Anjir, belum apa-apa udah disambut yang beginian.
"Ohayou." Jawabku singkat, berlalu meninggalkan makhluk itu.
Dia tidak menyerah. Dia mengikutiku, lalu memasang tampang ngeselin.
"Matte yooo~ [y/n]-chan! Ayo kita masuk ke kelas bersama dan lihat para maho di dalam!" ajaknya.
Tubuhku gemetar.
Sial. Dia tau apa yang kuinginkan.
"Yuzuki, ayo kita masuk!" aku mengubah tampang malasku menjadi tampang over-excited. Dia langsung menarik tanganku.
Yak, perkenalkan, Fuwa Yuzuki adalah teman fujoshi seperguruanku sejak masuk SMP. Bu-bukan teman, hanya kenalan—entah dia menyebutku apa.
Pemandangan ini ..., pemandangan ini ..., OH NO! [L/n]-san, tutup matamu! Makhluk-makhluk homo sedang bermain-main gak jelas dan ..., AKU MENEMUKAN SEPASANG LELAKI YANG BISA DIMAHOIN DARI MEREKA!
Yah, siapa suruh mereka deket-deket terus.
Rambut hitam ikemen dengan rambut oranye yang sama-sama tamvan. Ah, kalau tidak salah nama si ikemen itu Isogai Yuuma, tetapi aku tidak tau siapa rambut oranye itu. Lupakan, yang penting aku akhirnya menemukan keadilan, yokatta TwT
Oke, insting fujoku memang terlalu parah, bahkan ngeship teman sendiri. Biarlah, selama hanya aku dan Yuzuki yang mengetahuinya.
"Yuzuki, itu Isogai, kan? Dia ..., cocok dengan rambut oren ..., siapa tuh namanya?" tanyaku pelan.
Yuzuki melihat ke arah yang kulihat. "Maehara? Ohoho~ Kau telat pairingin mereka, loh. Aku sudah duluan~" Yuzuki pasang tampang ngeselin.
"Kampret! Aku kan baru masuk!" aku tertawa kecil.
Seseorang menepuk bahuku.
"[Y/n]-chan? Kenapa kau disini?" tanya setan merah yang dulu kupairingin sama ketua OSIS waktu di kelas 3-A, Akabane Karma. Just FYI, dia kenalanku sejak kecil, bukan teman. Juga tetanggaku. Juga lelaki yang paling dekat denganku—ah sudahlah!
"Eh, ettoo—aku diturunkan." Jawabku watados. Yudonsei, [y/n] :v
Karma-kun tertawa kecil. "Gak ada sejarahnya orang sepinter [y/n]-chan diturunkan ke kelas E." Karma-kun berkata ngeselin.
"Bukan karena itu, Bakarma-kun! Ada faktor lain yang bikin ak—" omonganku terpotong.
"Oh ayolah, kau bahkan lebih jenius dariku tanpa perlu belajar, [f/n]-chan!" Karma-kun melanjutkan kalimat ngeselinnya.
"Heeh? [F/n]? Beneran [f/n]?" tanya cewek rambut buntut kuda. Aku mengenalinya. Yada Touka. Memiliki nama kecil yang sama dengan salah satu karakter dari fandom sebelah.
Something-nya juga, mirip dengan karakter Hildegarde (juga Himejima Akeno, eh?) dari fandom lain.
"Yaa, memangnya kenapa?" tanyaku.
"Penampilanmu berubah." Komentar cewek yang cukup gen ..., dat.
"Ya, [y/n]-chan. Dulu ketika kita masih kelas 2, kau memakai kacamata setebal botol susu sapi." Komentar mantan anggota klub baseball, Sugino Tomohito. Sialan juga dia ..., kacamata lamaku disamakan dengan botol susu sapi.
"Minusmu berkurang?" tanya Yada.
"Te-tentu saja tidak! Aku memakai softlens tau!" bantahku. Lagian ajaib amat minus bisa ngurang.
Lelaki berambut oranye yang tadi kupairingin, Maehara atau siapalah itu, mendekatiku.
"Hae cantik~" Dia merayuku.
Kreekk! Kokoro ane retak.
"Idih, najis. Sana lo minggat!" usirku, masih dipenuhi rasa patah hati.
