CHAPTER 2

Hetalia Axis Power x Fatal Frame 2

Disclaimer: Hidekaz Himaruya's owened this anime

Fatal Frame 2 belonged by TECMO

Warning: OOC, MISS TYPO, TWINCEST, etc.

Author Note: Saya mengartikan arti dari Bahasa Inggris yang terdapat di game. Jika terjadi kesalahan atau terdengar tidak enak, akan segera saya ganti.

Kiku Honda, personifikasi negara Jepang sedang bersiap-siap untuk menyambut Im Yong Soo dan Im Yong Hwa. Dia ingin meminta tolong kepada mereka berdua untuk melakukan suatu hal. Tentu saja, dia tidak memberitahukan tentang kedatangan salah satu dari mereka, kalau tidak mereka tidak mau datang.

"Kuharap mereka tidak berkelahi lagi." Kiku hanya bisa berjarap tidak ada pertikaian. Dia tahu kedua saudaranya akan berkelahi kalau bertemu.

"*Anyong haseyo" suara penuh energi menggema cukup keras dari pintu depan. Hanya sada satu orang yang bisa bersuara seperti itu kalau pagi. Im Yong Soo masuk ke dalam rumah dan mencari Kiku. Dia mengenakan hanbok-nya biru putih cerahnya, secerah hatinya hari ini. Senyum pun mengembang di wajahnya.

"Kiku. Aku datang." Kiku segera beranjak dari ruangannya dan menyambut Im Yong Soo.

"*Ohayou gozaimasu" Kiku menjawab sapaannya dengan sopan. Tanpa aba-aba, Im Yong Soo segera memeluk Kiku.

"Kiku, aku rindu kamu~, da-ze." dengan nada manja, Im Yong Soo memeluk Kiku lebih erat. Jantung Kiku berdetak cukup kencang, pipinya memerah, yang kemudian secara spontan mendorong Im Yong Soo untuk mundur ke belakang.

"Yong Soo-san, kumohon sudah berapa kali aku memperingatkanmu untuk tidak memelukku!" 'saudara' Kiku yang terlalu hyperactive ini hanya bisa tersenyum sendiri melihat reaksi Kiku yang memang sudah diharapkannya.

"Oh! Maaf, da-ze" muka merah Kiku kembali ke warna normalnya. "Jadi, untuk apa kau memanggilku, da-ze?"

"Um, kita harus menunggu seseorang lagi, Yong Soo-san" Kiku mencoba untuk bicara sesantai mungkin agar tidak menimbulkan kecurigaan.

"Baiklah, da-ze. Tapi…" Yong Soo segera memeluk Kiku. "Dada Kiku untuk Yong Soo, da-ze."

"Yong Soo-san!" Muka Kiku merah padam. Tidak disangkanya Yong Soo malah menggodanya seperti itu.

"Anyong haseyo" suara ketiga di pintu depan menyelamatkan Kiku dari godaan Yong Soo lebih jauh. Kiku segera berjalan ke pintu depan, Yong Soo mengikutinya dari belakang.

"Ohayou gozaimasu." Im Yong Hwa datang dan segera masuk. Kiku berjalan mendekatinya. Tapi yang berjalan di belakangnya menarik perhatiannya.

"Im Yong Soo."

"Im Yong Hwa"

Atmosfer berat menghiasi pintu depan rumah Kiku. Kiku hanya nisa mendesah. Dia harap agar mereka bisa sedikit berdamai. Tapi, tetap saja mereka masih membenci satu sama lainnya.

"Um, Yong Soo-san, Yong Hwa-san. Silahkan masuk" Kiku hanya bisa diam melihat kedua 'saudaranya' menatapnya dengan tatapan kenapa-dia-ada-disini-?

Kiku mencoba menghiruakan mereka berdua dan berjalan masuk. Kadang dia muak dan bosan dengan kedua 'saudara'-nya yang terus berkelahi. Im Yong Soo dan Im Yong Hwa. Tentu saja ada jarak di antara mereka berdua.

