Aku, adalah seorang gadis biasa ber – umur 16 tahun , tak ada yang spesial dari diriku selain , aku adalah seorang Onmyouji, walaupun sebenarnya aku tak menginginkan hal itu,aku juga pewaris dari keluarga Sonoda, yaitu salah satu dari tiga keluarga Onmyouji utama dalam kuil Honnouji ini, bersama dengan keluarga Nishikino, dan kuil ini terletak di pegunungan di daerah terpencil, dan kami mempunyai beberapa cabang kuil yang terletak di daerah perkotaan,kuil ini di pimpin sementara oleh pewaris keluarga Touju karena hanya dia diantara kami ber tiga yang sudah mencukupi umurnya menjadi seorang pewaris sah, aku di kirim menuju kuil ini,dari kuil di daerah Hokaido untuk bertukar tempat dengan pewaris keluarga Nishikino.

Kedatangan ku di kuil ini di sambut dengan munculnya pewaris keluarga Touju, gadis berambut violet panjang , yang mempunya sepasang bola mata berwarna turqois, dan berumur satu tahun lebih tua dariku, aku berjalan menghampirinya

"Umi chan, sudah lama ya" sapanya dan langsung memelukku erat

"ahh..iya Nozomi senpai" aku membalas pelukannya

Dia melepas pelukannya dan menatap wajahku "sudah berapa kali aku katakan, lupakan soal perbedaan umur kita, tidak ada kata 'senpai', kau mengerti?!, atauu.." dia memposisikan kedua tangannya selayaknya hendak meremas sesuatu, dan aku tahu apa yang akan terjadi selanjutnya

Secara reflex aku menyilangkan kedua tangan ku, untuk melindungi dadaku "ba..baik, nozomi aku mengerti"

"bagus, bagus jadi aku tidak perlu memijat dadamu, walau sebenarnya aku pikir dadamu itu perlu perawatan intensif" dia mengatakan hal itu seraya menaruh pandangannya menuju dadaku

Darah langsung terpompa pada wajahku, "apa maksudmu dengan 'perawatan intensif'?,la..lagi pula, tidak ada masalah dengan dadaku"

"hooo, kau yakin? Tidak ada masalah, bahkan sekarang aku lihat lebih besar milik honoka daripada milikmu"dia mengatakannya dengan tersenyum meremehkan, dan jujur saja aku merasa malu, marah, tapi aku harus menahannya dan bertindak setenang dan se anggun mungkin, karena aku tau, kalau aku menganggapi omongannya pasti dia akan langsung meremas dadaku, dan itulah yang dia inginkan, "oh ya, di mana Honoka chan?"

"aahh.. dia ada di belakang, sedang menurunkan barang – barang dari kereta" aku berbalik dan menunjuk ke arah kereta kuda yang ada di seberang gerbang kuil, "hilang?, kemana dia?" dan ternyata dia sudah menghilang, dan meninggalkan barang – barang yang masih ada di atas kereta, rasa jengkel menguasai tubuhku "anak itu… lihat saja nanti kalau sampai ketemu"

"te..tenang, tenang Umi chan, sepertinya aku tau dia kemana dan sama siapa" ucap Nozomi, dia menyentuh dagunya dengan jari telunjuknya, lalu tersenyum,"tunggu ya" dan dia bergegas menuju salah satu ruangan yang ada di kuil ini.

