A/N : akhirnya saya bisa juga update fict ini. setelah sekian lama dan banyak dukungan dari teman-teman saya akhirnya saya publish juga fict ini. selamat selamat! silahkah baca fict gaje pertama saya
Tittle : Missing Heart
Genre : Romance, Hurt/Comfort, Humor gaje
Rate : T
Pair : HichiIchi slight HichiRen untuk saat ini
Disclaimer : Bleach ©
Tite Kubo
Warning : AU, Shounen ai/BL, OOC, Miss Typo, GaJe
Don't Like? Don't Read!
Pagi yang cerah di kota Karakura, matahari bersinar dengan hangat menhangatkan hati tiap orang yang akan melakukan kegiatan sehari-hari dengan semangat. Tapi itu tidak berlaku untuk seorang pemuda berambut putih beriris emas dengan lingkaran hitam dikedua sisi bola matanya. Pemuda itu bernama Hichigo Shirosaki.
Sebenarnya Hichigo adalah pemuda SMA biasa. Tetapi teman-temannya takut padanya. Bukannya apa-apa, tapi Hichigo merupakan ketua berandalan yang terkenal diantara berandalan-berandalan disekitarnya karena kekuatannya. Tak ada satupun yang berani melawannya. Kalau tidak percaya kalian coba saja. Kalau kalian ingin dikirim ke rumah sakit atau mati.
Hari inipun banyak sekali berandalan yang mengepungnya. Mereka sangat banyak. Mungkin mereka saling bergabung untuk membalas dendam padanya.
"Cih, dasar sampah, mau berapa banyakpun kalian masih terlalu cepat 100 tahun untuk melawanku." kata Hichigo penuh percaya diri.
BUAK, BRUK, DUAGH!
Akhirnya tak sampai sepuluh menit, para berandalan itu sudah berhasil dikalahkan oleh Hichigo.
"Sialan kau, Hichigo!" seru salah seorang berandalan yang masih bisa berdiri. Aturan untuk para berandalan adalah menyisakan satu orang untuk menggotong yang lain.
"Kenapa? Kau mau protes?"
"Tunggu saja, kami akan membalasmu!" Seru berandalan tersebut kemudian menggotong teman-temannya dan kabur.
"Kita lihat saja nanti. Ukh..." Hichigo meringgis kesakitan. Ternyata dia terluka juga. Tentu saja, orang lawannya puluhan begitu, dan lagi mereka menbawa senjata tajam.
~Hichigo P.O.V~
Sial, mereka menyakitiku. Aku lihat bekas luka memanjang dilenganku dan mengeluarkan darah. Lihat saja kalau ketemu lagi akan kuhancurkan mereka.
Sementara aku merutuki kesialanku tiba-tiba muncul sesosok makhluk halus, eh salah maksudku pemuda berambut orange yang sangat nyentrik mengalahkan sinar matahari. Akupun memicingkan mata untuk menghindari silaunya sinar ultra violet yang serasa membakar mataku#plaak. Maaf lupakan kata-kataku barusan. Aku memicingkan mataku untuk melihat iris berwarna seindah musim gugur. Membuatku terpana.
Aku sangat terkejut, bagaimana tidak? Setelah kuperhatikan dengan seksama, wajahnya sangat mirip denganku. Tapi tentu saja aku lebih keren. Kulihat dia juga sedikit terkejut melihatku.
"Hei, kau tak apa?" Tanya pemuda itu.
Aku yang tadi agak bengong karena terpesona memandangnya hanya dapat menjawab dengan kaku.
"Hah? Aku tidak apa-apa."
"Lenganmu terluka, sini biar ku obati" kata pemuda itu menarik lenganku.
"Hei, tidak usah. Dijilat juga sembuh." Aku menarik tanganku kasar.
Tapi sepertinya dia tidak menyerah begitu saja. Dia tarik lenganku lagi.
"Sudahlah, orang yang terluka diam saja"
Akhirnya akupun menyerah dan membiarkannya mengobati lukaku dengan terampil. Aneh sekali orang ini. Apa dia tidak tahu kalau aku ini bos berandalan, yah walaupun aku tidak suka disebut seperti itu. Sebenarnya julukan itu bukan aku yang membuatnya. Itu adalah perbuatan dari orang-orang yang takut padaku. Tapi entah kenapa orang ini, pemuda yang baru kukenal malah mengkhawatirkanku. Itu membuat hatiku terasa hangat dan nyaman. Sudah sejak lama aku tidak merasakan perasaan ini. Sejak...entahlah aku sudah tidak ingat karena sudah terlalu lama.
"Yosh, sudah selesai."
Aku tersentak, kaget akan suaranya yang membuyarkan lamunanku. Kulihat perban sudah melilit dengan rapi pada lukaku. Kulihat dia tersenyum sangat ramah. Lagi-lagi aku merasakan perasaan itu. Perasaan yang aneh.
"Lukamu sudah ku balut. Untuk sementara lenganmu jangan terlalu banyak digerakkan."