Sesampainya di ruang tamu, Kiku pamit sebentar ke dapur ingin membuatkan teh untuk mereka berdua. Dia hanya bisa berharap tidak terjadi perkelahian yang mengakibatkan kerusakan pada rumahnya. Atmosfer berat masih menggantung saat Kiku meninggalkan mereka berdua di ruang tamu.

Angin berhembus, meniup apa saja yang bisa dilaluinya. Sementara itu, Yong Soo hanya bisa mengalihkan perhatiannya. Apapun, kecuali Yong Hwa. Begitu juga sebaliknya.

Im Yong Soo POV

Kiku pergi, dan dia di sini. Diam, hanya ada keheningan. Aku tidak ingin mencari masalah dengannya. Tapi, syukurlah. Tidak terjadi apa-apa padanya. Mimpi buruk itu terus saja menghantuiku. Sebenarnya aku tidak ingin datang hari ini. Firasat buruk terus menghantui-ku. Mimpi yang sangat jelas, dan dia di sana. Mati di tanganku.

Melihatnya seperti melihat bayanganku di cermin. Yang membedakan kami berdua hanya hanbok yang kami kenakan dan warna rambutnya yang berwarna lebih tua. Dan rambutnya yang lebih pendek dariku. Selebihnya kami berdua kembar identik.

Beberapa kali kulihat dia menatapku. Kiku, kanapa kamu lama banget sih. Bersamanya lebih daripada ini bisa membuatku gila! Kiku cepatlah datang.

Kulihat tumpukan kertas dan koran lama berserakan diatas meja. Tulisan tangan Kiku diatas kertas terlihat menutupi sesuatu. Sebuah tulisan menarik perhatianku.

'Seorang pria menghilang secara misterius di kawasan Minakami'

Minakami? Bukankah itu tempat aku dan Yong Hwa sering bermain dulu?

Aku mengulurkan tanganku, berharap bisa membaca sedikit lebih jauh ketika suara pintu digeser. Kulihat Kiku masuk dengan nampan berisi tiga gelas. Aroma the tercium dari temap aku duduk. Semoga bukan teh hijau, aku benci teh itu!

"Yong Soo-san, Yong Hwa-san, maaf sudah membuat kalian berdua menunggu. Hari ini aku ingin meminta tolong kalian." Nada bicaranya menjadi serius. Firasat buruk itu kembali lagi. Kuharap bukan hal aneh.

"Apa yang ingin kau minta dari… kami, Kiku?" agak ragu sih, ngomong 'kami'. Aku takut Yong Hwa merasa tersinggung. Tapi sejauh ini tidak ada reaksi, jadi kurasa antara dia tidak menghiraukan perkataanku atau dia tidak ingin mempermasalahkannya.

Kulihat Kiku sedikit ragu. Tapi akhirnya dia mulai angkat bicara.

"Aku ingin kalian memberikan sesuatu kepada China-san."

"Kenapa kau meminta kita berdua? Kenapa kau tidak lakukan sendiri saja?." Yong Hwa terdengar kesal. Sepertinya dia tidak senang Kiku memanggilnya hanya untuk melakukan tugas sepert ini. Kenapa mesti dia? Apa Kiku tidak percaya kalau aku bisa melakukan ini sendiri?

"Barang ini cukup penting. Aku percaya kalian berdua bisa melakukannya." Tatapan serius milik Kiku membuatku mempertanyakan apa 'barang penting' yang dimaksud olehnya. Kiku bukanlah orang yang akan memperlihatkan emosinya jika bukan karena hal yang seirus.

Im Yong Hwa POV

"Penting? Sepenting apa sehingga aku harus mengantarkannya dengan dirinya?" Aku hanya bisa menatap sinis terhadap Yong Soo. Aku tetap tidak suka jika harus melakukan sesuatu berdua saja dengannya, sepernting apapun hal itu.