Setelah beranjaknya Nozomi, aku putuskan untuk ber nostalagia dengan kuil ini,aku berjalan – jalan tanpa tujuan mengitari kuil ini, sebelum Nozomi, kuil ini dulu dipimpin oleh kakakku Sonoda Aoi , dan aku pun tinggal di kuil ini bersamanya, tapi karena peperangan besar antara Youkai dan Onmyouji sepuluh tahun yang lalu, kakak meninggal karena melindungiku,lalu akhirnya kedua orangtua ku memutuskan untuk membawaku menuju Tokyo dan menetap disana, walaupun sebenarnya aku juga tidak mengingat secara pasti, apa yang terjadi dalam peperangan itu. Kakiku menuntun tubuhku menuju bagian paling timur kuil,aku menumpukan kedua tangan ku pada tembok pembatas kuil, tembok yang tidak terlalu tinggi hanya setinggi dengkul kaki ku, dari sana aku bisa melihat pemandangan yang tidak akan bisa kulihat di kuil perkotaan, sawah hijau dan ladang milik penduduk,rumah mereka yang masih sangat tradisional,kolam berukuran sedang yang mengelilingi ladang, di campur dengan warna orange yang dihasilkan oleh langit di sore hari, dilihat dari atas sini itu semua bagai lukisan indah di mataku,aku mengingat dulu disini aku sering bermain dengan kakak, aku menaiki tembok ini dan bergaya seolah – olah aku terbang dan kakak memegangi ku dari belakang. "masa – masa yang indah", pandangan kuberalih menuju hutan yang berada tak jauh di belakang desa,hutan itu terlihat seperti hutan pada umumnya, hutan itu sangat luas,membentang dari bagian belakang desa yang ada di bawah gunung , sampai ke belakang kuil ini.

Sejauh yang aku tau, setiap daerah dipimpin oleh satu Youkai alpha,seperti Hokaido yang dipimpin oleh seorang Nekomata,atau daerah Tokyo yang dipimpin oleh Nurarihyon ,entah youkai jenis apa yang memipin daerah ini

"Uumii cchhaaann… lihat siapa yang aku tangkap" aku terkejut ,teriakan Nozomi, menyeretku keluar dari lamunanku,aku melihat ada dua orang lagi yang sedang bersama Nozomi,orang yang aku cari,Honoka dan yang satu lagi adalah asisten dari Nozomi, Yazawa Nico, dan dada mereka berdua sedang di remas oleh tangan meremas dada kiri Nico dan tangan yang satunya lagi meremas dada kanan Honoka." Jadi siapa yang memulainya haahh?" Tanya Nozomi kepada mereka berdua

"itta..ittai, oi Nozomi lepaskan kau meremasnya terlalu keras" rengek marah Nico, dan memang sepertinya remasannya sakit, bahkan dengan melihatnya saja sudah membuat dadaku terasa ngilu, "si rakus ini yang duluan" Nico menunjuk ke arah Honoka ,"dia tiba – tiba mendatangiku dan bilang kalau dia lapar"

"ma..maaf Nozomi chan, habisnya selama perjalanan menuju ke sini, aku dilarang makan sama Umi chan"

"Honoka.. kita sudah makan, sebelum perjalanan, saat di kedai dalam perjalanan, dan segitu besarnya kah perutmu sampai tak bisa menahan lapar hingga jam makan malam tiba?"

"eeeehhh.. tapi itukan porsinya sedikit, itumah porsi makannya umi chan"

"tuh kan, bener berarti dia yang salah, bukan aku, jadi lepasin Nozomi!" sahut Nico yang memberontak untuk keluar dari cengkeraman Nozomi

Bukannya melepas, Nozomi malah memperkuat cengkraman pada kedua dada di tangannya "tidak, kalian berdua salah, Nico chi sudah tau belum saatnya makan malam, kenapa malah kau beri makanan pada Honoka chan?"

"iitttaaaiii..ittaaaii., baik kami minta maaf kami minta maaf" rengek mereka berdua

Waktu makan malam tiba,aku,Nozomi,Nico,dan Honoka mempunyai ruangan terpisah, sedangkan para miko dan onmyouji lainnya makan di ruang makan utama yang terletak tak jauh dari dapur kuil, memang terdengar kejam dan mendiskriminasi , tapi ini adalah tradisi yang mau tidak mau harus kami turuti,Honoka dan Nico boleh ikut karena mereka adalah asisten pribadi kami, aku duduk berhadapan dengan Nozomi, Nico yang seharusnya duduk berhadapan dengan Honoka, tetapi sekarang Honoka sedang tidak ada di sini, dia bilang dia ada urusan sebentar di dapur dan akan menyusul kesini kalau sudah selesai

Di depan ku sudah tersedia berbagai jenis makanan, mulai dari nabe, sukiyaki, sup miso, dan makanan menggugah lainnya, aku melihat ke arah Nozomi yang sudah meng aktifkan mode siap tempur, karena bukan rahasia lagi kalau nozomi adalah pecinta daging

