Disclaimer : Masashi Kishimoto

Warning : Typo, OOC, Gaje dan kesalahan di sana-sini, crack pair

ide pasaran

.

.

.

Happy reading..

.

.

Malam sudah menampakan kesunyiannya, udara yang begitu dingin telah berselimut menjadi satu dengan keheningan, sebuah mobil sedan hitam tengah melaju dengan kecepatan standar, tidak terlalu banyak mobil yang berlalu-lalang, karna ini sudah meenunjukkan tengah malam.

"Kau menikmati pestanya Ino-chan?" Tanya gadis bercepol dua yang tengah mengemudikan mobil, sedangkan yang di tanya tak merespon apapun pandangannya tertuju diluar jendela menikmati setiap keindahan yang di suguhkan kota London. Atau mungkin pikirannya sedang tidak disana melalang buana entah kemana.

"Ino-chan kau baik-baik saja?" Tenten gadis itu memegang bahu Ino.

"Ya, kau bertanya apa Tenten?"

Tenten mengeram kesal bahkan sejak tadi ia mengoceh Ino tidak mendengar apapun.

"Apa yang kau pikirkan? aku tau kau sedang ada masalah? terlihat sejak di pesta tadi, cerita lah"Ucap tenten mata nya masih fokus kedepan.

"Aku akan kembali ke jepang" Ucap Ino, di pejamkannnya kedua matanya mencoba mengingat masalah yang tengah dihadapi nya semuanya begitu membuat kepalanya migrant menghela nafas. Ia merasa bosan dengan keadaan seperti ini, perlahan ia menyandarkan kepalanya ke kaca mobil di bukanya kaca mobil ia keluarkan tangan kirinya mencoba merasakan dinginnya udara malam, udaranya begitu menusuk pikirnya

Tenten tidak merasa terkejut dengan ucapan Ino, cepat atau lambat ini pasti terjadi.

"Lalu apa masalahnya? Kau masih bisa berkarir di jepang Ino, banyak pula sutradara yang menghubungi ku untuk mengajak mu bermain film disana" Tenten melirik Ino sekilas untuk melihat respon gadis blonde di sampingnya.

Ino menghela nafas, akhir-akhir ini menjadi hobby terbarunya.

"Obaa-sama menjodohkan ku, ini terlalu tiba-tiba bahkan ia sendiri yang menghampiri ku ke sini. Jauh-jauh dari Jepang ke London ini membuat ku bertanya-tanya ada apa di balik perjodohan ini" Jelas Ino, matanya sudah memerah mengingat minggu yang lalu neneknya datang berkunjung tanpa basa-basi neneknya menyuruhnya untuk pulang karena dia sudah dijodohkan. Bahkan perlengkapan acaranya sudah 90% berjalan tinggal menungu calon pengantin, Ino hanya tertawa miris mendengar kata demi kata yang keluar dari mulut neneknya.

Dia tidak habis pikir dengan neneknya bahkan tanggal pernikahan sudah di tetapkan tanpa bertanya terlebih dahulu. Kenapa, kenapa, dan kenapa? Ino ingin sekali bertanya tapi ia urungkan percuma jika menentang perintah neneknya itu sama saja mengibarkan bendera perang pada wanita tua itu.

Hal paling menyakitkan kan adalah ketika neneknya berkata 'ini yang terbaik untuk mu'

Memangnya siapa dirinya hingga tau apa yang terbaik untuk Ino, jika mengingat neneknya Ino pasti mengingat kedua orang tuanya yang meninggal Karena kecelakaan mobil, nenek nya tak datang, mengirim pesan pun tidak.

Tetapi demi perjodohan konyol ini wanita tua itu rela menghampirinya terlebih dahulu, sungguh ironis megingat perjodohan ini lebih penting dari kematian kedua orang tuanya.

"Kau akan menerima perjodohan itu Ino-chan" Tanya Tenten, membuat lamunannya buyar seketika di tatapnya Tenten dengan serius.

"Aku sudah memutuskan untuk menerima perjodohan itu" Ucap Ino mantap, matanya berkilat ia tersenyum penuh arti. Tenten yang sudah mengerti arti tatapan seperti itu pasti ada rencana yang Ino akan lakukan.

"Aku akan mencari tau tentang rahasia 21 tahun yang lalu, yang terjadi di kediaman Namikaze" Ucap Ino, ternyata pikiran Tenten benar Ino pasti memiliki rencana yang tak terduga.

"Apa maksud mu dengan rahasia?" Tanya Tenten wajahnya mengerut bingung dengan yang di ucapkan Ino.