"Hm, terima kasih." ucapku datar. Padahal aku tidak pernah mengucapkannya selama ini. Entah kenapa aku merasa dia istimewa.
"Ya, sudah. Aku pergi dulu." Kemudian dia pun pergi sambil melambaikan tangan padaku.
Setelah dia menghilang aku baru sadar bahwa aku lupa menanyakan namanya. Namun aku bertekat kalau aku akan menemuinya lagi.
~End of Hichigo POV~
.
.
.
~Normal POV~
Sudah beberapa hari ini Hichigo memikirkan seseorang. Yah, orang itu tidak lain dan tidak bukan adalah pemuda dengan rambut orange dan bermata hazel. Bahkan di sekolahpun dirinya melamunkan pemuda itu.
Seperti hari ini Hichigo sedang duduk di bangku pojok disamping jendela menekuk lengan dan menyandarkan dagunya. Tak peduli pada pelajaran yang sedang berlangsung. Sehingga tak ayal pemuda itu mendapat lemparan indah penghapus dan kapur tulis dari sensei berambut coklat yang terlihat dewasa dan kalem. Tapi jangan salah, dibalik sifatnya yang kalem dia juga memiliki sifat yang lumayan kejam di Espada high school. Siapa lagi kalau bukan Aizen sousuke.
.
.
.
Hichigo segera pulang setelah bel tanda pelajaran usai. Dia ingin segera mencari tahu dimana keberadaan pemuda berambut orange tersebut. Tapi tiba-tiba ada tangan yang menahan lengannya
"Woi, Hichigo mau kemana kau buru-buru?" Tanya seorang berambut merah dan rambut diikat mirip nanas. Yah orang itu adalah Renji Abarai.
"Lepaskan tanganmu!" Ujar Hichigo merasa terganggu.
"Hei, jangan marah begitu," balas Renji "Tanpa kau begitupun sudah banyak orang yang takut padamu." tambahnya dengan nada mengejek.
"Terserahmu lah" balas Hichigo dingin.
"Ngomong-ngomong ngapain sih kau bengong dipelajaran Aizen tadi?"
Hichigo diam tak menjawab.
"jangan-jangan kau kepikiran dengan orang yang katamu mirip kau itu ya..." ujarnya menjawab pertanyaannya sendiri.
Hichigo agak tersentak mendengar penuturan pemuda berambut merah tersebut. Begitu mudah dia membaca apa yang dipikirkannya.
Mau bagaimana lagi biar seperti itu Renji adalah orang yang paling dekat dengannya. Mengingat Renji adalah teman Hichigo dari kecil.
"Yah, begitulah, memang kenapa?" ujar Hichigo akhirnya.
"Aku tahu informasi tentangnya" jawab Renji dengan nada diseret-seret. Menbuat Hichigo penasaran.
"Tahu darimana kau?" kelihatannya Hichigo benar-benar penasaran.
"Ya, kau tahu kan aku punya pacar yang beda sekolah dengan kita? Aku pernah melihatnya berjalan dengan pemuda yang mirip denganmu. Kukira itu kau...tapi setelah diperhatikan rambutnya orange dan matanya berwarna hazel. Mungkin dia orang yang kau cari. Kalau tak salah namanya Ichigo Kurosaki." jelasnya panjang lebar.
'Itu pasti dia' teriak Hichigo dalam hati. Dia mulai berpikir...pacar Renji yang beda sekolah dengannya kalau tidak salah pemuda berambut hitam dan bermata hijau bernama Ulquiorra Scriffer. Sekolahnya di Karakura high school.
Tanpa pikir panjang lagi dirinya langsung melesat menuju Karakura high school. Meninggalkan Renji yang mengoceh tidak jelas.
.
.
.
Sesampainya di Karakura high school dirinya tak menemukan satu orangpun disana. Tentu saja, semua siswa sudah pulang ke rumah mereka masing-masing karena sekolah sudah usai.
Hichigo tertunduk lesu. Akhirnya ia tak dapat menemukan pemuda yang dapat mengusik hatinya itu. Sampai sekarang dia tak tahu mengapa hatinya selalu rindu ketika memikirkannya. Seperti ada sesuatu yang hilang di hatinya.
Hichigo berniat untuk pulang saja. Ketika ia berbalik tiba-tiba terlihat sosok pemuda berambut orange berjalan menuju halte bus.
Tanpa menunggu lebih lama, Hichgo berlari menghampirinya. Dengan cepat ia menepuk pundak pemuda tersebut.
"Hei, kau" teriak Hichigo.
~TBC~
Gomen chapter satu ini pendek, tapi nanti Tsuki usahakan chapter dua agak panjang. kemungkinan fict ini akan selesai dalam Twoshoot. jadi tolong review ya chapter ini. Flame juga boleh asal yang membangun. Terus saya mau mengucapkan terima kasih buat Tasya-chan a.k.a HitsuIchi-chan dan Ai-chan yang sudah dukung aku untuk buat fict disini
akhir kata Review please