"Mari makan" kami ber tiga mengucapkannya secara bersamaan, dan benar saja, tanpa aku sadari mangkuk nasi Nozomi sudah penuh dengan daging

"oi, Nozomi, kalau makan ingat orang" sindir Nico yang duduk di sebelahnya

"ayolah Nico chi masih banyak kok sukiyaki nya" dia mengatakannya dengan mulut yang penuh dengan makanan, sehingga apa yang dia katakan menjadi tidak terlalu jelas

"setidaknya telan dulu, baru ngomong" gerutu Nico seraya bersiap untuk makan

Aku tertawa kecil melihat tingkah mereka,lalu aku mengambil sumpit & mangkuk nasiku

"oh ya, Nozomi.. Nico, kalau aku boleh tau siapa ya Youkai Alpha penguasa daerah ini?"aku mengambil beberapa lembar daging dari mangkuk nabe menuju mangkuk nasi ku

"oh itu, daerah ini dipimpin oleh seorang Kitsune, namanya E.."

"Nico chi" jawaban Nico di potong oleh panggilan Nozomi, yang sudah menghabiskan setengah porsi dari nasinya, dan hendak meminum teh yang ada di gelasnya, "kau terlalu banyak bicara" dia mengatakan hal itu dan meneguk tehnya. Nico hanya terdiam lalu melanjutkan kembali pada kegiatan makannya

Aku terkejut karena biasanya Nico pasti akan melawan, tapi ternyata tidak,dan jujur itu membuatku semakin penasaran "Nozomi?" aku mencoba bertanya padanya ada apa.

Dia meneguk tehnya sekali lagi lalu memejamkan kedua matanya "nanti juga kau akan tahu,Umi chan,biarkan roda itu bergerak sendiri, jangan kita yang menggerakkkan", dia membuka kembali matanya dan melihat ke arahku

Mata kami saling ber tatapan, aku bingung dengan jawaban yang keluar dari mulutnya dan aku yakin dahiku mengerut gara –gara hal itu, aku menaruh kembali mangkuk nasi dan sumpit ku ke atas meja, "apa kalian sedang menyembunyikan sesuatu dariku?" tanyaku dengan tegas tetapi dengan nada selembut yang aku bisa.

Nozomi mulai memakan kembali makanannya, dan sebelum dia mengarahkan bola nasi bercampur daging ke dalam mulutnya, "kami tidak bermaksud untuk menyembunyikan sesuatu, kami hanya tidak mau mendahului takdir", dan akhirnya bola nasi daging yang terhimpit sumpit itu masuk ke dalam mulutnya,

Bukannnya mendapat jawaban dari apa yang aku tanyakan, aku malahan mendapat bahan pertanyaan baru, apa yang dia maksud dari Mendahului takdir, aku tidak mengerti. "Nozomi apa maks…"

"MAAF SUDAH MEMBUAT KALIAN MENUNGGUUUU!" teriakan Honoka yang tiba tiba masuk ke dalam ruangan, menghentikan pertanyaanku, dia berjalan mendekatiku menuju tempatnya, dia membawa nampan berisi manju berukuran besar, dan sepertinya cukup berat sampai – sampai dia membawanya dengan agak sedikit kehilangan keseimbangan tubuhnya, dia duduk tepat di sebelah kanan ku dan duduk berhadapan dengan Nico, "Nico chan,Nozomi chan, lihat ternyata aku berhasil, adonannya terbentuk dengan sempurna" dia mempelihatkan manjunya pada Nico dan Nozomi seolah – olah itu adalah makarya antik bernilai tinggi

"Honoka.. jadi selama ini kau di dapur, untuk membuat manju… dan kenapa ukurannya bisa sebesar ini?" aku melihat manju raksasa itu, dan mengira – ngira apa isi di dalamnya "dan kenapa di bagian atasnya ada garis – garis pemisah?"