Pikiran fujoku berkata, "Seretak apapun kokoro ane, gakebayang seberapa retaknya noh kokoro si ikemen.", sambil ngeliatin Isogai. Isogai cuma pasang tampang watados.
"Kokoro ente retak yak?" bisik Yuzuki.
"Njir, tau aja lu." Aku pasang muka Yao Ming.
"[Y/n]-chan, pakailah!" Karma-kun melempar sepasang sarung tangan padaku. Hap!
"Untuk apa?" tanyaku watados. Aku selalu pasang muka polos di depan Karma, oh tentu. Kalau tidak, mungkin dia bakal kepoin aku.
"Ini kan musim dingin. Kalau kau kenapa-napa, aku yang kerepotan tau." Jawab Karma-kun yang agak menundukkan kepalanya.
"Souka." Aku memakainya, masih pasang watados.
Psst psst tsun psst
"Ape?" hardikku pada makhluk-makhluk yang sedang berbisik-bisik tetangga. Mereka sweatdrop.
-oOo-
"Ohayou minna-san~" sapa makhluk aneh sejenis gurita warna kuning. Dia memakai kostum layaknya pendidik teladan.
"Ohayou Korosensei." Sahut 3-E yang langsung mengangkat senjata, kecuali aku.
Oi, oi, kelas macam apa ini?
Eh ..., siapa tadi? Korosensei? Koro-sensei? SENSEI?!
"Biar kuabsen kalian ...," Hujan peluru pun terjadi, namun makhluk itu menghindarinya. Sangat cepat! "Minna-san, kalian belum bisa mengenaiku nurufufufu~" lalu dia mulai mengabsen.
Setelah dia mengabsen, hujan peluru pun berhenti.
"Nuru~ Kelihatannya kita mendapat teman baru." Terdengar suara dari belakangku. Aku terbelalak.
"Perkenalkan namamu~" perintah suara itu. Bukan. Makhluk itu sudah berada di belakangku.
Tidak ada pilihan lain, aku pun berdiri.
"A-anooo~~ [F/n] desu, yoroshiku." Aku membungkukkan badan.
"Nurufufufufuu~~ murid baru yang menarik. Rambut yang sekilas mirip Kanzaki-san, body bagai miniatur Irina, kau sempur—"
Puff! Aku meninju tentakelnya yang hampir menyentuh dadaku, dan tentakelnya meletup. Aku kaget sekaget-kagetnya, pokoknya kaget abis, dah!
Ketakutanku terhadap letupan kembali. Entah mengapa aku malah jadi takut sama gurita kuning mesum gajelas itu. Shimatta na, kenapa aku main tinju aja, yak?
"Hahahahaa~~" Karma-kun tertawa puas. "Ternyata perangkapku bekerja hehehee~~ Terima kasih sudah bersedia menjadi mainanku, [y/n]-chan~"
"Perangkap?"
"AH!" Yuzuki memukul meja. "Jangan-jangan kau menempelkan material anti-sensei ke sarung tangan itu?"
"Yup!" Karma-kun pasang wajah setan. Aku menoleh ke arahnya. Bakarma kampret setan merah ...
"[L/n]-san, kau memang keren! Kau bisa menjadi mainan Karma-kun untuk mengenai tentakelku, dan itu luar biasa! Tapi kau masih belum bisa membunuhku fufufu~" Warna kuning wajah gurita itu berubah menjadi belang warna hijau-kuning—ah itulah.
Aku bengong kuadrat.
"Apaan sih?" tanyaku dodol. Aku benar-benar nggak ngerti. Material anti-sensei? Mengenai? Memangnya semacam latihan klub Kyudo?
"Biar kujelaskan. Kelas 3-E adalah kelas pembunuh. Dan target kami adalah Korosensei." Makhluk ikemen kelewat tampan (baca: Isogai) berdiri dan (berusaha) menjelaskan situasinya.
Aku bengong pangkat empat.
Karma-kun mengeluarkan ponselnya dan memotretku.
"FAKKK! SETAN KAMPRET!" aku mengumpat, melompat, dan berhasil menggebuk setan merah bernama Akabane Karma tersebut.
"Sebarin ah~!" Karma-kun pasang muka setan.
"Jangan kampret! Aib!" omelku sambil menggebuknya lagi.
"Ampun hahahah!"
"Hapus dulu!"
