Math Class
PrussiaxAustria, GilbertxRoderich
Rated T for LIME
Hetalia Axis Powers © Hidekaz Himaruya
/
Gakuen Hetalia
07.05 am
/
Bel masuk telah berbunyi, tetapi beberapa siswa Gakuen Hetalia belum duduk rapi di kelasnya, mereka masih sibuk mengobrol dengan sesama temannya.
"Hei, Roderich, Jam pertama ini pelajaran apa sih?" Tanya Gilbert.
"Matematika" Jawab Roderich singkat sambil tidak lepas dari menekuni buku yang sedang dibacanya.
"Hei-Hei! Mengapa kau tidak melihat padaku yang awesome ini? Aku yang awesome ini kan sedang bertanya pada dirimu! Kau harusnya tidak melepaskan pandangan pada diriku yang awesome ini!" Gilbert menanggapi jawaban Roderich dengan narsisnya.
"Hmm..?" Tanggap Roderich cuek, Ia sudah bosan mendengarkan Gilbert yang narsisnya sering kumat itu.
Merasa tidak mendapat jawaban yang memuaskan dari Roderich, Gilbert pun memutuskan untuk mengerjai Roderich.
"Hei! Kau memang sedang baca apa sih?" Kata Gilbert sambil merebut buku yang dipegang Roderich.
"Hei, Gilbert! Kembalikan bukuku!" Teriak Roderich. Ia kesal, lalu Ia berdiri dan berusaha merebut bukunya dari tangan Gilbert.
"Hoo.. Buku Sejarah rupanya.." Kata Gilbert cuek sambil menghalau Roderich agar tidak dapat merebut buku yang sedang dipegangnya.
"Hentikan Gilbert! Nanti kan ada ulangan Sejarah! Aku harus belajar!" Teriak Roderich lagi sambil mencoba merebut bukunya lagi.
"Hm..." Gilbert seperti biasa, cuek. Ia sibuk membalik-balikan buku milik Roderich yang berada di tangannya.
"Hei!" Tanpa pikir panjang Roderich menonjok perut Gilbert.
BUAGH!
"Hah- Uhuk! Uhuk!" Gilbert langsung batuk-batuk sambil memegangi perutnya yang terasa sakit.
Tanpa menyia-nyiakan kesempatan, Roderich langsung merebut buku di tangan Gilbert. Ia lalu kembali duduk di tempatnya dan kembali belajar dengan senyum penuh kemenangan.
.
.
.
Gilbert yang tidak berdaya hanya bisa berkata "Kesesese.. Lihat kau nanti Roderich! Beraninya kau menonjok diriku yang sangat awesome ini!"
Sayang, Gilbert belom sempat berbuat apa-apa karena, Guru mereka, Mr. Ludwig, guru Matematika mereka keburu masuk ke kelas mereka. Semua anak pun langsung kocar-kacir kembali ke tempat duduk nya masing-masing dan duduk manis disana. Karena mereka masih waras dan tidak mau mendapat omelan dari Mr. Ludwig yang super sangat killer itu.
.
.
.
"Pagi, anak-anak" Sapa Mr. Ludwig.
"Pagi, Mister!" Teriak seluruh kelas menjawab sapaan gurunya tersebut.
"Baik, anak-anak, Hari ini kita akan memeriksa hasil Ujian kalian yang kemarin" Kata Mr. Ludwig sambil menyiapkan laptop dan proyektor. Ia juga menyuruh beberapa anak untuk membagikan lembar jawaban yang akan diperiksa tersebut.
Tak lama kemudian Mr. Ludwig pun sudah selesai menyiapkan semuanya. Ia pun mulai membuka program Microsoft Excel untuk memperlihatkan kunci jawaban dari lembar jawaban tadi.
"Baik, anak-anak, silakan diperiksa, Hati-hati ya memeriksanya!" Kata Mr. Ludwig.
"Iya pak!" Jawab anak-anak sambil menekuni lembar jawaban yang ada di hadapan mereka. Roderich ternyata mendapatkan punya Alfred dan Gilbert memeriksa punya Kiku.
"Huh! Dasar lembar jawaban ngga awesome! Malas ah! Hei, Arthur! Diriku yang awesome ini tidak pantas memeriksa lembar jawaban ini! Kau yang tidak awesome itulah yang pantes mengerjakan lembar jawaban yang tidak awesome ini juga!" Kata Roderich kepada Arthur.
