My Thoughts, Our Memories
Cast
Cho Kyuhyun
Lee Sungmin
Choi Siwon
Other.
Rate: M
Genre : Hurt/Comfort, Romance
Warning : GS! Kyuhyun Sungmin's fanfiction! If you don't like please out from here.
Disclaimer : The idea of story is mine. Don't plagiarized.
.
.
Di shoot pertama ini semua menceritakan dari pemikiran Sungmin ya.
.
.
Chapter 1
.
.
Belanda, 26 September 2016
Orang mengatakan musim gugur adalah musim yang menyenangkan untuk melalukan segala kesenangan. Ya aku setuju, tetapi tidak semua kesenangan harus dilakukan disaat musim gugur. Oh ayolah, kau bahkan harus memilih kesenangan apa yang harus kau lakukan! Tidak semua kesenangan itu menyenangkan untuk kau lakukan.
Biar kuberitahu, disini orang-orang akan meluangkan waktunya untuk mengunjungi bar-bar yang menampilkan show tarian striptis dan kemudian mereka mengencani salah satu penari itu dan melakukan one night stand. Baik pria atau wanita sama saja, mereka akan mencari kesenangan yang membuatnya puas dan merasa senang hanya dengan melakukan one night stand.
Aku tidak mengerti kenapa mereka sangat senang melakukannya. Melakukan hubungan seks dengan seseorang yang bahkan tidak kau kenal hanya dalam semalam dan tidak ada hubungan jangka panjang atau pendek. Aku tidak menyukainya, itu sangat beresiko menurutku.
Menetap selama empat tahun disini membuatku sedikit demi sedikit memahami bagaimana cara berpikir dan berperilaku disini. Aku cepat menyesuaikan dan beradaptasi, tidak lama hanya membutuhkan sekitar satu tahun untuk beradaptasi—oke lupakan.
Hal-hal yang harus aku lakukan dan aku hindari sudah kupahami sebelum aku menginjakkan kaki disini. Seperti tidak boleh melakukan freesex atau one night stand yang jelas-jelas akan merugikanku. Bagaimanapun ini adalah negara barat, sangat sulit untukku menghindari hal tersebut, banyak godaan yang harus aku hadapi. Aku tidak akan menjelaskan atau menceritakan godaan apa yang pernah aku hadapi, tetapi yang jelas aku berhasil melewati godaan tersebut dan berhasil mempertahankan keperawananku di usia ku yang ke dua puluh empat tahun! Sebuah hal yang menurutku sangat membanggakan untuk dipamerkan apalagi mengingat lingkungan yang ku tinggali penuh dengan kebebasan. Asal tau saja, rata-rata gadis disini kehilangan keperawanan mereka pada usia lima belas tahun—atau bahkan kurang dari lima belas tahun, menurutku— dan setelah itu kemanapun mereka pergi akan selalu membawa kondom didalam tasnya. Aku sudah paham hal seperti itu.
Dan teman-temanku disini sudah paham juga denganku bahwa aku tidak menyukai hal seperti itu. Mereka mengatakan aku kolot, aku tidak modern tapi yasudahlah.
Berbicara tentang musim gugur, aku selalu menghabiskan waktuku di sela-sela freetime untuk menghabiskan secangkir espresso dingin di salah satu Cafe terkenal di Belanda. Sekaligus menyelesaikan pekerjaan kantorku yang belum sempat terselesaikan. Menyelesaikannya diluar jam kantor sedikit membuatku rileks dan merasa tidak tertekan.
Aku menatap jam yang tertera pada layar laptopku di pojok kanan bawah.
Aku menghela nafas dan menyadari sudah dua jam aku berada disini dan orang yang kutunggu-tunggu tidak kunjung datang—sebenarnya disisi lain aku menyelesaikan pekerjaan kantorku, aku juga menunggu seseorang.
Kusimpan data pekerjaanku kemudian menutupnya hingga menampilkan wajahku yang sedang tersenyum disamping seorang pria yang juga tersenyum.
