Judul: The Ghost Enemy (Judulnya dulu sih Ghost Hunter)
Disclaimer: Grand Chase milik KoG
Warning: OOC, Gaje, Gak Nyambung
Genre: Horror
Rated: K+
Bila Menemukan Kesalahan, Tolong Jangan Marah. Penulis masih Newbie
Part. I
Sudah lama para Chaser di takut- takuti oleh hantu rumah sebelah. Apalagi Amy yang shock ditakut-takuti oleh hantu itu. Bisa tiga kali semalam! Duh, Amy jadi gagap kalau di ajak bicara!
"SIAL! Hantu itu sudah lama mengganggu kita!" teriak Elesis sambil membawa Spear-nya
"Yo! Ini gara-gara Hantu itu! Lihat Amy! Dia malah memeluk Lire daripada aku!" teriak Jin jengkel. Telunjuknya menunjuk-nunjuk hidung Lire.
"Wops! Sorry, jangan salahin aku, dong! Apa kamu cemburu?" tanya Lire.
"Jujur aja, lah!" dukung Ryan sambil menepuk pundak Jin.
Jin tak menjawab. Sepertinya dia sudah kalah telak dengan dua orang elven itu.
"Sudah! Aku punya rencana! Kita basmi hantu itu!" seru Sieghart.
"Biar aku urus baju dan senjatanya," kata Mari sambil berjalan menuju labnya.
"Kita akan berangkat setelah Mari selesai membuat baju, ya!" kata Jin.
"Tapi Jin…" Amy memeluk lengan Jin.
"Enggak apa! Ada aku!" kata Jin pede.
Amy tak menjawab. Dia menyembunyikan mukanya di lengan Jin. Para chaser pun bersantaipun kembali ke kegiatan masing-masing. Elesis kembali berpedang dengan Ronan, Liremenanam bunga bersama Ryan pada malam hari (?), Arme mengusili Lass ketika tidur, Amymasih nempel aja ke Jin, Sieghart tidur dengan tenang di lab Mari, Mari membuat baju dan senjata pengusir hantu, Ley dan Dio saling melemparkan batu (?), Zero menyendiri ditemani oleh Grandark-nya, dan Rufus hanya memandangi rumah hantu itu lewat jendela kamarnya dengan tatapan kosong.
Setengah jam kemudian…
"Sudah jadi, nih!" teriak Mari dengan toa-nya.
Sieghart terbangun. Ni anak pendiam tapi kalo teriak cempreng banget! inner Sieghart.
BRAAAAKKKKK!
Para chaser langsung hancurin pintu lab Mari.
"Yay! Sudah jadi! Coba ah pakai!" kata Arme sambil membawa War Staff-nya. Arme mengambil tumpukan baju itu menggunkan senjatanya.
"Hei! Jangan ambil duluan! Kau belum tau cara kerjanya!" kata Mari galak.
Arme kaget dan menjauhkan War Staff-nya. "I… iya," kata Arme takut-takut. Mari hanya tersenyum tipis. Lalu Mari menatap para chaser kecuali Sieghart yang tidur lagi.
"Kakek Tua ini malah tidur," kata Elesis merebut War Staff Arme.
"Eeeh… jangan ambil!" kata Arme sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Elesis tak menghiraukan perkataan sahabatnya. Elesis tetap membawa War Staff Arme. Arme segera menyundul Elesis dan merebut War Staff. Alhasil, kepalanya dan kepala Elesis ! inner Arme. Arme ngerebut War Staff-nya.
"Arg! Bodoh! Sakit tau!" teriak Elesis meringis.
"Maaf! Tapi berhasil! Berhasil!" teriak Arme nyaring dan sengaja di buat cempreng. Elesis langsung lari ke kamarnya. Mungkin mau mengambil sesuatu.
Chaser menutup telinga erat. Cempreng! inner para chaser kecuali Arme yang cengengesansambil berdansa dengan War Staff-nya (?) *Arme: Hiks… aku jadi orang sedeng* Lass langsung terbelalak, tentu saja dia tak terima. Masa seorang Arme berdansa dengan War Staff yang tak lain adalah senjatanya!? Di pandangan Lass, seolah War Staff itu mengejeknya. Menyebalkan… inner Lass.
"Sudah! Aku pake Giant Sword-ku aja! Biar kubunuh sekalian Si Kakek Tua Pemalas ini!" kata Elesis yang tiba-tiba muncul di belakang Ronan.
"Hii! Kau mengagetkanku saja!" seru Ronan.
"Baiklah! Akan kujelaskan cara kerja pakaian Pemburu Hantu!" kata Mari. "Pakaian ini tak punya cara kerja khusus tapi melindungi kita dari masuk angin dan meriang-meriang…"
"Ya sih kita tau! Enggak perlu di jelasin!" seru Ronan ketus.
"Maaf. Oh ya ini Ghosted, senjata pedang ini mempunyai keahlian khusus. Berguna menyerang hantu yang tembus pandang sekalipun," kata Mari sambil memegang pedang hitam yang bentuknya cukup aneh di depan mata teman-temannya.
