Biasanya, setiap pagi ketika terbangun, Im Changkyun senang bergulum sebentar di balutan selimut seraya menikmati keheningan dan empuknya tumpukan bantal di atas ranjangnya. Namun, pagi ini kedua matanya terbuka lebar-lebar sedetik setelah Changkyun sadar bahwa ranjang yang dia tempati itu jauh lebih besar dari ranjangnya di dorm. Dan, ketika seluruh perhatiannya telah terkumpul untuk memeriksa keadaan sekitar, Changkyun sadar dirinya benar-benar telah berpindah sendiri ketika tidur. Karena, tentu, ruangan kamar superluas yang mewah ini bukan sama sekali dorm Monsta X—
—kecuali, Manager-hyung memberi mereka kejutan dengan dorm baru (yang tentu saja sangat mustahil mengingat bagaimana dia bisa memindahkan Changkyun ketika tidur tanpa membangunkannya sama sekali?!).
Apakah ini sebuah penculikan? Apa sebelumnya Changkyun pergi mabuk dan berakhir di tempat tidak jelas?—tentu tidak. Sumpah, dia ingat betul semalam, setelah pulang latihan, Changkyun langsung pulang ke dorm, lalu tidur. Dia bahkan ingat sekali Minhyuk sempat menceritakan sebuah dongeng lucu tentang binatang—seolah Changkyun adalah anak kecil—sebelum semuanya terlelap. Dan, sekarang, ke mana mereka semua dan di mana Changkyun sekarang?!
Sejenak sebelum Changkyun memutuskan untuk mencari ponsel dan menelpon polisi, suara derit ranjang yang terdengar menyadarkannya bahwa—sial—dia tidak sama sekali sendirian di ranjang itu. Dengan was-was, Changkyun menoleh perlahan, mencari tahu siapa gerangan yang terbaring menemaninya di atas ranjang tersebut.
Ketika tatapan mereka bertemu, orang itu tersenyum—
"Pagi, sayan—"
"AAHH!"
—dan, Changkyun berteriak seperti gadis perawan yang hendak diperkosa.
.: Please, Remember Me :.
Shin Hoseok | Lim Changkyun
[ch. 1 of 2]
Story by iKyun
Monsta X belongs to Starship Entertaiment
.
warns: boys love, typo, ooc.
don't like? don't read.
Satu hal yang melegakan adalah, orang yang tidur di sebelahnya bukanlah orang asing, Changkyun langsung mengenalinya; dia Shin Hoseok, Wonho, salah satu hyung terbaiknya (karena semua hyung-nya adalah terbaik). Tapi, mereka tidak sedekat itu untuk bisa tidur bersama. Dan, apakah Changkyun belum memberitahu bahwa Wonho tidur di sebelahnya dengan bertelanjang dada?! Kalau tidak salah dengar pun, Wonho baru saja memanggilnya ... sayang? Apa maksudnya ini? Apa Changkyun sudah diculik alien dan sedang mengalami proses pencucian otak?
"Ada apa? Kau tampak bingung, Changkyun-ah. Mau kuambilkan sesuatu?" Wonho tersenyum, terlalu manis. Dan, tubuh atletisnya yang terekspos itu membuat Changkyun merasa malu sendiri melihatnya,
"Hyung ... uhh, kenapa—" Changkyun bahkan tidak tahu harus bertanya dari mana. "Kenapa aku tidur denganmu?"
"Eh?" Wonho melongo, tampak bingung. Reaksi itu membuat Changkyun semakin dibuat bingung. Memangnya pertanyaan itu aneh untuk dilontarkan? Sejak kapan mereka selalu tidur bersama dan—sungguh—ini sebenarnya kamar siapa?!
"Uhh, lupakan," Changkyun menghembuskan napasnya keras-keras. "Di mana yang lainnya?"
"Siapa?" Wonho kembali bertanya.
