SIRIUS
MAIN CAST:
- Park Chanyeol
- Byun Baekhyun
SUPPORT CAST
- Kim Jongin
- Do Kyungsoo
OTHER CAST:
- Member of EXO
- Dan akan bertambah guna penyesuaian alur.
Rated: M
Length: Chaptered
-
PROLOG:
Chanyeol menyeringai, di gudang tidak terpakai itu, tembok-tembok yang mulai usang karena cuaca, menjadi saksi bagaimana pertama kalinya ia bertemu dengan Sirius. Pesuruh bayaran yang sudah lebih dua tahun ini menjadi incarannya.
"Well, tidak ada lagi yang bisa kau lakukan, Sirius. Menyerahlah!"Chanyeol berucap penuh percaya diri, pemuda itu bahkan tertawa kesenangan.
Sirius melepas topi hitamnya, menyugar rambutnya dengan santai, seolah tidak merasa takut dengan keberadaan Chanyeol di depannya. "Itu curang,"gerutunya geli. "Kalian berlima, sedangkan aku hanya sendiri."
Chanyeol tertawa, lantas berdecak tidak habis pikir. "Kau takut, eoh?"tanyanya mengejek.
Sirius mendengus. "Tidak ada kata takut dalam kamusku, sialan!"ujarnya dingin. Setelahnya ia memakai kembali topi hitamnya. Begitu Sirius menggulirkan arah pandangnya hingga ke titik dimana ia bertemu pandang dengan Chanyeol—yang juga tengah menatapnya begitu dalam. Lalu tanpa Sirius duga sama sekali, Chanyeol mengatakan sesuatu yang nyaris membuatnya terkejut. Sebatas nyaris, karena nyatanya Sirius masih mampu mengendalikan dirinya sendiri.
"Matamu mengingatkanku pada rekan cerewetku."Chanyeol bergumam kecil, senyum terbit di bibirnya hingga membuat matanya menyipit dengan binar yang menyiaratkan suka cita.
"Apa perduliku?"gumamnya acuh.
Chanyeol mengedik bahunya dengan santai. "Tidak ada, hanya ingin mengatakannya saja."
Sirius berdecak malas seraya memutar tubuhnya, berniat pergi dari sana, jika saja Chanyeol tidak kembali menghentikannya. "Kemana kau akan pergi, Sirius?"Chanyeol tahu-tahu sudah berada di hadapannya lagi.
Sirius mendelik, namun setelahnya menghela nafas kasar. "Biarkan aku pergi kali ini."ujarnya kemudian.
Chanyeol menggeleng, pemuda itu tersenyum. "Tidak akan!"tegasnya tajam.
Sirius mengulas seringainya di balik masker hitam yang saat ini ia kenakan. "Well, aku dengar bawahan cerewetmu berhenti bekerja."
Chanyeol tergelak, sudut matanya bahkan sampai berair karena merasa terlalu lucu. Buru-buru saja ia menyapukan tangannya di sana, menghilangkan air yang bisa memburamkan pandangannya. "Dari mana kau tahu?"tanyanya kemudian.
Sirius bersedekap dada, menyetel tingkat kearoganannya hingga paling tinggi. "Kau lupa siapa aku?"
"Jangan terlalu banyak menggali informasi tentangku, Sirius. Aku bukan ancaman."Chanyeol tertawa kecil.
Sirius melengos sebal. "Konyol sekali, Tuan Park!"dengusnya.
Chanyeol tidak menjawab, ia memilih merogoh saku jaketnya untuk mengambil sebuah borgol. "Kemarikan tanganmu,"
Sirius menurut, namun belum sempat tangannya di jangkau oleh Chanyeol, ia sudah lebih dulu memutar tubuh menjadi di belakang Chanyeol. Memiting kedua tangan pemuda itu ke belakang tubuh, sebelum memasangkan sebuah borgol.