"Saya tidak bisa mengatakannya."

"Jadi apa yang bisa kami lakukan, da-ze?" Yong Soo akhirnya mulai berbicara. Tumben pendiam, biasanya dia yang paling berisik. Aku sih senang aja kalau dia bisa diam sedikit. Perasaan buruk itu datang lagi. Sesuatu yang buruk akan terjadi. Yong Soo juga merasakannya juga, kurasa. Dia menggenggam hanbok-nya dengan erat. Kurasa dia juga merasakan hal buruk itu juga.

"Saya hanya ingin kalian melakukan hal ini. Sebenarnya saya tidak ingin merepotkan kalian berdua. Tapi kami sendiri sedang kesulitan. Saya mohon."

"Kenapa kami?" Yong Soo sedikit ragu. Sementara Kiku menatap kami berdua dengan tatapan 'kumohon'.

"Kalian berdua yang sedang senggang, jadi…"

"Baiklah. Aku pergi." Kiku sudah mencegahku untuk berdiri. Dan lagi, kenapa Yong Soo menarik hanbok-ku?

"Yong Hwa-san tolong tunggu sebentar. Saya akan mengambilkan barang itu." Kiku segera beranjak dari tempat duduknya. Sosoknya menghilang melewati pintu tatami geser.

Kulihat tatapan mata Yong Soo yang entah kenapa seperti melihat sesuatu yang tidak baik. Aku hanya bisa mendengus pelan. kuedarkan pandanganku. Di atas meja, kertas koran lama berserakan. Aku mengambil satu secara acak.

'Dengan mulai diadakannya konstuksi bendungan Desa Segala Dewa yang semakin mendekat. Masumi Makimura (26), pengamat geografi di area sekitar, dikabarkan menghilang. Tuan Makimura dikabarkan pergi menginvestigasi daerah yang akan diubah setelah bendungan dibangun, namun tidak terdengar lagi kabarnya setelah 5 hari.'

Kubaca ulang sekali lagi isi berita itu. Hilangnya seseorang dikawasan Minakami? Bukannya proyek pembuatan bendungan itu sudah dihentikan? Aku melihat tanggal koran itu. Tanggal yang ditunjukkan sekitar satu tahun lalu. Perasaan buruk itu muncul lagi. Segera kuletakkan koran itu. Kuharap Kiku segera datang.

Kiku membongkar lemari tuanya. Pikirannya tidak bisa berhenti kepada sikap diam Im Yong Soo tadi. Tentang aura buruk yang lewat ketika angin bertiup sesaat. Tangannya meraba-raba dan akhirnya menemukan benda yang dicarinya. Sebuah kotak tua usang. Kiku segera berjalan kembali ke ruang tamu.

"Ini, Yong Soo-san, Yong Hwa-san…" Kiku menyodorkan kotak itu ke tangan Im Yong Soo

Im Yong Hwa segera berdiri dan berjalan keluar, suara langkah kakinya terdengar semakin pelan. Im Yong Soo segera berdiri, hendak menyusul kakaknya keluar.

"Yong Soo-san, berhati-hatilah." Kalimat Kiku itu hanya dibalas oleh senyuman khas Im Yong Soo sebelum dia berlari keluar. Suara pintu ditutup terdengar ditelinganya. Dia berjalan pelan ketika mendengar suara kendaraan dinyalakan. Kiku hanya bisa menatap pintu yang tertutup itu, mendoakan keselamatan kedua 'saudara'-nya itu.

Kiku berjalan kembali ke ruang tamu, berniat untuk menyelesaikan kerjanya ketika dia melihat salah satu kertas koran yang ditarik keluar. Wajahnya berubah menjadi pucat seketika.

"Kami-sama…"

END OF CHAPTER 2

Translation:

Anyong haseyo: Bahasa Korea selamat pagi

Ohayou gozaimasu: Bahasa Jepang selamat pagi

Kami-sama: Bahasa Jepang dewa/Tuhan