Kalian bertanya itu siapa? Baiklah akan kujawab, dia adalah—
"Aku membuatmu menunggu lama lagi?"
Oh sial. Dia datang, Choi Siwon, pria yang sudah membuatku menunggu selama dua jam dan pria yang barada di layar laptopku. Pria yang sudah menjadi kekasihku selama setahun ini.
"Yang kesebelas kalinya."
Aku sengaja memberitahunya seberapa sering ia membuatku menunggu dengan bermaksud agar dia meminta maaf, tetapi dia hanya tertawa. Sial.
"Aku janji ini yang terakhir kalinya."
Dia duduk di kursi yang berada didepanku kemudian menatapku seolah-olah aku harus mempercayai ucapannya.
"Jangan berjanji jika kau tidak bisa menepati."
"Well, seingatku ini baru pertama kali aku berjanji denganmu sayang."
Aku hanya menatapnya kesal kemudian mematikan laptopku.
"Kau masih saja membawa benda persegi panjangmu itu saat melakukan kencan denganku."
"Ini namanya laptop, dan asal kau tau saja ya benda yang kau sebut persegi panjang inilah yang menemaniku selama dua jam." Jawabku sinis, tetapi lagi-lagi dia hanya tertawa dan itu membuatku benar-benar ingin memukul wajahnya!
"Oh ayolah sayang aku benar-benar minta maaf. Aku mendadak ada rapat tadi, ini menentukan pelebaran bisnis perusahaanku."
"Pelebaran bisnis?"
"Ya. Anak buahku baru saja memberitahuku bahwa salah satu perusahaan terbesar di Korea menerima tawaran kerjasama kami."
"Jadi?"
"Itu artinya dalam beberapa hari kedepan bahkan beberapa minggu kedepan pimpinan perusahaan tersebut akan kemari untuk membahas ini secara lebih detail."
Aku menatap wajahnya yang terlihat jelas lelah— namun masih terlihat tampan.
"Jadi kau akan sibuk akhir-akhir ini?" tanyaku.
Dia menatapku dengan menyesal kemudian meraih tanganku dan menggenggamnya.
"Aku sangat menyesal harus mengatakan iya. Tapi saat ia datang kemari aku akan mengajakmu untuk bertemu dengannya."
"Benarkah?"
"Ya. Tapi bagaimana setelah kau menerima ajakan kencanku pada akhir pekan?"
Aku berpikir sebentar. Kemudian menarik tanganku dari genggamannya.
"Baiklah, aku ingin di Haarlem."
Aku mengatakannya dengan antusias. Aku sangat ingin mengunjungi Haarlem walaupun letaknya berada di utara dan lumayan jauh dari sini dan memakan waktu berjam-jam.
"Bagaimana dengan Kinderdijk?"
"Tidak mau."
Tolakku cepat. Oh ayolah, aku bahkan sudah bosan mengunjungi desa yang terkenal dengan seribu kincir itu.
"Bagaimana dengan—
"Haarlem atau tidak sama sekali?"
Aku memotong ucapannya dan mengancamnya dengan cepat hingga ia hanya menghela nafas pasrah. Aku sangat senang bagian ini, dimana kemauan dan keinginanku terpenuhi tanpa mempedulikan ia yang saat ini sedang kesal. Oh dear, kau belum pernah mendengar istilah the power of women ya?
.
.
Aku meletakkan tas di sofa apartemenku kemudian melangkahkan kakiku ke dapur. Kuambil sebotol air dari dalam kulkas dan meminumnya dengan cepat. Ingatanku melayang pada pertemuanku dengan Siwon tadi. Jadi dia akan bekerja sama dengan orang Korea ya?
Aku tidak tau siapa, pengusaha kaya mana yang akan bekerja sama dengannya, tapi mengetahui bahwa akan ada orang Korea yang akan kutemui entah kenapa membuatku merasa aneh.