Sirius tersenyum puas, dengan satu gerakan cepat, ia melumpuhkan kaki Chanyeol dengan sebuah tendangan sehingga sekarang posisi Chanyeol terduduk paksa di lantai. "Aku akan mengatakannya sekali lagi, jadi dengarkan aku baik-baik, oke."tubuhnya merendah, suaranya terengar berbisik. "Biarkan aku pergi kali ini, karena hanya dengan cara itu aku bisa benar-benar melupakan."Suara Sirius melirih di bagian akhir.
Bukannya merasa terancam, Chanyeol malah tersenyum. Aku harus mengulur waktu sedikit lagi, pikirnya. "Apa yang ingin kau lupakan?"
"Sosok orang itu,"Sirius menjawab cepat.
Chanyeol mengernyit heran. "Kau terlihat menyedihkan, kau tahu itu?"
Tiba-tiba tangan Chanyeol yang tadinya terborgol, terlepas dan langsung membungkus tubuh Sirius dalam dekapannya. "Jangan pergi lagi,"pemuda itu bergumam lirih.
Tubuh Sirius menegang, ia bahkan berhenti berontak, seolah kehilangan tenaganya.
"Jangan pergi lagi, kubilang. Tetaplah di sisiku."
Sirius masih bungkam.
"Aku akan melakukan apapun untukmu, apapun. Asalkan kau tidak pergi."Chanyeol berhenti sejenak. "Aku berjanji tidak akan menyuruhmu lembur, atau menghadap atasan untuk memberikan laporan. Aku juga tidak akan membiarkanmu mengurusi lagi semua pria mabuk yang di bawa ke kantor polisi. Semua akan aku lakukan, asalkan kau tetap di sampingku."suara Chanyeol terdengar sangat mengiba. Dekapannya mengerat, nafasnya terdengar begitu lelah bercampur putus asa. Perlahan, meskipun terasa salah, Sirius membawa tangannya untuk memegangi tangan Chanyeol, seakan membalas pelukan pemuda itu.
"Aku tetap akan pergi, Chanyeol."Sirius berujar lirih, serupa bisikan tidak bertenaga.
"Kenapa kau harus pergi?"Chanyeol bertanya lemah.
Sirius perlahan melepas dekapan pemuda itu, sambil berbalik untuk bisa bertatapan langsung dengan Chanyeol. "Karena memang kita tidak pernah ditakdirkan untuk bisa berada di satu garis yang sama. Kita berbeda, Chanyeol. Kau adalah malaikat, sedangkan aku adalah iblis. Kita berlawanan. Tidak seharusnya kita bersama."Sirius melangkah mundur, sementara tangannya terkepal menahan emosinya.
Chanyeol menggeleng dengan wajah sendu. "Persetan dengan omong kosongmu, Sirius!"
Sirius tidak bersuara lagi, ia melangkah maju hingga ujung kakinya bersentuhan dengan ujung sepatu Chanyeol. Ia menarik masker penutup wajahnya untuk kemudian menutupi mata, menyisakan bibir dan hidungnya saja yang mampu di lihat Chanyeol. Lalu menangkup wajah pemuda itu, untuk kemudian mendaratkan bibirnya di atas bibir tebal Chanyeol.
Chanyeol sempat terpana, sebelum hanyut dalam sapuan bibir Sirius. Ia membalas, melakukan lumatan hingga hisapan dengan lembut. Chanyeol menarik Sirius semakin dekat, sebelum membawanya dalam dekapan. Tapi detik berikutnya, Chanyeol mendorong tubuh Sirius menjauh. Memegangi pipinya sendiri, Chanyeol tertegun saat mendapati jejak basah di sana. Ia menggulirkan pandangannya saat mendengar isak rendah tangis Sirius.
"Kau menangis?"Chanyeol bertanya nyaris seperti orang yang kehilangan arah.
Sirius tidak menjawab, ia berbalik dengan perasaan campur aduk dan pergi dari sana. Meninggalkan Chanyeol yang masih termangu menatap kepergiannya.
Selamat tinggal, Chanyeol-ah..
Bisik Sirius dalam benaknya.
—
Ini kenapa prolognya jatuhnya melo, padahal genrenya kan action-crime gitu?
review juseyo~