Arthur nurut-nurut aja, Ia tidak keberatan memeriksa dua lembar jawaban. Ia juga tidak ingin mencari masalah sama Gilbert yang "awesome" itu.
"Hahh.. Dasar kau ini Gilbert! Sini!" Kata Arthur sambil menarik lembar jawaban Kiku dari tangan Gilbert.
"Kesesesese... Ternyata kau itu awesome juga ya!" Kata Gilbert sambil sibuk mencoret-coret sesuatu di buku pribadinya. Tampaknya Gilbert sedang membuat "1001 macam strategi menjahili Roderich".
.
.
.
Tak lama kemudian, tampaknya anak-anak kelas 12-2 sudah selesai memeriksa pekerjaan teman mereka masing-masing. Lalu, Mr. Ludwig berkata "Anak-anak, Silahkan kalian tulis jumlah betul dari pekerjaan teman kalian di pojok kanan atas. Lalu kembalikan kepada pemiliknya masing-masing"
Anak-anak kelas 12-2 pun langsung ribut sambil berjalan mengitari kelas bermaksud menghampiri teman yang pekerjaannya mereka periksa.
"Ve~ Alfred-san! Ini pekerjaanmu!" Kata Italy sambil menghampiri Alfred.
"Kiku-san, Ini pekerjaanmu" Kata Arthur lalu menyerahkan lembar jawaban Kiku pada pemiliknya itu.
"Yao-san.. Ini pekerjaanmu" Kata Ivan kepada Yao dengan senyum malaikatnya yang "cling-cling" itu~
"Iggy! Ini pekerjaanmu!" Teriak Francis sambil berlari-lari mendekat ke arah Arthur sementara Arthur sudah bersiap-siap kabur dari Francis. (Sabar ya, Arthur-san~!)
"Yo! Roderich! Ini pekerjaanmu! Kau betul semua! Selamat ya!" Kata Alfred.
"Ya, Makasih" Kata Roderich sambil menerima lembar jawaban yang diberikan Alfred itu dengan tersenyum kecil.
PLOK PLOK
"Nah, anak-anak! Sekarang Mister akan bagikan soal nya, kalian silakan periksa dan cocokkan jawaban kalian denga soalnya. Kalau tidak bisa tanya teman kalian ya! Mister ada urusan sebentar" Kata Mr. Ludwig sambil menyerahkan setumpuk soal kepada ketua kelas untuk dibagikan sementara Ia keluar dari kelas dengan terburu-buru.
Selesai soal dibagikan, Anak-anak pun langsung sibuk mencocokkan jawaban mereka dengan soalnya. Mereka pun mencoba menjawab kembali jawaban yang salah. Banyak dari mereka yang tidak mengerti. Mereka yang tidak mengerti itu mencoba mencari bantuan kepada teman-temannya yang berbaik hati mau mengajarkan.
Salah satunya adalah Roderich, Ia memang pintar dan baik hati. Tak heran banyak sekali yang bertanya padanya.
"Ve~ Roderich-san! Soal nomor 32 bagaimana?"
"Roderich-san! Ajarkanlah Abang Francis ini soal nomor 21!"
"Roderich! Ajarkan aku soal nomor 2! Kalau tidak... Koru koru koru koru koru koru..."
"Roderich! Aku tidak mengerti soal nomor 25, Aru!"
"Hei-Hei! Tunggu sebentar dong! Aku jadi pusing nih.. Tenang saja.. Semua akan kuajarkan~" Kata Roderich menenangkan teman-temannya itu. Ia pun mulai mengajarkan satu persatu daari soal yang mereka tanyakan.
Tapi... Dari sudut kelas tampak sewujud manusia yang tampaknya sibuk mengamati Roderich dari tadi yang tak lain tak bukan adalah Gilbert Beilschmidt. Ia nampak menikmati sekali sosok Roderich yang sedang mengajarkan teman-temannya dengan sabar~ Ia menunggu cukup lama sampai kira-kira sudah Roderich sudah hampir selesai mengajarkan teman-temannya.
