Disclaimer: Masashi Kishimoto
.
Warning: Shonen-ai, OOC(sangat OOC), modificate canon, AR, Typo, sama sekali tidak mirip dengan di Manga ataupun di anime karena authornya sedikit sableng, penggunaan kata-kata tidak baku dan nyeleneh (aneh), penggunaan bahasa jepang yang salah-salah, kegajean dimana-mana, Humor gagal, pencampur adukan dunia anime dan alam nyata, dan penistaan karakter oleh sang author. Serta beberapa butir Undang-undang yang belum dijabarkan.
.
Rate: M (plak!) maksud saya masih, T
.
Genre: Humor, Romance dan bumbu Parody.
.
Don't Like? Don't Read!
.
Raven, Blonde and the Red Hair
By: Pattesa Oddes
.
.
Chapter one: A tale of Onix, Sapphire and Emerald eyes
O
.
O
Langit cerah. Tak ada fans gila yang mengejarnya. Tak ada tuntutan tugas yang membebaninya. Tak ada ufo di angkasa, tak ada meteor berjatuhan. Tak ada keharusan untuk tanggung jawab menghamili anak orang. (author digetok!)
Tapi, mengapa sang bungsu Uchiha itu sedari tadi mengeluarkan cakra sedemikian hitam?
Jawabannya adalah karena si dobe alias si pirang alias si Jiinchuuriiki Kyuubi-nya tidak menepati janji.
Pangeran idaman para gadis dan uke-uke jablay (jarang dibelai) itu sudah dua jam menunggu si blonde yang unyu-unyu. Tapi si dobe cerewet yang suka sekali menggunakan jurus oiroke no jutsu itu sama sekali tak terlihat pantat bohay bin seksinya.
Si pirang tak menepati janji berkencan...err, maksudnya berlatih berdua (yang sebenarnya kencan sepihak oleh Sasuke) yang telah di-ikrarkan-nya kemarin siang.
Dimana ketika itu daun-daun kering berguguran menjadi background-nya, di bawah pohon bunga Sakura kering kerontang, dengan semilir angin siang hari yang menghembuskan rambut mereka berdua menjadi tanda bahwa janji berlatih (kencan oleh sasuke) telah disaksikan dunia.
Dan hari ini, sekali lagi ditegaskan oleh Sasuke, Naruto melanggarnya. Ia tak menepati janji suci yang disaksikan langit dan bumi saat itu.
Sungguh. Sangat. Tidak. Etis!
T-e-r-l-a-l-u! (background song: begadang dua~Oppa Iram*)
Dalam kamusnya, halaman seratus satu koma delapan tiga, ayat sebelas, pasal sembilan: tidak ada yang boleh melanggar janji dengan sang Uchiha.
.
.
Rumah Namikaze.
.
Pintu rumah keluarga Namikaze terbuka, menampilkan sosok perempuan cantik berambut merah yang memakai celemek.
"Selamat siang, bibi," sapa Sasuke dengan lembut, menanggalkan sifat dinginnya sejenak di depan calon Ibu Mertua. Ia membungkuk sedikit. "Mana si Do—maksudku, aku ingin bertemu Naruto, Bibi Kushina."
Kushina Namikaze merona ketika dipanggil dengan sebutan kelewat lembut itu oleh si bungsu Uchiha yang kelewat tampan.
"Eh, Sasuke, Naru-chan, yaa... sekitar dua jam yang lalu ia pergi bersama Kazekage muda," ucap Kushina sambil tersenyum maklum. Ia paham sekali kalau anak semata wayangnya itu sangat dicari orang. Kemarin saja Paman Teuchi singgah ke sini untuk menanyakan kabar si pirang. Serta menanyakan kapan tepatnya suaminya (sang Hokage keempat) gajihan bulan depan.
Wajah si raven terlihat datar, seperti jalan tol Israel–Palestina, namun dalam hatinya bara api neraka menggelegar, bergejolak marah mendengar hal itu.
"Oh," ucap Sasuke. "Kalau begitu permisi dulu, bibi Kushina."
.
.
.
"Ternyata di sini rupanya kau, Dobe?" Sasuke memicingkan mata demi melihat adegan vulgar kelewat norak; dimana Naruto tiduran di paha sang Kazekage muda negara Suna, Sabaku Gaara alias si panda berambut merah tanpa alis. Dengan tangan si emerald membelai rambut matahari dobe-nya.