"Baik! Ayo kita pakai dan kita siap-siap berangkat!" kata Amy yang tiba-tiba semangat (mungkin tertarik sama bajunya).
Mari pun memberikan senjata dan bajunya pada semua chaser. Chaser pun segera mengganti baju mereka.
Setelah berganti baju, para chaser berkumpul kembali. Lalu mereka pun berangkat menuju rumah sebelah.
Selama perjalanan, suasana sangat mencekam. Bunyi serigala menyalak. Dan itu membuat Amy tambah takut. Amy memeluk lengan Jin sangat erat. Hingga Jin sedikit merasa kesakitan. Yang memimpin jalan adalah Sieghart (lagi?) dengan benjol yang besar karena di pukuli Elesis dengan Ghosted sepanjang jalan. Karena, dia yang memberi pengarahan pada chaser, ya walaupun para chaser tak ada yang mendengarkan *Elesis: Kakek Tua ini ke-GR-an, ya!* .
Chaser menelan ludah ketika sampai di depan rumah besar yang seram banget. Banyak sekali serigala yang muncul. Tapi mereka membelalakkan matanya ketika melihat serigala yang punggungnya sudah di penuhi darah. Dan lagi… wajah serigala itu mirip Kaze'aze!
"Takut… ya?" tanya Lass dengan wajah pucat.
"Iya…" jawab Arme.
"Dimana pintu masuknya nih? Pintu depan nutup!" kata Ryan wajahnya juga pucat. Ya, saat ini wajah chaser pucat semua.
"Aku rasa ada pintu… belakang…" kata Ronan.
"Kita… periksa saja…" timpal Elesis.
"…Benar…" setuju Dio dan Ley (lagi-lagi bersamaan).
Chaser pun berjalan di tengah rumput-rumput liar yang panjang-panjang (sudah tau, kan?) itu. Chaser hening. Tak ada yang berniat untuk memecah keheningan. Semuanya pada bergandengan tangan. Yang dimaksud bergandengan tangan contohnya kayak Dio gandengan sama Ley, Ryan gandengan sama Lire, dll. Kecuali Zero dan Rufus. Zero malah megang Grandark-nya dengan sangat erat (lho? Kok Zero bawa Grandark?). Rufus memeluk erat boneka beruang warna pink-nya *Author di tusuk mati (mau) pake Ghosted sama Rufus saking jengkelnya* *Rufus: lo memang author sedeng dan enggak bakat! Enggak usah di lanjutin!**Author: maaph! Ini ceritaku, Fus! Jangan gitu dong (nangis gaje)**Rufus: oke lanjutin aja*
Para chaser berhenti di depan pintu yang sudang dipenuhi sulur dan sarang laba-laba. Para chaser tambah pucat. Zero menyenggol Rufus.
"Dia aja yang buka!" bisik Zero dengan seringai seramnya. Kalau biasanya sih ada tatapan tajamnya. Tapi, kan Zero pake blindfold.
"Ck… baiklah!" seru Rufus menutupi wajah pucatnya dia memasang wajah stoic-nya untuk menyamarkan rasa takutnya.
Rufus langsung membuka pintu itu dengan pedang Ghosted. Rufus mengayunkan pedangnya. Tak lama kemudian, pintu itu terbelah jadi dua.
"Tadaaaa~," kata Rufus datar.
Ronan menyalakan senter yang di bawanya. Segerombalan pembasmi hantu itu melangkah menuju rumah tua berhantu itu. Semua chaser pada membawa pedang Ghosted. Tiba-tiba… ada seseorang memegang pundak Elesis. Elesis bergidik. Dia membalikkan badannya.
"UWAAAAAAA!" teriak Elesis ketakutan.
Para chaser menoleh kearah Elesis. Ada hantu tak berkepala di depan Elesis!
"Pergi kau!" geram Elesis mencoba tak takut.
"Lho… kau tak ingat… aku?" tanya hantu itu dengan suara berat.
"Siapa kau?" tanya Zero.
"Akuu… Vulcanus…" kata hantu itu ternyata, Vulcanus yang gentayangan! Mungkin dia enggak di terima di sisi tuhan soalnya dia jahat kali, ya.
"Kita membunuhnya dengan cara memenggal lehernya, kan?" bisik Ley.
"Ya aku ingat itu," Dio ikut berbisik.
Tanpa basa-basi, Vulcanus menyerang Elesis dengan cara di dorong. Kekuatannya hilang ketika dia menjadi hantu. Tapi, powernya sangat kuat!
"WAAAAGGGHHH!" Elesis terpental sehingga dia tertabrak tembok di belakangnya. Tembok itu hancur seketika.
"ELESIIIIS!" teriak Arme, Lire, dan Amy.
"Sial! Aku rasa dia bertambah kuat!" geram Lass.
"Teman-teman! Kemarilah!" teriak Mari yang sudah ada di dekat Elesis.
Para chaser menghampiri Mari. Mereka nampak mendiskusikan sesuatu.