Well, asal kalian tau saja, hanya Siwon orang Korea yang aku kenal disini. Aku mengenalnya saat menghadiri workshop yang diadakan oleh perusahaan milik bosku, saat dua bulan aku disini. Siwon merupakan bos dari perusahaan yang lumayan besar di Belanda. Ia berasal dari Korea, namun saat usia enam belas tahun ia dan keluarganya memutuskan untuk menetap di Belanda dan mendirikan bisnis baru.
Aku tidak tau apa yang membuatnya tertarik padaku. Apa yang membuatnya sampai mengejarku dan menungguku selama tiga tahun.
Ya, dia memang lelaki yang pantang menyerah.
Hingga akhirnya aku memutuskan menerimanya dan kembali membuka hatiku. Mencoba kembali menata hatiku yang berantakan karena seseorang.
Aku memejamkan mataku saat kurasakan sakit itu menyerangku lagi.
Bukan, aku tidak memiliki riwayat penyakit. Rasa sakit yang kumaksud adalah rasa sakit yang menyerang hatiku.
Apa kalian berpikir aku menderita penyakit hati atau liver?
Sudah kukatakan aku tidak memiliki riwayat penyakit.
Sakit hati yang kualami saat ini adalah sakit hati karena patah hati. Patah hati yang merupakan suatu metafora umum yang digunakan untuk menjelaskan sakit emosional atau penderitaan mendalam yang dirasakan seseorang setelah kehilangan orang yang dicintai, itulah yang disebut patah hati—aku menemukan definisi ini di Wikipedia—yang saat ini aku alami.
Rasa sakit ini muncul saat aku kembali mengingat seseorang yang empat tahun lalu sangat berharga untukku, bahkan hingga saat ini. Kenangan akan dirinya dan wajahnya begitu membekas dipikiranku seolah-olah sudah ditakdirkan terpahat secara permanen diotakku.
Dia cinta pertamaku sekaligus pematah hatiku yang pertama.
Kebanyakan dari orang adalah sangat sulit untuk melupakan cinta pertama. Walaupun beberapa orang ada yang mengatakan bisa melupakannya, tapi sesungguhnya itu hanyalah omong kosong belaka untuk menghindari topik 'kembali ke masa lalu' atau 'mari mengenang mantan pacar'. Tidak apa-apa, aku paham, tidak masalah karena aku mengerti bagaimana sakitnya sekaligus bahagianya saat harus mengenang cinta pertamamu.
Cinta pertamaku sangat luar biasa. Aku merasakan jatuh cinta saat usiaku menginjak lima belas tahun. Orang mengatakan itu cinta monyet atau semacamnya, tapi tidak denganku. Itu adalah cinta pertamaku yang menggebu-gebu dengan seorang pria yang saat itu berusia sembilan belas tahun dan duduk dibangku kuliah! Hebat bukan? Aku yang masih junior high school saat itu bisa menaklukkan hati seorang pria yang berstatus mahasiswa.
Kami bertemu saat kedua orang tua kami menghadiri pesta relasi bisnis dan kami jatuh cinta pada pandangan pertama. Terdengar konyol, namun itulah faktanya.
Kami menjalin hubungan setelah satu bulan bertemu dan menjalin hubungan sampai lima tahun sebelum kami berpisah.
Hal yang tidak kusangka adalah, aku adalah cinta pertamanya.
Kami melakukan hal-hal serba pertama seperti ciuman pertama, kencan pertama, bahkan membeli barang couple untuk yang pertama kalinya. Terdengar konyol memang, tapi itu membuatku senang.
Jika aku cinta pertamanya maka dia akan sulit melupakanku bukan, seperti aku yang selama ini sulit melupakannya.
Tapi aku tidak yakin ia akan sulit melupakanku karena ia yang melepasku.
Aku pernah membaca buku, rasa sakit yang dialami seseorang saat putus hubungan adalah rasa sakit yang dialami oleh pihak yang ditinggalkan.
Dan aku sudah membuktikannya dengan keadaanku yang sampai saat ini masih sering memikirkannya, terlalu sering merindukannya, bahkan selalu membayangkan ia memelukku.