Kali ini giliran beberapa anak yang bengong. Sisanya ..., yah yuno lah, bisik-bisik tetangga.
"Nurufufufuu~ Rupanya [l/n]-san adalah kekasih Karma-kun~ Gosip baru!" Korosensei tiba-tiba saja sudah ada di dekat kami.
"Bu-bukan begitu!" aku membantah. "Ku-kutegaskan saja, ka-kami hanya teman sejak kecil!"
"[Y/n]-san, wajahmu memerah looh~~" goda siswi rambut pirang. Ah, kalau tidak salah namanya Nakamura Rio, eh?
"E-enggak mungkin! Pa-pasti salah lihat!" aku mengelak.
Sial. Aku kan fujoshi, mana mungkin suka sama orang yang aku pairingin sama cowok lain!
-oOo-
Yeah~ Seperti yang ditunggu, jam istirahat akhirnya tiba. Aku membuka tasku dan mengambil kotak bekalku. Err, bukan bento spesial, hanya dua potong roti.
Kan sudah kujelaskan di awal tadi, orang tuaku sibuk, entah kemana. Resikonya ya begini.
Waktunya bersiap-siap untuk kenyang!
"Itadakimaaasu!" Aku mengambil salah satu potongan roti dan membuka mulutku lebar-lebar. Tepat ketika aku hendak menggigit rotiku, seseorang mengambilnya. Kelakuan siapa coba kalo bukan si Bakarma?
Dan ..., akhirnya aku hanya mengadu kedua rahangku.
"Bakarma-kun, kalau mau kan bisa minta baik-baik, gak gini juga keles!" aku berkata dengan nada yang amat lembut, sambil menahan tanganku supaya tidak meninjunya lagi.
Karma-kun terkekeh. "Kan masih ada satu lagi." jawabnya enteng. Ah, benar juga. Namun, begitu kulihat kotak bekalku, isinya sudah lenyap.
Raib.
Tak berbekas.
Oh, tentu. Orang isinya diembat abis sama Terasaka Ryouma.
"Hehehe [l/n]-san, maaf ya rotinya kuambil. Enak sih BAHAHAHA!" Terasaka tertawa sambil melangkah pergi.
"Karma-kun ..., tanggung jawab." Aku pasang ekspresi pembunuh.
Karma-kun tersenyum kecil, lalu memotong rotinya menjadi dua dan menyerahkan bagian yang lebih besar padaku.
"Aku tau kau lapar, jadi aku minta bagian kecil saja. Sankyu, [y/n]-chan~" Karma-kun pasang wajah ramah.
BLUSH! Oke, perlakuan Karma-kun benar-benar membuatku mabuk. Bu-bukan mabuk cinta, maksudku, wajahku pasti sekarang seperti yang sedang mabuk!
"Ka-karma-kun, arigatou." Gumamku tidak jelas. Aku lalu mulai menggigit rotiku.
Drrt drrt~ ponselku bergetar. Aku yang sudah menghabiskan rotiku langsung membukanya. Pesan dari Asano Gakushuu-kun. Kumatikan lagi layarnya. Peduli amat, toh bukan teman.
Sebentar. Asano Gakushuu? Kenapa dia menghubungiku? Aku kan anak kelas buangan.
Asano G.: [y/n]-san, bagaimana di sana? Apa kau butuh bantuan?
Sekali lagi, aku kan anak kelas buangan. Kutegaskan saja, aku bahkan tidak mengerti kenapa dia pakai acara menawarkan bantuan segala.
Oke, [y/n]-san. Asano-kun adalah makhluk yang paling disukai dan diharapkan kehadirannya. Itu karena dia memanfaatkan kekuasaan ayahnya dan otaknya yang jenius, sehingga banyak yang menyukainya.
Kesimpulannya, Asano berusaha menjilatku.
You: Aku? Baik-baik saja. Tidak usah, terima kash.
Asano G.: Berusahalah untuk kembali kemari, kelas sepi tanpamu.
You: Stagah ... kau tau kan aku seperti apa? Kelas A tidak butuh buangan sepertiku, titik.
"Chat sama siapa?" tanya Karma-kun tiba-tiba. Aku terkejut.
"A-Asano-kun." Jawabku, entah kenapa gugup.