"Jurus kalian ada empat. Pertama, Darkness Blade; kedua, Darkness Power; ketiga, Darkness Strike; keempat Darkness Boom." jelas Mari. "Kalian bisa menggunakan Darkness Boom kalau kalian memakai Darkness Power, jurus yang tak mempan apapun pada musuh. Kalau kalian memakai Darkness Power, otomatis kekuatan dan pertahanan bisa melemah. Namun jika Darkness Power sudah penuh, kalian bisa menggunakan Darkness Boom yang bisa meningkatkan Daya Serang dan Daya Tahan," kata Mari panjang lebar. "Oh ya aku lupa, satu jurus lagi Darkness Slash," tambah Mari lagi.
"Gimana kita bisa lihat Darkness Power kita kalau sudah penuh?" tanya Jin.
"Ada biji kecil di Ghosted. Jika penuh warnanya bisa berubah hijau," jawab Mari.
"Oh! Ayo kita kalahkan Vulcanus! Kembalikan dia ke alam baka disana!" teriak Ryan.
"Ayo! Kita menyerang dengan sisi berbeda!" teriak Ronan.
"AYO!" seru semua laki-laki.
Sedangkan para perempuan mengobati luka punggung Elesis yang cukup parah.
"Darkness Blade!" teriak Rufus sambil salto untuk melompat ke punggung Vulcanus.
"Darkness Strike!" teriak Lass sambil berlari dengan kecepatan tinggi.
SRAT…CRAT… Rufus dan Lass berhasil melukai kaki dan punggung Vulcanus.
"ARG!" seru Vulcanus kesakitan. Tapi tak lama kemudian, muncul kepala baru Vulcanus! "Ya,
begini lebih baik," kata Vulcanus dengan seringai seramnya.
"Arg! Kesempatan! Darkness Power, Teman-Teman!" seru Dio.
"Darkness Power!" teriak Ronan, Ryan, Lass, Jin, Dio, Sieghart, Rufus, dan Zero.
"Dasar payah!" seru Vulcanus sambil melepaskan tangannya. Seolah tubuhnya itu adalah mainan yang di bisa pasang ulang. Lalu, tangan Vulcanus menggenggam tubuh Ryan dan meremasnya sehingga Ryan merasa kesakitan!
"AAAAAARRRRRRGGGGHHHH!" teriak Ryan kesakitan.
"Sialan!" umpat Zero. "Grandark, tolong bantu aku, ya?" pinta Zero. Zero mengayunkan Grandark-nya namun…
SRRRR… Grandark-nya enggak bisa melukai Vulcanus.
"Berarti aku harus pakai ini," kata Zero mengambil Ghosted yang masih 'bertengger' di punggungnya. "Darkness Slash!" seru Zero langsung memotong tangan Vulcanus itu.
"UWOOOOORRRRGGG!" seru Vulcanus kesakitan. Dia memegangi tangan kanannya yang tengah buntung itu.
Tiba-tiba ada seseorang berkata…
"Darkness Boom!" teriaknya.
DUAAAAAAAARRRRR! Sekali serangan Darkness Boom, Vulcanus langsung mati dan kembali alam baka. Oh, ternyata yang menyerang itu Lire. Lire marah karena pacarnya (Ryan) di serang Vulcanus sehingga tak bisa berdiri.
"Aduh…" ringis Ryan sambil memegang pundak Lire.
"Bertahanlah!" seru Lire.
"Tak apa. Dia akan bertahan. Memakai Ghost Hunter Suit dapat mengurangi setengah dampak dari serangan musuh, ini sudah cukup menguntungkan," kata Mari menenangkan Lire dan Ryan.
"Untung saja. Berarti serangan Vulcanus tadi sudah cukup dahsyat," kata Ryan menghela napas lega. "Rufus, Lass bantu aku berjalan, ya!" pinta Ryan. Dua saudara dingin itu mengangguk dan membantu Ryan berdiri.
"Ayo kita melanjutkan perjalanan. Aku penasaran dengan Serigala Darah yang tadi lewat di depan kita," kata Ley.
GC Team mengangguk mengerti. Mereka pun melanjutkan perjalanan mereka.
0.0
Mereka sampai di lantai kedua… nampak seorang wanita bertanduk dan mempunyai sayap hitam dipunggungnya.
"Kau pasti…" tebak Arme berpikir.
"Aku Kamiki, bodoh!" kata wanita itu dengan tatapan horror. Dadanya dan kakinya terluka.
"Kamiki gentayangan!" seru Lass panik.
"Hoho… senang bertemu kalian…" kata Kamiki dengan seringai seramnya. Sayapnya yang dulunya putih menjadi hitam. Tiba-tiba, Kamiki menyerang GC Team tiba-tiba.
"Menghindar!" seru Lass.
"Lass! Kau khianati kami! Kau… kenapa kau lari dari Ellia!?" bentak Kamiki.
"Karena aku harus menempuh jalan yang benar, Setan!" seru Lass.
"Hmm… memang seru," kata Kamiki. Tiba-tiba Kamiki menunjuk wajah Arme.
"Kau adalah lawanku, gadis ungu!" kata Kamiki.
Arme membelalakkan matanya dan siap siaga dengan Ghosted-nya.
~TBC~