"Aku tidak tau, karena itu masih rahasia, aku hanya mengetahuinya sedikit dari rahasia itu

Mungkin jika ingatan masa kecil ku kembali aku akan tau tentang rahasia itu"

Tenten menghela nafas, ia sudah tahu jika Ino kehilangan ingatan masa kecilnya bahkan ia juga tahu tentang Ino yang bukan anak dari Yamanaka Inoichi.

Gadis bercepol dua itu sungguh tidak mengerti tentang Ino yang memiliki sejuta rahasia yang bisa menghancurkan karirnya di dunia entertain dalam satu detik. Tenten tidak bisa membayangkan jika publik mengtahui berita ini, tamat lah riwayat kami, batin Tenten

"Jangan terlalu gegabah, kau harus ingat jika diri mu adalah seorang public figure" Ucap Tenten mengingatkan. Ino hanya mengangguk paham ia sudah tau risiko yang di hadapinya kelak, tetapi apa pun yang terjadi sebisa mungkin Tenten pasti akan melindungi nya.

….

Ino dan Tenten melangkah keluar dari bandara Tokyo, di pintu keluar bandara terlihat banyak wartawan yang berkumpul.

"Apa kedatangan ku sudah terendus oleh mereka Tenten" Tanya Ino heran ketika dilihatnya begitu banyak wartawan

"Aku yakin Tidak ku pikir mereka sedang mengejar berita lain" Jawab Tenten, karena ia yakin berita kepulangan Ino masih di rahsiakan. Di ambilnya handphone dalam saku.

"duduklah sebentar disini, aku akan menelepon seseorang yang menjemput kita" Tenten berjalan menjauhi Ino.

Ino duduk di samping kedua pria yang sepertinya seorang wartawan tengah memegang kamera.

Penampilan Ino cukup tersamarkan kali ini jadi ia tidak usah khawatir jika kedua wartawan itu mengenalinya. Ino memakai kaca mata hitam untuk menutupi aquamarine-nya tak lupa syal berwarna coklat melilit lehernya hingga menutupi hidungnya, rambutnya pun digerai dan bergelombang diujung.

Dress berlengan pendek yang senada dengan warna syalnya melengkapi penyamarannya

Samar-samar ia mendengar obrolan kedua wartawan itu

"Kau yakin Sabaku Gaara dan kekasihnya akan melalui koridor ini" Tanya pria yang tengah memegang kamera.

"Aku yakin, kita harus menyorot calon istrinya, menurut kabar yang beredar mereka baru saja belibur berdua dari korea selatan dengan alibi perkerjaan" Jawab pria yang memakai topi tubuhnya sedikit kurus dari pria yang di sampingnya

"Keluarga Sabaku telah mengumumkan tanggal pernikahan Gaara tetapi mereka tidak mengumumkan siapa calon mempelai wanitanya"

"Katanya mereka sudah berpacaran selama 2 tahun, kita harus menjadikan ini headline utama" pria yang memegang kamera menimpali

"Aku mendengar kabar jika Yamanaka Ino akan pulang ke jepang, tetapi berita itu masih simpang siur"

Ino yang sejak tadi mendengar ucapan kedua wartawan itu hanya tersenyum, entah sejak kapan ia menjadi seorang penguping omongan orang. Tenten datang menghampiri

"Ayo cepat, dia sudah menunggu" Ino mengangguk paham di tariknya koper kecil di sampingnya dan berjalan mengikuti Tenten.

Ino mengekori Tenten dari belakang hingga terlihat pria berambut pirang jabrik tersenyum ceria kearah mereka tangannya terus melambai.
"Memalukan" Cibir Ino, Tenten yang mendengarnya hanya tersenyum.

"Ino-channn" Teriak pria itu, di tubruknya tubuh Ino dengan erat
"Bagaimana kabar mu? bagaimana London? pasti menyenangkan disana, makanya kau jarang berkunjung. Kau kurusan sekali apa Tenten jarang memberi mu makan?" Naruto memutar tubuh Ino melihat keadaan sepupunya dari ujung kaki sampai kepala, direngkuhnya kembali tubuh mungil Ino.

"Lepaskan aku baka, aku tidak bisa bernafas" Perkataan Ino tak di gubris sama sekali oleh Naruto, tak hilang akal Ino melirik ke arah Tenten meminta pertolongan.
Tenten membuang muka pura-pura tidak lihat ia lebih memilih fokus pada layar ponsel yang digenggamnya membuat Ino mendengus sebal.

"arghhhh sakit sekali" Teriak Naruto, Ia terus memegang kaki kanannya hingga terjingkat-jingkat kebelakang. Kakinya baru saja di injak oleh Ino, dan teriakan Naruto sukses membuat mereka dilihat banyak orang.
"Ino kau sama sekali tidak berubahhh"

...