"Jadi, Bela, Nomor 25 itu pakai persamaan kuadrat, x+2y=..." (Hih. Matematika. *author sebel sendiri*)
"Dan, Italy, Soal nomor 32 itu tinggal kau cari Volume Tabung nya lalu dikurangi dengan..."
"Lalu, kau, Francis, nomor 21 itu tinggal kau tambahkan yang ini, lalu dibagi dengan..."
Begitulah, Roderich sangat sabar mengajari teman-temannya. Ia mengajarkan teman-temannya dengan sabar. Roderich, segeralah melamar menjadi guru! Roderich memang sangat pantas menjadi guru, cara mengajarnya sangat enak dan mudah dimengerti.
Lalu saat Roderich sedang mengajari Yao, tiba-tiba Gilbert datang menghampiri Roderich. Ia duduk di bangku yang ditempati Roderich saat ini. Jadi satu bangku berdua. Gilbert ada di belakang Roderich.
Awalnya Roderich maklum saja, Tapi Ia terkejut saat Gilbert memegang pinggangnya.
"Gi-Gilbert, Mau apa kau?" Tanya Roderich merinding. Tapi Ia menghiraukan Gilbert lalu langsung melanjutkan pekerjaannya mengajari Yao.
Ngomong-ngomong, Kenapa Yao tidak kaget dengan perlakuan Gilbert terhadap Roderich? Yah, tentu saja karena tidak ada yang tidak tahu bahwa Gilbert yang "awesome" itu suka sekali "mengerjai" Roderich. Jadi, Yao maklum aja~
"Jadi, Yao, nomor 33 ini caranya begini.." Kata Roderich menjelaskan penyelesaian dari soal matematika itu kepada Yao. Sedangkan yang dijelaskan ngangguk-ngangguk sambil memperhatikan penjelasan Roderich.
Karena merasa tidak diperhatikan, akhirnya Gilbert kembali melancarkan aksinya~
"Fuuhhh..." Gilbert meniup telinga kanan Roderich.
Kontan saja, Roderich kaget, Ia langsung menutupi telinganya sambil merinding.
"Hei, Gil! Apa-apaan sih kau?" Teriak Roderich kesal.
"Kesesesese... Tidak.. Tidak apa-apa..." Kata Gilbert santai sambil kembali memegang kedua pinggang Roderich. Yah atau lebih tepatnya menggrepe-grepe.
"He-Hei! Gil! Aku masih normal!" Teriak Roderich sambil menepis kedua tangan Gilbert yang berada di pinggangnya.
"Kesesese..." Gilbert tidak mempedulikan perkataan Roderich Ia tetap meletakkan tangannya di pinggang Roderich.
"Akh! Lihat kau Gil! Kasian Yao! Aku mau mengajari dia!" Teriak Roderich.
"Kesesese.. Tidak apa-apa, Yao bisa menerimanya kok~ Iya kan Yao?" Balas Gilbert sambil melirik ke arah Yao.
"Oh, tentu saja~ Aru!" Kata Yao sambil menyeringai.
"Ya- Yao?" Roderich kaget melihat seringaian Yao.
"Kesesesese..." Gilbert juga ikut menyeringai.
Yao mulai mendekati Roderich lengkap dengan seringaian nya.
"Kesesesese... Okeh, Ayo Yao! Pegangi tangannya!" Kata Gilbert cepat
Yao pun langsung bereaksi cepat atas ucapan Gilbert. Ia memegangi kedua tangan Gilbert ke belakang.
"Ya-Yao? Gil? Kau mau apa?" Kata Roderich panik sambil meronta-ronta.
Untung saja saat itu suasana kelas sedang ramai, jadi tidak ada yang memperhatikan mereka bertiga.
"Kesesesese... Tenang saja Roderich~ Kesesesese.." Kata Gilbert meyeringai senang.
.
.
.
TBC
Kesesesese... *ngikut2 Prussia*
Gimana Minna-san? Kurang HOT ya? #plak
Maap kalo aneh~ Tapi saya udah belajar banyak dari fic-fic saya yang sebelumnya~
Oh iya, ngomong2 pen name saya ganti lagi lho! Jadi elinmeong~ XD
Terus.. Visit blog saya dong Minna! Di .! *promosi*
Akhir kata, Review ya!
Jaa! Sampai bertemu di fic selanjutnya!