"karena ini manju spesial,Umi chaan" dia mendorong nampan manjunya hingga dekat sekali dengan wajahku, "dan kalau garis pemisah ini, mewakili rasa isian, karena setiap bagian dari manju ini mempunyai isian yang berbeda" dia menjelaskannya dengan penuh semangat, walaupun aku sangat menyukai manju, tapi untuk yang satu ini sepertinya membayangkan apa yang ada di dalamnya saja sudah membuatku mual. "AYO KITA MAKAN MANJU INIII!" teriak Honoka yang meletakkan nampan manjunya di atas meja

"Tunggu dulu Honoka,kau tidak bisa langsung makan manju itu, makan dulu makanan – makanan ini, simpan manju itu untuk pencuci mulut" sanggah ku

"eeehhh.. Umi chaan, aku tadi sudah makan di dapur, kau tahu di saat aku menuggu manju ini matang, secara tidak sadar tanganku mengambil makanan – makanan yang ada di dapur, dan setelah manju ini matang, aku baru sadar ternyata perutku sudah kenyang" jawabnya dengan expresi wajah tanpa merasa berdosa

Kemarahan mengambil alih sebagian pikiran ku, yang sedari tadi aku tahan, karena kelakuan anak ini, aku menarik udara sekitar sebanyak yang aku bisa, "honoka, sudah berapa kali aku bilang, control nafsu makan muu!"

"maa..maaa Umi chan, biar aku yang tangani ini,Honoka chan ayo kita potong kue ini, lagi pula aku dan Nico chi juga sudah menyelesaikan porsi kami" jawab Nozomi yang ternyata setuju dengan ide Bodoh Honoka

"eeh..Nozomi, tapi kan, kau lihat masih banyak makanan yang tersisa, bahkan ada beberapa mangkuk makanan yang belum di sentuh sama sekali" aku melihat masih banyak makanan di atas meja "ini namanya tidak mensyukuri berkat Dewa"

"oohh, ini akan kami ubah menjadi sebuah persembahan, iya kan Nico chi?" tukas Nozomi seraya menghadapkan pandangannya kepada Nico

"ya..ya terserah kau, aku hanya tinggal mengikuti saja" jawab Nico dengan nada tidak peduli

"persembahan?, itu tidak sopan, kita mempersembahkan makanan sisa kepada Dewa?" terkadang aku tidak mengerti jalan pikiran Nozomi, sudah cukup rumit aku untuk memahami jalan pikiran Honoka, sekarang di tambah lagi jalan pikiran unik lainnya

"hihihihi…siapa bilang ini untuk Dewa?"dia tertawa menyeramkan dengan tangan kiri menutupi bibirnya

"Lalu untuk siapa?"

"penghuni hutan"dia menjawab pertanyaanku dengan nada yang ringan, dan wajah yang ceria

Aku meyandarkan keningku pada telapak tangan kananku,sudah cukup dengan semua teka teki yang dia buat,penghumi hutan, siapa? Hewan – hewan, atau apa memang ada sesorang yang cukup berani untuk tinggal seorang diri di hutan?

Dua setengah jam berlalu, setelah jam makan malam,aku sudah selesai dengan kegiatan mandi dan berendam, meninggalkan Nozomi,Nico,dan Honoka yang masih bermain – main di onsen. Aku sedang dalam posisi berdeku di teras belakang kamarku dan hendak ber konsentrasi, aku memejamkan kedua mataku, mengatur pola nafas, dengan meditasi ini aku bisa merasakan kobaran chi dari semua makhluk dalam radius 5 kilo meter,kobaran chi manusia normal berwarna putih, sedangkan yang mempunyai niat jahat berwarna abu – abu gelap, begitupun dengan para Youkai, mereka yang tidak mempunyai niat jahat aliran chinya berwarna biru muda, sedangkan yang mempunyai niat jahat berwarna merah kerja meditasi ini sama seperti radar,sebagian besar kobaran chi penduduk desa meredup, sepertinya sebagian dari mereka sudah tertidur, aku merasakan kobaran chi para youkai.

Stabil…kobaran chi mereka stabil dan juga berwarna biru tenang,tunggu.

Aku merasakan kobaran chi besar dari arah hutan, kobaran ini sangat besar, ada dua, yang satu memiliki kobaran yang cukup besar, berwarna biru muda bercampur dengan warna orange, dan yang terakhir memiliki ukuran yang lebih besar dari yang satunya, tetapi warna kobarannya abstrak, berbagai jenis wana tercampur disana.