"Hyung yang lain; Jooheon-hyung, Minhyuk-hyung, Kihyun-hyung, mereka yang seharusnya tidur bersamaku di kamar di dorm, 'kan? Kenapa ... uhh, kita di mana?!" Changkyun melontarkan semua kebingungannya dalam satu tarikan napas, sungguh dia ingin semua kebingugan itu segera terjawab di kepalanya.
"Hei, tunggu ...," Wonho bergeser, mendekat. Wajahnya bergitu dekat dengan Changkyun dan Changkyun bersumpah Wonho tidak pernah melakukan ini sebelumnya. "Apa yang kau ingat sebelum tidur semalam, Changkyun-ah?" Wonho mengusapkan telapak tangannya ke kepala Changkyun, ekspresinya tampak khawatir dan itu membuat Changkyun takut mendengar kenyataan.
"Proses rekaman lagu, latihan dansa sebentar, pulang ke dorm, mandi, lalu tidur," Changkyun menjawab, suaranya tipis, tapi Wonho mendengarnya dengan sangat jelas.
Kedua mata Wonho terbuka lebar, dia tampak sangat terkejut dan sedih di saat yang bersamaan. Changkyun jadi merasa bersalah sendiri, entah kenapa. "Kau sungguh tidak ingat ... kamar ini, ruangan ini?"
Apakah seharusnya dia ingat sesuatu tentang kamar itu? Changkyun tidak mengerti. Dia menggeleng kecil karena hanya itu yang bisa dia lakukan. Wonho menghembuskan napas panjang dan untuk beberapa alasan dia tampak kecewa sekali.
"Aku ... aku tidak ingin membuatmu terkejut," Wonho membuka suara setelah beberapa detik hening. "Tapi, aku harus memberitahumu. Mungkin ... mungkin kau kehilangan ingatanmu, Changkyun."
"HAH?!" Kehilangan ingatan? Changkyun sama sekali tidak terpikir tentang itu. Dia juga masih bersikeras bahwa tadi malam dia betul-betul tidur di dorm seperti biasa. Apakah para Hyung sedang menjahilinya dengan membuat drama kecil-kecilan supaya membuatnya bingung? Kalau ya, mereka benar-benar berhasil.
Wonho mengangguk, "Kau juga tidak mengingatku?"
"Apa? Tentu aku ingat, Hyung. Kau Wonho-hyung, Monsta X."
"Tidak, maksudku," Wonho menggeleng. "Kita sudah menikah, Changkyun."
Perlu beberapa detik bagi Changkyun untuk mencerna kata-kata itu dan kemudian memasang tampang terkejut yang berlebihan, "HAH?!" Atau, itu sama sekali tidak berlebihan karena—lelucon macam apa ini?!—bagaimana bisa dia menikah dengan Wonho? Changkyun bersumpah dia masih sangat menyukai perempuan dan ... dia tidak pernah benar-benar dekat dengan Wonho, tidak secara romantis.
"Hyung, jangan bercanda ..." Changkyun menghembuskan napasnya, lelah dengan kenyataan gila yang menimpa otaknya.
Di luar dugaan, Wonho justru tersenyum nakal. "Aku tidak bercanda, sayang. Aku bisa menciummu sekarang untuk membuktikannya."
Tanpa menunggu reaksi Changkyun, Wonho bergerak mendekat dan menahan kedua tangan Changkyun sehingga laki-laki di bawahnya itu kesulitan bergerak. Changkyun melebarkan tatapan matanya, terkejut dan was-was. Jantungnya bergemuruh kencang dan dia kesulitan bernapas. Dia ingin berteriak, lagi, tapi tenggorokannya terasa kelu. Tuhan, apakah ini balasan karena Changkyun sering mengambil foto wajah tidur Wonho yang lucu dan menyebarkannya ke Hyung yang lain? Kalau ya, Changkyun bersumpah dia akan bertaubat sesegera mungkin.