Ini dia saingan merepotkan —yang sedari 'orok'— untuk mendapatkan sang Dobe tercinta.
"Eh, Teme—" Naruto ingin segera bangun dari posisinya, namun jemari sang Kazekage menahan bahunya pelan.
"Dan apa yang kau lakukan, Sabaku?" Sasuke menunjuk Gaara dengan hidung mancungnya. Uchiha bungsu yang satu ini tidak pernah makan bangku (di) sekolahan sepertinya.
"Mencari kutu," jelas Gaara dengan wajah datar semi permanen. Hatinya sedikit kesal karena acara kencan (sepihak oleh Gaara) terganggu si pantat ayam ber-chidori. Uchiha Sasuke sialan ini sepertinya memang sengaja mengganggu kencan dua Jiinchuuriiki ter-hot, ter-fenomenal, ter-serasi sedunia perninjaan. Begitu pikir sang Kazekage.
"Apa! Mencari flea? —bahasa Spanyol kutu(author digampar!)—Jangan bercanda, panda ber-eye liner! Biarpun si dobe ini dobe kuadrat, tak mungkin ada makhluk nista bernama flea alias kutu kupret berpenghuni di rambut kuning berantakannya!"
Naruto bingung, Sasuke itu membelanya, apa mengejeknya, sih? Si Gaara lagi, apa-apaan bilang rambutnya ada kutunya, bukannya tadi Gaara bilang ia tak tega melihat Naruto kelelahan, lalu sang Kazekage menyuruhnya beristirahat dengan memaksanya rebahan ditopang si mata emerald.
"Ckkk, ayo, Dobe!" Sasuke menarik paksa Naruto hingga berdiri."Kau ada janji 'berlatih' denganku!"
"Maaf, Uchiha-san, tapi Naruto juga ada janji 'menemaniku' selama di Konoha." Gaara dengan cepat menggenggam pergelangan tangan Naruto. Jadi, Naruto berjanji pada dua orang rupanya.
Dan setelah itu terjadilah permainan tarik-ulur-Naruto, Konoha VS Suna.
"Dia sudah berjanji lebih dulu denganku!" tangan Naruto ditarik kearah si raven.
"Tidak, dia lebih dulu berjanji kepadaku!" si rambut merah tak kalah kencang menarik si pirang.
"Dia milikku, hari ini!"
"Bukan, dia milikku sekarang!"
"Diam kau, panda merah!"
"Kau yang diam, pantat ayam!"
"Stop!" Naruto menjadi emosi. Apakah ia akan berubah menjadi Dewa Kematian seperti di Bleach, atau menjadi Super Seiya seperti di Dragon Ball, atau menjadi Alien di Ben 10? Ataukah menjadi Pikachu di Doraemon?
Tentu saja tidak saudara-saudara! Naruto hanya menggembungkan pipinya. Cakra-nya terlalu lemah untuk membangunkan makhluk di dalam dirinya. Dan nama makhluk itu Kyuubii. Bukan Kuaci.
"Dari pada kalian bertengkar karena menagih janji seorang sahabat, lebih baik kita bersama-sama saja sepanjang hari ini." tandas Naruto memutuskan. Mengacungkan tangannya ke arah matahari dengan cengiran kelewat lebar. Yang membuat penjual rujak, paman sate, kuli bangunan, penjual jasa(diri), pengantar koran, lelaki bertopeng yang menyelinap lewat jendela, lelaki berjanggut yang masuk lewat belakang rumah selingkuhannya, serta bapak-bapak sangar yang membajak kapal, menabrak tiang listrik selebar sepuluh meter.
"Janji seorang sahabat?" batin mereka berdua sweatdrop, 'Kami ingin berkencan denganmu, Naru-chan!
.
.
.
Warung Ichiraku-Pukul 15.30 (waktu Konoha)
.
.
"Kalian ini tidak bisa bersahabat, ya?" Naruto bertanya sambil memakan ramennya dengan perlahan. Patah hati melihat keduanya yang tak mau akur.
"Tidak bisa, dobe/Naruto," ucap mereka bersamaan. 'Kami ini saingan,' sabda hati kecil mereka.