Tak salah lagi kobaran sebesar ini hanya dimiliki oleh para Youkai Alpha, dan baru kali ini aku menemukan kobaran yang sangat tidak stabil seperti ini. Cara ini cukup banyak memakan tenaga, aku merasa banyak tenagaku terkuras olehnya, aku membuka kedua mataku, mencoba mengumpulkan tenaga yang tersisa dan berusaha untuk membuat tubuhku berdiri tegak, aku mengusap keringat yang mengucur turun dari keningku, "sepertinya, aku harus mencuci wajahku" aku berjalan menuju pintu geser kamarku, yang berarti aku harus masuk kedalam kamarku, aku melihat Honoka yang sudah tertidur pulas di futonnya, sepertinya saking terlalu berkonsentrasi aku jadi tak tau kalau dia sudah selesai mandi,aku menggeser pintu depan kamarku, dan hendak menuju kamar mandi, dan saat perjalanan ku menuju kamar mandi, secara tidak sengaja aku melihat Nozomi dan Nico, mereka berjalan menuju gerbang belakang kuil.

"Sedang apa mereka" aku memutuskan untuk mengikuti mereka, niat awalku menuju kamar mandi terkalahkan oleh rasa penasaranku

"Nico chi, kenapa jalan mu lambat sekali" bisik Nozomi kepada Nico yang tertinggal di belakangnya "ayo cepat sebelum ada yang melihat"

"Berisik, masih untung aku mau membantu mengerjakan perkerjaan repot seperti ini" mereka berdua masing – masing membawa tumpukan kotak yang terbungkus kain, yang sepertinya itu adalah kotak makan

Nozomi mengambil lentera gantung,yang memang sudah mereka siapkan, dan mereka terus melaju ke arah hutan, "mereka mau ke hutan, malam – malam begini?, apa jangan - jangan yang Nozomi katakan tentang memberi persembahan pada penghuni hutan itu, dia berkata serius?" aku berbalik hendak mengambil panah dan busurku yang aku letakkan di kamar, dan bergegas mengikuti mereka lagi kearah hutan,tapi rencanaku gagal karena ada salah satu miko melihatku

"Sonoda san, sedang apa kau di luar, malam – malam seperti ini?" Tanya nya dengan expresi wajah bingung kepada ku

Tidak mungkin aku memberitahu kalau aku sedang membuntuti Nozomi dan Nico " aahh aku hanya sekedar ingin berjalan – jalan sebentar dan sekalian menghirup udara malam sebelum tidur"

"oohh, baiklah,kalau begitu saya permisi undur diri" dia membungkuk lalu berbalik meninggalkan ku

"haaahhh… aku juga harus kembali pada tujuan awalku" aku melihat kearah hutan "sepertinya tak akan terkejar, kalau aku pergi sekarang" akhirnya aku berbalik dan menuju kamar mandi

Sudah seminggu aku berada di kuil ini, dan sudah aku pergoki Nozomi & Nico beberapa kali membawakan makanan menuju hutan, kalau aku langsung menanyakannya pasti hanya akan di jawab dengan jawaban ambigu lainnya, tugasku disini adalah mengajarkan bela diri tangan kosong maupun dengan senjata kepada para miko dan onmyouji disini, aku cukup mahir dalam hal itu, tapi yang paling aku kuasai adalah memanah, bukannya sombong tapi selama ini anak panahku selalu mengenai sasaran, "tegakkan lagi badanmu,lengan mu harus lurus" aku mengajari para penghuni disini cara memanah yang benar, kebanyakan dari mereka belum bisa tepat mengenai titik sasaran

"aah, iya maaf, akan saya ulangi lagi, sesuai dengan instruksi anda" jawab salah satu onmyouji, dia memposisikan tubuhnya sesuai dengan apa yang aku beri tahu, lalu dia melepaskan anak panahnya, dan walaupun belum tepat sasaran, setidaknya hasilnya lebih baik dari yang sebelumnya

"bagus ada peningkatan, tingkatkan lagi konsentrasi dan fokusmu, lalu jangan lupa atur nafas sebelum melepas anak panah"

"baik, terima kasih Sonoda san" dia mengtakan hal itu dengan wajah bahagia dan ber seri – seri

"UUmii chhaaann" panggil Nozomi yang sudah sedari tadi melihat kegiatan ku, "kesini sebentar" dia menggerakan tangan selayaknya pajangan manekiNeko