"H-Hyung ... ja-jangan—"
Ketika suara itu keluar tipis dari bibir Changkyun, Wonho berhenti dan segera melepaskan tangannya. "Maaf," katanya seraya tersenyum, lalu dia mengelus kepala Changkyun pelan-pelan. "Aku kira kau sedang bercanda, tapi ... sepertinya kau benar-benar melupakan aku."
Kata-kata itu benar-benar menyakitkan. Changkyun bergeming, dia ingin semua yang dikatakan Wonho adalah kebohongan tapi kemudian dia menyadari bahwa Changkyun bahkan tidak mengenal piyama yang dia kenakan sekarang dan—sumpah ini mengejutkan—sebuah cincin perak ternyata melingkar di jari manisnya; cincin perak yang sama dengan yang Wonho kenakan sekarang. Jadi, mereka benar-benar ... menikah?
"Hyung, maafkan aku," Changkyun membuka suaranya. "Ini sangat sulit dipercaya."
"Kenapa?" Wonho tertawa kecil. "Dulu aku memang tidak tertarik dengan pernikahan, tapi orang bisa berubah setiap saat."
Changkyun menggeleng. "Tidak, maksudku, kenapa ... aku? Kau tahu apa yang aku pikirkan? Kau sangat cocok dengan gadis manis bertubuh model, Hyung. Gadis manis yang pandai memasak ramyun. Aku bahkan tidak pernah bisa membuat ramyun yang enak," aku Changkyun, dia sedikit malu mengatakannya.
"Percayalah, kau melupakan banyak hal," Wonho tertawa lagi, tatapan matanya tetap tampak menyayu menyedihkan. "Dulu, kita pernah ditinggal berdua di dorm sementara anggota lain punya jadwalnya masing-masing. Aku sedang sakit dan kau berjuang membuatkan ramyun yang enak untukku."
"Dan, apakah itu enak?" Changkyun bertanya dengan ragu, karena Changkyun tahu betul dia benar-benar payah soal memasak.
Wonho menggeleng, "Biasa saja, sih," katanya. "Tapi ketika Kihyun datang dan memberitahuku bahwa dapur telah berubah seperti bekas medan perang dan banyak tumpukan ramyun gagal di tempat sampah—" Wonho memberikan jeda sejenak, dia tersenyum. "—aku mulai jatuh cinta padamu sejak saat itu."
Changkyun bergeming, tatapannya terpaku pada Wonho dan pipinya memanas sedikit demi sedikit. Tunggu—
—tunggu sebentar, apakah secepat itu Changkyun percaya dan mulai menyukai laki-laki?! Tidak, tidak, Im Changkyun, kendalikan dirimu!
Ketika kebingungan menguasai kepala Changkyun, tangan Wonho yang bergerak mengacak-ngacak rambutnya membuat seluruh lamunan Changkyun luntur. "Sudah, kalau kau berekspresi seperti itu terus, aku bisa benar-benar menciummu, tahu," katanya. "Sekarang pergi mandi dan bersiap, kita temui dokter untuk memeriksakan keadaanmu, oke?"
Changkyun mengangguk, dia berharap menemui dokter adalah jalan terbaik yang bisa mereka tempuh. Changkyun tidak sanggup lagi menebak-nebak apa yang akan terjadi nanti.
.: ~ :.
Wonho bilang, kepala Changkyun memang sempat terbentur tembok beberapa menit sebelum tidur tadi malam. Tapi, benturan itu tidak tampak seperti masalah besar pada awalnya. Makanya, dia tidak pernah mengira Changkyun akan terbangun di pagi hari dalam keadaan tidak mengingat seluruh kenangan yang dimilikinya selama sepuluh tahun ke belakang. Dan, dia masih berpikir bahwa dirinya adalah seorang rapper yang tergabung dalam grup Idol. Oh, itu sudah lama sekali bagi Wonho.