"Kalian ini kenapa sih?" tanyanya masih tidak mengerti. Naruto itu terlalu polos atau memang bego atau malahan ber-IQ ngesot? Sampai-sampai ia tidak tahu kalau dirinya itu adalah 'uke yang diperebutkan'. (kayak judul film.)
"Hn," ucap Sasuke sambil memakan ramen berkuah tomat dengan irisan tomat bakar, yang mie-nya terbuat dari intisari tomat, ditambah cacahan tomat, serta saus tomat yang kental itu dengan pandangan tajam ke arah Gaara.
"Hn," jawab Gaara, sama singkatnya. Pemuda itu juga memakan ramen. Tapi ramen rendah lemak, dengan mie yang terbuat dari bahan tanpa lemak, dengan berbagai macam sayuran tanpa lemak di dalam mangkuknya. (itu cap-cay kali.)
"Itu kata-kata ku!"
"Belum dipatenkan, pantat ayam!"
"Apa kau bilang, panda tanpa alis!?"
"Kau tuli!"
"Hei, kalian berdua..."
"Ada apa, Naruto!?" si raven dan si rambut merah memandang tajam ke arah si pirang. Naruto mendelik lemah, pasrah akan sikap keduanya.
"Daripada begini terus, lebih baik... Gaara, kau pulang ke Suna saja, bukankah sebentar lagi sudah senja. Kau banyak kesibukan, bukan? Dan kau, Sasuke, bukankah kau sudah diberi tugas oleh Otou-san ku. Nah, pergi sekarang kalian berdua!" usir Naruto, ia ngambek sepertinya.
"Aku akan berada di sini selama seminggu, Naruto," Gaara berkata dengan kekaleman tingkat dewa. Melirik Sasuke yang tengah memasang masker poker face .
"Eh, bukannya kamu hanya punya waktu libur satu hari?"
"Aku ambil cuti mendadak. Biar Kankuro dan Temari yang menyelesaikan tugas-tugasku yang tertinggal di Suna." Naruto baru tahu kalau Kazekage muda yang satu ini bisa egois juga.
"Eh, ke-kenapa?" Naruto bertanya.
"Hn, karena... cintaku tertinggal di Konoha," Gaara berkata dengan nelangsa. Setelah perkataan Gaara barusan. Tiba-tiba saja entah dari mana, terdengar alunan lagu di antara ketiganya:
"Duhai, kekasihku... cintaku tertinggal di Mala–cket-cket—Konoha~" alunan lagu yang diiringi angklung dan gendang itu (yang rupanya berasal dari radio lawas milik Paman Teuchi) entah kenapa menohok hati —dalam hal ini Sasuke.
"Ehem!" Sasuke berdehem sangat keras, membuyarkan background song romantis berkedok penipuan tersebut. "Aku juga sudah minta cuti pada mertua—maksudku ayahmu-Hokage keempat, dobe... jadi aku libur seminggu penuh." Sasuke melayangkan layang-layang—maksudnya melayangkan tatapan penuh voucher kematian ke arah sang Kazekage tanpa alis namun macho itu. Yang dibalas sang Kazekage dengan pandangan penuh bunga-bunga Rafflesia Arnoldi (baca:bunga bangke) kepada si bungsu Uchiha ber'pantat' rambut ayam.
Seketika, suasana di kedai mewah tapi kaki lima itu mencekam. (akankah ada adegan romantis SasuGara/GaaSasu di fik ini? Jawabannya: author lebih suka keduanya jadi seme dan memperebutkan si Naru-chan/plak!)
"Aku sedang mencari seseorang yang telah menjadi pemilik hatiku, dobe." Sasuke berkata dengan penuh makna. Entah itu makna ambigu atau makna ambien.
Setelah deskripsi panjang lebar di atas yang ga ada bagus-bagusnya. Tiba-tiba lagu Keong Racun—salurannya dirubah ke Dangdut fm, oleh paman Teuchi—beredar di udara. (Author digampar Sasuke|Ganti ga, lo! Klo gak gue amaterasu dan Kamehameha rumah, lo!| Eh, iya-iya, bang!)