"Ada apa?" tanya Karma-kun yang tiba-tiba saja auranya berubah menjadi lebih menekan.
"A-ah ..., dia hanya menanyakan keadaanku di sini, memangnya kenapa?" tanyaku balik.
"Kusarankan ..., jangan hubungi dia lagi." ujarnya datar.
"Suka-suka aku, lah! Lagian dia duluan, tuh!"
"Cih!" Karma-kun pergi. Aku mengerucutkan bibir, lalu memainkan ponselku.
"Anooo—[l/n]-san?" murid berambut biru muda dan dikucir dua tiba-tiba muncul di depanku.
"Yo? Eh, siapa namamu?" tanyaku.
"Shiota Nagisa desu." Jawabnya dengan muka polos.
"Sooo, Nagisa-chan?" tanyaku.
"Boku wa otoko desu!" dia agak protes.
Wanjer. Otoko. Wajah uke. Rambut kucir dua. Such trap ...
Sebentar. Otoko. Wajah uke. Sepertinya dia bisa dipairingin muehehehe :3
"Suman na, Nagisa-kun, ada apa?" tanyaku.
"Aku disuruh Karma-kun untuk menyampaikan pesan padamu. Katanya, kabari dia sebelum melakukan sesuatu." Jawab Nagisa.
"Heeh? Apa urusannya dengan si setan merah itu?" aku bertanya kesal. Nagisa mengangkat bahu.
-oOo-
"... Nah, pelajaran hari ini cukup sekian." Korosensei menutup pelajaran hari ini.
"YOSHAAA!" Terasaka dan gengnya rusuh rebutan keluar kelas.
"Nurufufu~ Slow aja Terasaka-kun. Ada pengumuman lhoo~" Korosensei langsung menghadang mereka.
"Cih, cepatlah gurita!" Terasaka mendecih.
"Pengumumannya adalah ..., jika kalian berhasil membunuhku, kalian akan mendapatkan 10 milyar Ye—NYUYAAHHHH!" Korosensei menghindari lemparan pisau dari beberapa murid yang baper seperti Terasaka.
Apa-apaan ini?
-oOo-
Sesampainya di rumah, aku langsung membuka laptop kesayanganku dan menonton Brothers Complex (judul disamarkan). Yak, ini adalah anime dimana terdapat banyak lelaki tampan di dalamnya.
"NJIR AZUTSUBU MOMENT!" Oke, ini bagian dari fangirling-ku ketika melihat karakter Azuka dan Tsubuki berdua.
"ASTAGAH LUHAN!" Ini bagian dari fangirling-ku ketika aku melihat karakter Fuuri yang menurutku mirip Xi Luhan. Ituloh, mantan personel boyband OXE (nama disamarkan)
"CABE KAMPRET! CUCI SANA BIBIR BEKAS CIPOK!" Ini bagian dari kebencianku terhadap target harem. Enak sekali dia dikelilingi lelaki!
Drrt drrt
Ponsel tidak tahu maluku sepertinya menerima panggilan yang lebih tidak tahu malu lagi. Siapa yang mengganggu acara fangirling-ku ini, hah?
Akabane Karma is calling
Sialan. Cabe merah itu maunya apa, ha? Ah, sudahlah.
TBC!
Sekilas Bersama Author Edan
ALOHAAAA! SHIDO HIYERRR!
Akhirnyah dapat libur egein dan bisa buka penpiksyendotnet tertjintahhh! xD
Woqe. Sebelumnya maaf karena fanfic ini saya post ke wattpad duluan, gegara pas libur semester ada problem yang bikin saya gabisa akses ffn-_- Kalo mau (dan buat yang punya), vote juga ya di wattpad, judulnya sama dan dipublish ama akun Mayurare. Itu akun wattpad saya, silakan dipolowpolow juga hehehe *digamvar ramerame*
Lalu, Story Of My Life …, saya kehilangan file chapter berikutnya-_- sepertinya ada di flashdisk yang lain, dan flashdisk itu ada di laci guru saya …. Bego emang :'v
Hmm …, apa lagi yak? TBH, udah ampir kehabisan ide buat ngelanjutinnya, tapi saya usahakan deh. Coba sekarang ripiw, request ajaa …, mending saya buat endingnya KaruReader atau AsaReader?
Akhir kata, thanks for reading und review onegai nyan :3