"Kenapa tinggal di hotel? kenapa tidak pulang saja? ayah dan ibu pasti senang bertemu dengan mu" Naruto terus mengoceh di balik kemudinya, diliriknya Ino melalui kaca mobil yang tak merespon apa pun.

"Aku malas bertemu wanita tua itu" Ino sedang tidak ingin membahas apa pun untuk saat ini. Hening tak ada lagi percakapan, Naruto tak ingin membuat Ino marah ia lebih memilih fokus menyetir menuju hotel. Karena Naruto tahu jika Ino marah ia tidak yakin akan menghirup udara segar lagi.

Naruto hanya mengantar mereka sampai depan hotel, karena ia harus kembali lagi ke kantor untuk menyelesaikan pekerjaannya yang tertunda.

"Istirahat lah yang cukup, nanti aku mengunjungimu lagi" Naruto beserta mobilnya menghilang dari pandangan Ino.

Ino masih diam mematung melihat jejak yang di tinggalkan mobil Naruto, tak ada apa pun.
Hati kecilnya mengatakan jika ia ingin pulang bertemu bibi dan pamannya menceritakan keluh kesahnya tentang neneknya yang menjodohkan dirinya tetapi lagi-lagi otaknya tak bisa berkompromi.

"Tunggulah! aku check-in sebentar "
lag-lagi ia harus menunggu, pada hal tubuhnya sudah lelah. Tak sengaja aquamarinenya menatap layar televisi sang pembawa acara terus mengucapkan nama Sabaku Gaara, Ino terdiam sejenak mengingat-ingat nama yang tak asing itu.
"Dua wartawan tadi membahasnya" Ucap Ino setelah mengingat nama itu.

Gambar di layar kembali menunjukan seorang pria berambut merah maroon memakai kaca mata hitam baru saja keluar dari bandara, serta di sampingnya seorang gadis wajahnya tidak terlalu jelas karena di tutupi jaket oleh Gaara.

Wartawan terus saja mengabadikan moment itu, tak peduli Gaara mengeluarkan aura membunuh sekali pun tetap saja mereka terus mengikuti Gaara hingga pria itu masuk kedalam mobil.

"Sungguh beruntung wanita yang akan bersanding dengannya" Ucap wanita paruh baya yang duduk di samping Ino.
"Andai saja aku masih muda aku akan menjadikan Sabaku itu menjadi suami ku" Sambungnya, kedua bola matanya terus menatap layar seolah-olah tidak ingin tertinggal beritanya.
Ino terkekeh mendengar ucapan wanita paruh baya di sampingnya, Ia jadi teringat neneknya.
"Sepertinya kau baru sampai di jepang?" Tanyanya, ia menatap Ino penuh selidik. Ino hanya mengangguk, Pembicaraan yang cukup panjang pun terjadi antara mereka bahkan wanita itu begitu antusias ketika mengetahui jika Ino seorang fashionista, dengan semangatnya wanita itu menceritakan baju-baju yang sedang trend di Tokyo tak lupa memberikan saran tentang tempat yang harus di kunjungi Ino. Tak lama perbincangan mereka terhenti karena Tenten memanggilnya, Ino pamit pada wanita di sampingnya.

...

Gadis bersurai blonde itu menenggelamkan tubuhnya dalam bath tup, Tenten sudah meninggalkannya beberapa menit setelah mengantar dirinya ke kamar hotel. Tenten akan menginap di rumah orang tuanya.

Setelah ini mungkin ia akan berjalan-jalan keluar terlebih dahulu sebelum tidur.

Ino lebih memilih memakai jeans diatas lutut serta T-shirt bertuliskan I'am Single, ia terus menatap penampilannya di cermin lebih tepatnya tulisan yang tertera di T-shirt. Beberapa hari lagi ia tidak akan menyandang status ini,
Ino menghembuskan nafas perlahan-lahan kepalanya terasa mau pecah.
"Aku benar-benar butuh udara segar" Ino menyambar kaca mata baca yang terletak di atas meja rias tak lupa ia menggerai rambut panjangnya tanpa membuat bergelombang.

Ia berjalan tak tentu arah Ino tak tau harus kemana, jadi disini lah dia sekarang terdampar di caffe hotel. Menikmati coklat hangat, serta kue red velvet sebagai pendampingnya.