Sebelum Sasuke men-susano'o warung Ichiraku Ramen Paman Teuchi, karena kemurkaannya. Lelaki itu cepat-cepat mengganti salurannya ke Pop fm lagi. Dan terdengarlah lagu:
"Kau terindah~ Dobe yang slalu indah... aku bisa apa tuk meng-uke-kan mu...kau pemilik hatiku~"
"E-eh, ka-kalian berdua sama-sama sedang cari pacar, yaa?" tanya si dobe, tidak sadar kalau lirik-lirik lagu di atas itu banyak diaransemen ulang. Tumben lilin di otaknya nyala hari ini. "Siapa...siapa katakan kepadaku?" tanya Naruto penasaran. Gosip baru nih!
"Dia berambut pirang, dobe." itu clue dari Sasuke.
"—sangat manis, periang, penuh semangat. Dan dia seseorang yang bertipe enerjik." Gaara menambahi meski tidak sudi.
"Oh," Naruto sedang berpikir, siapakah wanita yang tengah dijatuhi 'saranghae' dua cowok keren namun terkadang kamseupay eyuuh, ini... Coret sakura dari daftar, rambutnya Pink—Naruto penasaran kalau Sakura tahu bahwa cinta Sasuke ternyata telah bertuan pada seseorang berambut pirang, akankah Sakura, mem-bleaching dan mewarnai rambutnya? Hhm, coba saja buka UUD 1900 tipe Dakota. (plak)
Coret Hinata, rambutnya indigo, dan gadis itu bukan tipe enerjik, tapi tipe Pingsan-nik.
Coret Stunade-bachan, ia ketuaan dan wajahnya kurang meyakinkan. Apakah ia nenek awet muda? atau tante girang pesugihan yang ingin rapet ayu?
"Ino, ya..." Jawab si Naruto akhirnya.
Kuah ramen menyembur dengan tidak elitnya, mengenai layar I-pad, Tablet, Android, serta Hand Phone Monochrom para reader. Gaara dan Sasuke hampir jatuh dari kursi setinggi empat meter itu—Ok, abaikan.
"Bukan Yamanaka Ino, Dobe/Naruto—" tutur keduanya, "—dia ini seorang lelaki,"
Mata Naruto membelalak, mulutnya terbuka lebar( bagi keduanya sih seperti minta dicium). "Kalian—"
Sasuke dan Gaara berpikir kalau Naruto shock karena keduanya adalah Gay Alay...Namun ternyata...
"KALIAN MENYUKAI AYAHKU!" histeria Naruto mengalahkan Muse kalau sedang manggung keliling kelurahan se-Amerika.
Untuk ketiga kalinya, Ketiga remaja menanjak dewasa itu mendengar alunan lagu:
"Senangnya dalam hati, awww~ kalau ber-seme tiga, awww...seperti dunia di lantai tigaaa~"
Dua kunai melesat ke arah radio paman Teuchi yang diduga bersalah oleh dua orang ninja. Satu salah bidik(yang ini milik Naruto, melesatnya mengenai kepala paman Teuchi).
Radio wafat, tak ada lagi background song di kedai itu.
"A-aku tak menyangka," ucap Naruto dengan wajah sendu segan tapi tak mau. "Kalian suka pada ayahku."
"Tidak, kau salah paha(m)," ucap Sasuke dan Gaara sambil menahan tangan Naruto yang ingin kabur (padahal Naruto kabur karena tidak punya uang untuk bayar ramen yang telah dimakannya). "Kami bukan menyukai Hokage keempat... kami—"
"Siapa orangnya? Bagaimana bisa begitu? Apa bentuknya? Dimana rumahnya? Mengapa terjadi?" Naruto bertanya dengan pertanyaan yang sama sekali tidak nyambung.
"Untuk sekarang kami tak bisa mengatakannya, Naruto, mungkin nanti..." papar keduanya kalem. Sayang radio paman Teuchi telah tiada, ia– si radio–tak bisa lagi menayangkan lagu-lagu terlawas abad Milenium. Padahal kedua Seme masih teramat lajang itu berharap backsound P*te* P*n mengalun kali ini.
"Oh, jadi a-aku sa-salah paham yaa," si pirang kelihatan malu-malu karena kelemotannya. "Aku harus pulang...hhmm, a-anou bisa bayarin gak... Aku lupa bawa receh," Naruto tertawa hambar.
"Biar aku saja," ucap keduanya bersamaan. Dari lubuk hati yang terdalam, mereka ingin dipandang Naruto sebagai seseorang yang spesial— bukan hanya di atas kasur kelak.
"Ya sudah, aku pulang dulu kalau begitu... Ja nee~" Naruto melambaikan tangannya sambil berlari.