Aku berjalan menuruti panggilannya, "ada apa Nozomi?" tanyaku padanya

"aku dan Nico chi akan pergi ke kota, untuk membeli bahan – bahan makanan yang sudah hampir habis, dan sepertinya akan pulang agak malam"

"baiklah" aku menganggukan kepalaku, dan berjalan di samping Nozomi menuju gerbang depan kuil, disini sudah ada Nico yang menunggu, dan juga kereta kuda yang akan mereka naiki, lalu tiba – tiba terdengar langkah kaki seperti langkah orang yang sedang berlari dari arah belakang

Ternyata si pemilik langkah itu adalah Honoka "NOOOOZOOOMIII CHAAAANNNN…" dia berteriak seraya berlari kearah kami, "aku mau ikut, boleh yaaa?"

"ada urusan apa, kau ikut, Honoka" tanyaku padanya

"eeh itu, itu, ada sesuatu yang harus aku beli, iya hahaha" jawabnya di iringi tawa gugup

"haaaahhh… baiklah, kau boleh ikut dan Honoka tolong belikan perlengkapan ku juga ya" ya sudahlah aku izinkan saja, lagipula tugas yang aku berikan padanya juga sudah dia selesaikan, "oh ya Nozomi, tolong jaga Honoka ya, jangan biarkan dia berbuat yang aneh – aneh"

"tenang saja Umi chan, kalau sampai dia macam – macam, akan ku remas sampai kempes" Nozomi mengatakan hal itu dengan senyum menyeramkan khasnya

Hanya mendengar kata – kata seperti itu saja sudah membuat aku,Nico,dan Honoka merinding

"hooii.. mau sampai kapan, kita ngobrol,hah? Cepat hari sudah semakin siang, bisa – bisa kita sampai kesini lagi itu lewat tengah malam" gerutu Nico yang sudah memasuki kereta

"Baaiikkk.." jawab mereka berdua yang segera mengikuti Nico untuk masuk ke dalam kereta " jadi Umi chan, aku titip kuil ini ya" pinta Nozomi padaku dari dalam kereta

"serahkan padaku" aku menjawabnya, dan kuda sudah mulai di pecut untuk menggerakan kereta, perlahan menuruni bukit, "yaah, saat nya kembali pada rutinitas awal" aku masuk ke dalam kuil, dan menutup kembali gerbangnya

Langit sudah berwarna gelap, dan sinar bulan memancar dengan terang, sudah ber jam – jam berlalu sejak kepergian mereka ke kota, memang jarak dari kuil ke kota itu cukup jauh,sementara disini aku berendam di dalam pemandian air panas dan mencoba untuk merileks kan seluruh bagian tubuhku, onsen ini memang sengaja tidak di beri atasan penutup, sehingga kita bisa berendam sambil melihat langit malam, aku menyenderkan punggungku pada batas onsen, dan melihat ke langit,langit berwarna gelap namun jernih dan bersih, tidak ada awan, bulan sedang dalam posisi purnama, di sampingnya terdapat beberapa rasi bintang menemani, aku memejamkan kedua mataku dan merasakan desiran angin melewati tubuh bagian atasku. Tiba – tiba semua perasaan tenang itu hilang, aku membuka kedua mataku, dan segera beranjak keluar dari onsen, aku merasakan kobaran chi asing memasuki daerah ini, kobaran chi ini setara dengan youkai alpha, dengan cepat aku memakai kembali kimono yang telah aku siapkan di ruang ganti,

jika memang benar ini adalah chi dari youkai alpha juga, tak salah lagi dia pasti mau merebut kekuasaan di daerah ini, aku berlari menuju kamarku dan hendak mengambil busur, panah,pelindung dada, talisman, kertas mantra, air suci dan obat untuk ber jaga -jaga.