Dia meninggalkanku, aku ditinggalkannya. Jadi menurut kalian apakah mungkin dia akan mengalami hal yang aku alami seperti diatas? Kurasa tidak. Karena sejauh dan selama ini aku berada di sini ia sama sekali tidak mencariku atau bahkan menghubungiku.
'Sungmin sayang jangan terlalu sering merindukanku, kau bisa gila nanti.'
Ya Kyuhyun aku sudah gila karena teramat sangat merindukanmu!
Aku menghapus air mataku kasar saat suara bassnya kembali terdengar di indra pendengaranku. Astaga, aku bisa benar-benar gila—tidak aku memang sudah gila karenanya!
Kyuhyun. Kyuhyun. Kyuhyun. Kyuhyun
Aku mengucapkan nama itu lirih disertai tangisku yang sudah menggema diruangan ini sejak tadi.
Aku begitu merindukan pria bermarga Cho itu..
Merindukan saat ia memanggil namaku, merindukan saat ia memelukku, merindukan saat ia menggesekan hidung mancungnya dengan hidungku, merindukan saat mata tajamnya menatapku lembut, aku begitu merindukannya hingga dadaku sesak menanggung segala kerinduan ini.
Aku tidak peduli ia sudah melepaskanku, meninggalkanku, aku tidak peduli. Yang aku tau, aku masih mencintainya sampai sekarang. Aku bahkan tidak bisa melupakannya walau aku sudah mencobanya berkali-kali. Aku merasa sakit saat harus melupakannya.
Saat aku berusaha membencinya, keinginanku untuk memeluk dan melihatnya semakin besar hingga aku merasa frustasi.
Saat ia memutuskan meninggalkanku aku merasa frustasi dan membutuhkan waktu dua bulan untukku menata hati. Namun sia-sia, hatiku belum tertata rapi dan masih terbagi menjadi beberapa bagian karena telah dipatahkan oleh pria berwajah dingin tersebut. Hingga aku memutuskan untuk menerima tawaran pekerjaan dari Belanda yang kuimpikan selama ini untuk bekerja diluar negri, sekaligus melupakan cinta pertamaku.
Empat tahun yang kulalui ini begitu kosong dan hampa tanpanya. Tidak pernah sedetik pun aku tidak merindukannya. Walau aku sudah memiliki Siwon, aku masih merasa hatiku hanya untuk Kyuhyun.
Kalian menganggapku jahat? Ya anggaplah jika itu membuat kalian bahagia.
Tapi ketahuilah, aku menerima Siwon menjadi kekasihku karena aku menghargai kebaikan dan usahanya dalam meraih hatiku. Disisi lain aku ingin melupakan Kyuhyun yang dengan teganya meninggalkanku. Aku ingin melupakan pria jahat itu, aku berharap Siwon bisa mengisi kekosongan dihatiku dan aku bisa membuka lembaran baru.
Namun semua itu sia-sia. Aku masih tidak bisa melupakan Kyuhyun walau aku dan Siwon sudah menjalin hubungan selama setahun. Semua itu sia-sia kulakukan. Aku bahkan memasang fotoku dan Siwon di layar laptopku. Hal itu kulakukan agar saat aku mengingat Kyuhyun, aku juga mengingat Siwon agar aku bisa kembali sadar bahwa ada Siwon yang mencintaiku dengan tulus.
Aku merasa bersalah karena merasa menjadikan Siwon sebagai pelarianku, tetapi aku tidak bermaksud melakukan itu. Aku menyayangi Siwon, oke? Dia orang yang sangat baik, sangat perhatian padaku. Aku hanya bisa menganggapnya sebagai kakak ku yang melindungi dan menjagaku selama ini.
Siwon-a maafkan aku, kau pasti sangat membenciku jika tahu hal ini.
.
.
To be continued
.
.
Baru prolog aja mau liat reaksinya gimana hehe.
Masih adakah kyumin shipper disini? Ayo angkat tangan \(^^)/