"Uchiha-san, biar aku saja yang membayar semuanya," ucap si rambut merah tanpa memandang si raven.
"Tidak, Kazekage, biarkan aku yang membayarnya," ucap Si Raven dengan angkuhnya.
Tak perduli, Garaa meletakkan lima puluh ryo diatas meja. Sasuke yang tidak mau kalah kemudian meletakkan seratus ryo di atas meja yang sama. Merasa tersaingi, Gaara menaikan lembaran uangnya menjadi seribu ryo. Panas, Sasuke menambah miliknya menjadi seribu lima ratus. Gaara meletakan lagi dua ribu ryo karena tidak mau disebut pecundang. Sasuke yang kalap menambah uangnya jadi tiga ribu ryo.
Ketika mereka berdua hampir topless—Sasuke sudah-akan-hampir membuka baju miliknya. Gaara juga sudah-hampir-ingin melepas jubah Kazekage-nya—hanya untuk diletakkan di atas meja. Dan tujuan mereka melakukan hal itu, hanya agar supaya keluar sebagai pemenang dalam perang membayar ramen tersebut. Namun malang, suara Paman Teuchi yang membahana, menginterupsi kegiatan kedua pemuda belia berbeda warna rambut itu.
"Oii, Nak! Tidak perlu sampai striptease di depanku~" ujar paman Teuchi. Terlihat di wajahnya masih tersisa bekas air mata (entah karena mengupas bawang, mengenang sang radio, kena tusuk kunai Naruto atau ia merasa begitu terharu karena ada dua bocah tampan yang mau memberikan hiburan kepadanya di usianya yang tergolong rentan untuk mati jantungan). "Sebenarnya uang kalian ini lebih-dari-pada-sangat-cukup-sekali, anak muda," ucapnya sambil memperhatikan uang bertumpuk yang tergeletak di atas meja— padahal dua bocah itu hanya perlu membayar enam puluh ryo untuk tiga mangkuk. "Bahkan kalian bisa membeli warungku. Dan aku bisa membuat Cafè atau bahkan Restoran Ramen, atau bahkan Hotel Ramen Konoha... Tapi, seharusnya kalian membayar apa yang kalian makan, bukan membayar karena diliputi keinginan bersaing, cckk."
Mereka terdiam. Bukan karena tersentuh oleh kata-kata dramatisasi Paman Teuchi barusan. Tapi karena dari kejauhan, Ayame—asisten paman Teuchi— menatap liar sambil meneguk penuh saliva kearah keduanya.
"Ambil saja semuanya, Paman," ucap Sasuke sambil membetulkan pakaiannya dan kemudian melangkah pergi.
"Anggap saja itu untuk mengganti radio Paman yang rusak. Atau kalau Paman tidak mau, berikan saja pada anak yatim-piatu di luar sana," ucap sang Kazekage sembari merapikan jubahnya dan berlalu pergi ke arah yang berlawanan dengan Sasuke.
Paman Teuchi terdiam, (sekali lagi) bukan karena tersentuh mendengar kalimat dua orang kelewat sinting yang sudah pergi dari kedainya. Tapi karena...
"Akhirnya... Aku bisa liburan ke desa Bunyi. Lalala~" Paman Teuchi bersenandung. Besok kedainya akan tutup. Ia akan membeli baju renang serta pelampung bebek terbaru di pasar setelah ini.
.
.
.
TBC
Pattesa Oddes: Hellow, gimana ceritanya? Nista banget kayanya, yaa*lirik-lirik atas*
well, sebelum pulang kampung, Pattesa bingkisin cerita nista ini buat reader yang mendengarkan. Jadi menjelang lebaran ini Pattesa udah beriin kalian kado, Pattesa baik bangetkan.*dgetok*
Maaf klo ga lucu, Pattesa udah berusaha, sampe ga makan, lho. *ya iyalah*
Haruskah cerita ini dilanjutin? Kalau banyak yang suka, nanti Pattesa terusin. Klo gak, sampe sini aja, atuh.
Karena Lebaran bentar lagi, Pattesa ucapin met Lebaran yaaa, buat semuanya... (cuman berapa hari lagi) ^o^.
.
.
Pattesa, minta review-nya dong, reader tercinta...*peluk-cium-satu2*
.
.
*Pattesa Oddes.