Dan jika dua Youka alpha saling bertarung, bisa – bisa daerah ini akan rata karena kekuatan mereka, aku keluar dari kamar dan sudah berpakaian layaknya seorang prajurit yang hendak menuju medan perang, penghuni kuil lainnya memandangi ku dengan berbagai macam ekspresi tetapi kebanyakan dari mereka memasang ekspresi bingung, seperti yang sudah aku duga di antara mereka belum ada yang bisa mendeteksi kobaran chi seperti diriku, yang bisa hanya Nozomi dan Nico tetapi mereka sedang tidak ada disini, jadi sepertinya aku hanya bisa mengandalkan diriku sendiri

"Sonoda san, ada kejadian apa sehingga kau berpakaian seperti itu?" Tanya salah satu dari mereka

Aku tidak bisa, mengatakan kalau ada dua Youkai alpha yang akan bertarung, itu hanya akan menimbulkan kepanikkan, " ada sesuatu yang tidak beres, aku hanya pergi sekedar untuk mengeceknya", mereka mulai ber bisik – bisik satu sama lain, "tolong atur diri kalian dalam posisi waspada, sampai aku atau Nozomi kembali" aku berlari meinggalkan mereka, dan menuju gerbang belakang kuil, aku berhenti dan memandangi hutan yang ada di depanku, aku memejamkan kedua mataku,

"haaaahhh….ffuuuuuhhh" mengatur ritme pernafasanku dan mencoba menenangkan diri, kembali membuka mata dan berlari ke dalam hutan,seperti hutan pada umumnya di sini sunyi tidak apa – apa selain pepohonan dan rerumputan lebat, aku terus berlari menuju ke dalamnya, aku ber syukur karena sinar bulan jadi hutan ini tidak terlalu gelap, sinarnya menembus lebatnya daun pepohonan,sehingga penglihatanku tidak terlalu 'buta', tetapi tiba – tiba aku merasakan beberapa kobaran chi melewati ku,

jangan – jangan?, aku mengucap mantra untuk membuka penglihatan spiritual, dengan penglihatan ini aku bisa melihat youkai dalam wujud asli mereka bukan dalam wujud kobaran chi,dan benar saja banyak youkai kelas bawah berlari, berlawanan arah denganku, sepertinya aku sudah dekat dengan medan pertempuran

BBRRUAAAKKKK….

Dari arah depan terdengar seperti sesuatu berukuran besar baru saja menghantam tanah, bahkan tanah yang aku pijak disini agak bergetar, aku terus berlari menuju sumber suara, dan ternayata membawa ku menuju padang rumput yang luas yang berlokasi di tengah hutan,mataku langsung tertuju pada sosok bersayap yang sedang mengambang di langit,mempunyai sepasang sayap hitam besar,dia memakai topeng burung, sehingga aku tak bisa melihat wajah aslinya, walaupun begitu aku bisa langsung tahu makhluk apa dia, dia adalah seorang Karasu Tengu,dia mengepakkan sayapnya dan secara bersamaan dia melepas helai – helai bulunya selayaknya itu anak panah, saat aku melihat kearah mana tembakannnya, mataku melihat seekor rubah besar ber ekor sembilan, berukuran 5x lebih besar dari ukuran rubah dewasa normal warna bulunya campuran antara warna putih dan pirang,

jadi dia youkai alpha disini?, dia melesat menghindari hujaman bulu yang mengarah kepadanya, dan menyerang balik dengan laser yang bisa dia tembakkan dari setiap ujung kesembilan ekornya, namun sama dengannya, karasu itu terbang kesana – kemari untuk menghindari tembakan – tembakan laser itu, baru kali ini aku melihat pertarungan antara dua youkai alpha, medan ini di penuhi oleh bulu – bulu karasu yang menancap di tanah, dan sebagian tanah sudah berbentuk cekungan – cekungan karena terkena laser, Karasu itu terbang tinggi untuk memperbesar jarak dengan si rubah, lalu dia berputar kencang sehingga di sekelilingnya muncul pusaran angin, secara bersamaan keluar hujanan bulu dari atas, sangat banyak bahkan cahaya bulan tertutupi oleh pekatnya hujanan bulu itu, terlalu banyak aku tak akan sempat untuk menghindarinya, aku hanya terpatung melihat hujanan anak panah melesat ke arahku, refleks aku memalingkan wajahku dan memejamkan kedua mataku

STABB..STABB..STABB..STAABBB…

Bulu – bulu itu sudah mengenai sesuatu, tetapi aku tidak merasakan sakit sedikitpun pada tubuhku,apa jangan – jangan aku sudah mati sehingga aku tidak merasakan apa – apa, aku memberanikan diri untuk membuka mataku,aku terkejut yang ternyata sosok besar berbulu ada di depanku, dia menjadi perisai untuk melindungiku dari hujanan bulu – bulu hitam tadi, dia menolehkan wajahnya padaku, rubah ini mempunyai sepasang bola mata berwarna biru muda, aku terhipnotis oleh kedua bola mata yang ada di depanku ,tetapi itu tak berlangsung lama karena si pemilik bola mata itu kehilangan keseimbangannya dan jatuh tersungkur.