Jenuh, bosan, kesepian, dan mengantuk itu lah yang ia rasakan sekarang.
Andai saja kedua orang tuanya masih hidup mungkin ia tidak ada disini sekarang, masih tetap menikmati kota London.
Ino mengetuk-ngetuk meja matanya menulusuri pemandangan caffe
Tidak ada yang aneh, kebanyakan sepasang muda-mudi yang sedang dilanda asmara.
Ino jadi teringat perjodohannya,
Sampai sekarang Ino tak tau calon suaminya seperti apa
apa kah berperut buncit dengan lipatan lemak dimana-mana?
atau kumis tebal yang bertengger di wajahnya?
atau pria itu pendek dengan panu di sekujur tubuhnya? hingga ia mau dijodohkan karena tak laku.
Ino ngeri sendiri dengan pikirannya, ia menggelengkan kepalanya.
"Tidak mungkin" Gumamnya.

Ino memutuskan untuk kembali ke kamar, sepertinya orang-orang mulai mengenali dirinya, terlihat beberapa orang berbisik-bisik dan terus menatap ke arahnya.

...

Ino menunggu lift untuk mengantarnya menuju lantai 24,
sesekali palayan hotel yang melewatinya tersenyum memberi hormat, ia sendiri hanya mengangguk tersenyum.

Teng

Pintu lift terbuka dan menyajikan pemandangan yang membuat kedua aquamarinenya membulat seorang laki-laki dan perempuan tengah berpelukan.
Ino diam mematung terpaku berusaha mencerna pemandangan di depannya, Ino masih tidak bergerak seinchi pun dari tempatnya.

"Tidak masuk nona?" Ucap pria itu dengan nada yang sangat dingin.

Deg

Ino Seperti pernah meliha pria itu,
tetapi dimana? Ia tidak ingat.
"hum, yah" Ino akhirnya memutuskan untuk masuk jika ia menunggu lift lainnya akan memakan waktu lama lagi.

Ino menatap bayangan kedua orang itu yang terpantul di depannya.
Ia seperti pernah melihat pria itu, tampilannya sungguh membuat Ino berkeringat dingin rambutnya berwarna merah maroon terlihat acak-acakan, ada lingkaran hitam di area matanya yang membuat pria itu terlihat manis bahkan terdapat tatto kanji bertulis 'Ai' di dahi kirinya, kemeja biru tuanya tiga dari atas dibiarkan tak ia kancingkan hingga terkesan errr... Seksi?.

Mereka masih melakukan tindakan yang, ughhh sungguh ingin membuat Ino muntah.
Kenapa tidak melakukannya di kamar saja hey? Ino memutar matanya jengah, lift baru saja memasuki lantai 15 ia sungguh tak nyaman.

Teng

Pintu lift kembali terbuka seorang pria berambut raven mencuat kebelakang ikut masuk dalam lift, Ino melirik sebentar wajah pria bertampang stoic itu.
Seperti halnya Ino pria itu juga mendecih tak suka melihat pemandangan di belakangnya.

Lain hal nya dengan Ino yang diam saja, Pria itu malah menegur sepasang kekasih? mungkin. yang masih asyik dengan kegiatan mereka.

"Bisakah kalian melanjutkannya di kamar? Ini masih tempat umum" Ucap pria bermata onyx, nada suaranya begitu dingin dan memerintah.

"Heuh, Uchiha" Pria berambut maroon itu menatap pria di samping Ino, iris jade nya seolah menantang.
Seketika aura kelam menyelimuti dalam lift. Hanya ada keheningan mereka tidak bertengkar tetapi aura yang keluar dari kedua lelaki itu sungguh menakutkan.

Ino melihat pria di sampingnya melalui ujung matanya ia hanya diam tak menggubris, wajahnya begitu tenang seolah tak terusik.

Tak sengaja aquamarine Ino menatap pergelangan pria berambut raven itu yang terbalut gelang berwarna silver motifnya sederhana ada inisial HH disana.
Seketika Ino membeku mengingat siapa pemilik gelang itu.

Hyuga Hinata

Teng

Pria bermata onyx itu keluar dari lift tepat di lantai 22.
Sebelum keluar ia berbisik di telinga Ino
"Tulisan T-shirt mu sungguh menarik nona"
Blushh.
Kedua pipi Ino merona, tetapi pikirannya masih terpaku pada gelang itu. lebih tepatnya pemilik asli gelang itu.

Teng

Pintu lift kembali terbuka Ino melangkahkan kakinya keluar ternyata sepasang kekasih itu pun juga keluar dan yang membuat Ino lebih tercengang ialah kamar mereka bersebelahan.

Oh No..

Ino tersentak Tanpa sengaja pandangan mereka bertemu,
Aquamarine bertemu turquoise.
Ino membuang muka, secepat mungkin ia segera masuk ke kamarnya. tatapan itu begitu mengintimidasinya.

TBC

A/N: Halooo... semuanya saya kembali dengan fict baru, pair gaaino

maaf jika ceritanya aneh atau terlalu memaksa.

salam hangat

Aj