Dokter yang mereka temui juga hanya bisa menjelaskan sebatas itu, karena hasil pemeriksaan tidak menunjukkan kerusakan internal apapun pada kepala Changkyun. Pada akhirnya dia didiagnosa menderita amnesia ringan yang akan segera sembuh dalam waktu dekat. Changkyun harap demikian, karena kejadian ini tidak terasa sesederhana itu baginya; rasanya tidak seperti kehilangan ingatan, rasanya lebih seperti Changkyun sudah melewatkan sepuluh tahun hidupnya dalam semalam. Dan, itu tidak bagus sama sekali. Segalanya telah berubah, Changkyun tidak bisa menerimanya begitu saja.
Terutama, dia punya rumah besar sekarang, dia seorang pengelola kafe kopi, dan—yang terparah dari itu semua adalah—dia sudah menikah, dengan orang yang sangat di luar dugaan.
Changkyun tidak mengerti apa yang 'dirinya' pikirkan sampai bisa setuju menikah dengan Wonho. Tentu, Wonho adalah laki-laki yang sangat baik dan—tidak perlu diragukan lagi—memiliki penampilan yang menarik. Semua hyung Monsta X—juga dirinya—selalu iri pada wajah tampan dan tubuh atletis Wonho. Changkyun selalu ingin memiliki tubuh itu. Tapi, itu bukan berarti Changkyun ingin memiliki orangnya dan lantas menikah dengannya.
"Changkyun, berhenti melamun dan makanlah yang banyak."
Suara yang sangat familier itu melunturkan lamunan Changkyun hingga dirinya sadar kini matahari telah meninggi dan dia tengah menghabiskan makan siang dengan Wonho di ruangan dapur mereka. Wonho tersenyum manis padanya dan Changkyun hanya sanggup mengangguk kecil. Melihat senyuman Wonho sejak tadi pagi membuat Changkyun sedikit demi sedikit mengerti kenapa dia mau menikah dengan laki-laki itu.
Changkyun melanjutkan suapan makanannya dalam hening. Di perjalanan pulang setelah menemui dokter tadi pagi, Wonho sempat menepi sebentar dan membeli daging steak untuk makan siang mereka. Makan siangnya benar-benar enak, sebenarnya. Namun, Changkyun tidak bisa menikmatinya dalam suasana hati mendung seperti ini.
Berusaha mengalihkan pikirannya ke topik lain, Changkyun mengangkat kepalanya dan mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan dapur mereka yang menyatu dengan ruang makan. Tempat itu benar-benar nyaman dan Changkyun bersumpah rumah ini benar-benar rumah idamannya.
Tatapan matanya berhenti pada satu titik yang cukup menarik perhatiannya. Di dinding tempat mereka menaruh peralatan masak, tergantung sepasang apron memasak; satu berwarna hitam dengan gambar kelinci putih di tengahnya, satunya lagi berwarna biru cerah dengan gambar anak anjing. Changkyun berani bertaruh yang hitam itu adalah milik Wonho, satu lainnya adalah miliknya.
"Hyung, kau yang membeli apron-apron itu?" Changkyun membuka suaranya, nyaris tanpa sadar.
Wonho mengangkat kepalanya, tersenyum senang karena akhirnya Changkyun mau mengatakan sesuatu. "Ya, hadiah untukmu satu tahun yang lalu," katanya. "Kau ingat sesuatu tentang itu?"
"Tidak. Tapi aku bisa menebak yang biru itu adalah punyaku."
"Kau menyukainya?"
Changkyun mengangguk semangat seraya mengunyah makanannya.
"Tentu saja kau suka," Wonho tersenyum membanggakan dirinya. "Aku tahu semua tentang dirimu."
Changkyun tertawa kecil. "Tidak juga," katanya. "Kenapa membeli apron? Kau seharusnya tahu aku tidak suka memasak dengan menggunakan apron." Dan, dia bahkan nyaris tidak pernah memasak kecuali membantu Kihyun memotong sayuran di dorm.
