I Am Your Brother

Rated: K

Genre: Family

O-O

"Tidak mungkin ada seorang yang membencimu, Dik" kata si kakak sambil mengelus punggung adiknya. Matahari bersinar cerah pada pagi itu dan awan berarak lembut seperti menari dalam simfoni. Pagi yang cerah itu rusak oleh derai air mata si adik. Atmosfer kesedihan menyelimuti kedua kakak-beradik itu. Atmosfer itu seakan menghalau sinar mentari mengenai tubuh keduanya. Si kakak menepuk-nepuk punggung adiknya, "aku tetap bersamamu" kata si kakak lirih. Sebuah pisau penjagal bertengger manis di tangan kiri si kakak. Darah mengucur perlahan dari pisau itu, seperti air mata si adik. Pisau lainnya berbaring tenang di atas pangkuan si adik yang duduk di atas tembok kecil pembatas rumah. Pisau itu juga berdarah, tapi darahnya sudah kering. Tangis si adik makin kencang, "se... Semuanya akan..." racauan si adik terhenti sampai di situ. Dilanjutkan dengan air mata yang sepertinya tidak akan pernah habis. "Membenciku" isak si adik lirih, melanjutkan racauannya tadi. Si kakak berhenti menepuk punggung adiknya, dan menatap alam sekitarnya. Sejuk dan cerah. Tidakkah ini semua bisa menenangkan adiknya itu? Di hadapan si kakak, seekor kupu-kupu bertengger di kepala si adik. "Kupu-kupu yang indah.." gumam si kakak dalam hati.

.

"Tidakkah dia merasa sedih atau menyesal?" lanjutnya dalam hati. Perlahan-lahan, tangan si kakak meraih kupu-kupu itu dan membiarkan kupu-kupu itu bertengger manis di telunjuknya. Sejenak dipandanginya kupu-kupu yang asyik bertengger di telunjuknya itu. Lalu, tangannya yang satu lagi mengelus kupu-kupu itu dan memukul kupu-kupu itu hingga mati. Si adik mendengar suara pukulan si kakak dan merasa penasaran, sehingga ia melirik si kakak dan menghentikan tangisnya yang telah memakan banyak air mata untuk dibuang.

.

Tepat di depan kedua mata adiknya, si kakak menyodorkan telapak tangannya. Di telapak tangannya, tergeletak seekor kupu-kupu yang sudah gepeng. "Ini, kupu-kupu ini" kata kakaknya antusias. "Ya, aku tahu itu kupu-kupu" tanggap adiknya dengan suara yang parau sambil menyeka air matanya yang tadi berderai. "Tidakkah kau lihat? Aku baru saja membunuh kupu-kupu ini dan..." kalimat antusias si kakak terhenti. Si adik menatap kedua mata kakaknya. Di dalam sepasang mata itu, ia bisa melihat wibawa kakaknya. Yang tenang, suka tantangan, dan selalu ada untuknya. "Kupu-kupu ini mati. Tapi, kupu-kupu ini tidak marah kepadaku" jelas si kakak. Wajahnya girang, seperti orang yang baru saja mendapat pencerahan. Tapi, ia tidak mendapatkan pencerahan untuk dirinya sendiri, melainkan untuk adiknya. Agar adiknya tidak lagi bersedih hati.

.

"Ini berbeda..." ucap si adik lirih. Si kakak menatap adiknya bingung, "apanya yang berbeda? Kupu-kupu ini tidak akan marah karena ia sudah mati, dan kerabat-kerabatnya pun tidak akan tahu kalau ia mati" jelas si kakak. Si kakak meraih tangan adiknya dan menaruh bangkai kupu-kupu itu di tangan adiknya. "Untukmu saja, dari kakakmu yang tercinta" kata si kakak. Si adik menatap kakaknya bahagia dengan sesungging senyum cerianya.

O-O

Tahun-tahun demi tahun berlalu secepat angin tornado. Kini kedua kakak beradik itu hanya duduk diam di laboratorium kelima. Dengan julukan slicer, mereka membantai tiap penyusup sampai penyusup itu hanya berupa seonggok daging busuk. Mereka saling menyayangi satu sama lain, tidak seperti kupu-kupu yang tidak peduli pada saudaranya yang lain. Mereka tetap bersama. Sampai akhirnya keduanya mati di tangan seorang wanita licik bernama Lust.

END

O-O

Mungkin ada yang bersedia untuk memberikan review?