Dia melindungiku?...kenapa?. Sementara si pelaku masih mengambang di langit,aku membulatkan tekad, aku menggenggam erat busurku "Terima kasih, sekarang giliranku untuk melindungimu" , tangan kananku mengambil tiga anak panah dari kantung panah di punggungku,menyelipkan ketiganya di antara jari – jariku, aku mengalirkan chi dari tubuhku kepada ketiga anak panah ini, aku membidiknya tepat menuju makhluk barsayap itu, aku menarik tali busurku sekuat yang aku bisa

BBWWAAAATTTSSSS….

Aku melepaskannya dan seperti yang ku harapkan ketiga anak panahku melesat dan menembus sayap kiri Tengu itu, dan membuatnya kehilangan keseimbangan tetapi dia masih bisa mengambang di udara karena kepakan sayap kanannya, masih belum, aku mengambil satu anak panah lagi,mengalirinya dengan chi, dan melesatkannya lagi, kali ini mengenai bahu kanannya,dan sepertinya menembus pangkal sayapnya, karena hal itu akhirnya dia benar – benar jatuh menghantam tanah, kepulan asap muncul karena kerasnya hantaman tubuhnya, aku berjalan mendekati kepulan asap itu, dan mengambil satu anak panah lagi, bersiap membidik jantungnya kalau saja dia menyerangku, tiba - tiba angin berhembus kencang dari tengah kepulan asap, dan itu berhasil membuatku kehilangan konsentrasi ku, dengan cepat Karasu itu terbang menjauh, aku mencoba membidiknya tapi itu mustahil karena dia sudah terlalu jauh,

Dia pergi, padahal kalau dia melanjutkan pasti aku akan mati, aku menaruh kembali anak panah di keranjangnya

"Ah!,kitsune" aku bergegas menuju rubah itu, dan langkahku terhenti karena tubuh rubah itu di selimuti oleh cahaya,cahaya itu menerang seraya mengecilnya tubuh yang mereka selimuti,aku terdiam sampai akhirnya cahaya itu meredup secara perlahan, di mulai dari bagian kakinya, cahaya itu menghilang dan memperlihatkan siluet sepasang kaki manusia,naik – naik,cahaya itu menghilang dan memperlihatkan pinggang, sepasang tangan manusia, dan cahaya itu masih tersisa pada bagian leher dan wajahnya, seperti layaknya tirai pertunjukan , cahaya itu mulai mengangkat sinarnya, aku melihat leher manusia,dagu manusia,rambut pirang panjang mulai jatuh mengusap pipi merah mudanya, hidung mancung nan mungil, dan yang terakhir sepasang kelopak mata yang tertutup. Aku terkejut dan bahkan hampir tidak percaya dengan apa yang aku lihat, mulutku menganga, kedua mataku terbuka lebar, siapa ini?, siapa gadis ini?kemana perginya kitsune itu? Dengan sepasang telinga rubah bertengger di atas kepalanya,satu buntut rubah masih menancap padanya,dan yang terakhir di sekitar pinggang dan rusuk bagian kanannya tertusuk banyak bulu – bulu hitam, tak terbantahkan lagi dialah kitsune itu. Darah segar mulai mengalir dari dalam mulutnya, ritme nafasnya tidak terkontrol, "Aku harus menolongnya" aku berdeku di depannya dan mengeluarkan obat – obat yang aku bawa dari kuil, "tolong bertahanlah"

Itulah awal pertemuanku dengannya, pertemuan yang manis, walau berhujung pahit, menembus batas larangan,menghancurkan dinding ke tabu an, dan merubah seuatu yang mustahil menjadi mungkin