"Ya, sebenarnya kau memang jarang menggunakan apron itu," Wonho berhenti sejenak, tiba-tiba saja dia tersenyum menyeringai. Sial, dia benar-benar tampan. "kecuali—"
"Kecuali?" Changkyun bertanya, lalu mengunyah makanannya.
Wonho mencondongkan tubuhnya mendekat pada Changkyun dan nada suaranya merendah ketika menjawab, "Kecuali di atas ranjang, kau tampak sangat manis dengan apron itu."
Seketika, Changkyun tersedak, lalu terbatuk-batuk beberapa kali. Wajahnya memerah padam membayangkan apa yang Wonho katakan. "Hyung~!" Dia merajuk, lalu terbatuk-batuk lagi. Changkyun menunduk dalam, menghindari kontak mata dengan Wonho karena hal itu sungguh bisa membuat wajahnya jauh lebih memerah lagi.
Wonho tertawa, dia tampak benar-benar bahagia. "Maaf, maaf," katanya, seraya mengambil segelas air dan berpindah tempat ke sebelah kursi Changkyun. Dia lantas mengelus punggung Changkyun perlahan-lahan. "Minumlah ini," katanya.
Changkyun menerima gelas itu, lalu meminumnya perlahan-lahan. Ketika tenggorokannya sudah membaik, dia membuka suara, "Jangan mengatakan hal-hal aneh ketika makan, Hyung," katanya.
"Itu tidak aneh," Wonho membela dirinya. "Dan, itu adalah fakta."
Bayangan-bayangan mesum tiba-tiba merasuki otak Changkyun. Duduk bersebelahan dengan Wonho membuat Changkyun bisa menghirup aroma maskulin dari tubuh Wonho begitu jelas dan membuat otaknya menjalar liar ke mana-mana. Sial.
Laki-laki yang lebih mudanya terus menunduk dan Wonho bisa melihat rona merah tipis di pipinya. Jika tidak ingat dengan kondisi Changkyun sekarang, Wonho pasti sudah menariknya mendekat dan lalu menciumnya. Namun, sekarang semuanya berbeda. Dia benar-benar ingin Changkyun kembali seperti semula, kembali mengingat dirinya dan semua kenangan yang dia lupakan. Dia ingin Changkyun tersenyum riang melihatnya dan tidak merasa ketakutan ketika Wonho bergeser mendekatinya. Namun, di sisi lain dia tidak ingin memaksa Changkyun mengingat semuanya secara terburu-buru. Dia tidak ingin menyakiti Changkyun karena masalah ini sama sekali bukan kesalahan Changkyun. Dia tidak ingin menyakiti Changkyun karena dia mencintainya, sangat mencintainya.
Pada akhirnya, Wonho hanya sanggup tersenyum tipis dengan tatapan mata yang sarat akan kekecewaan dan rasa sedih. Perlahan-lahan, ditariknya Changkyun ke dalam pelukan hangat, diusap kepalanya lembut penuh rasa kasih sayang. Changkyun tampak terkejut, tapi kemudian dia diam saja. Wonho harap Changkyun mau membalas pelukannya, seperti yang sebelumnya selalu dia lakukan—
—sebelum Changkyun melupakan segalanya.
[1/2]
to be continued.
halo, iKyun di sini~! jujur, saya sebenarnya ragu mau mem-post ini karena ... shipper wonkyun di indo jaraaaang banget. tapi gapapa sih nekat aja haha. saya sendiri makin cinta wonkyun semenjak nonton special clip white sugar (bcs they're too cute i cant)
rencananya fanfik ini akan dibuat dua chapter saja, jadi ... saya harap saya bisa menyelesaikan lanjutannya dengan cepat oho. lain kali saya mau buat jookyun lagi, atau mungkin pair lain (yang ada changkyun-nya) (heh) (maaf saya terlalu cinta changkyun) (bye)
makasih banyak buat yang sudah baca. pertanyaan, kritik, dan sarannya boleh banget loh!
