Disclaimer : Masashi Kishimoto

Sekuel fic Ren.

.

.

.

"Uhuk!" dengan cepat remaja laki-laki berusia lima belas tahun itu menyeka darah yang keluar dari mulut sang sang ibu. Lalu ia segera keluar dari kamar untuk mengambil handuk dan baskom agar ia bisa membersihkan sisa darah yang menempel di wajah anggun ibunya.

Sudah lebih dari dua bulan mantan medic-nin andalan Konoha itu terbaring lemah di tempat tidur. Ia mengalami kelumpuhan, syaraf dan beberapa bagian tubuhnya tidak berfungsi akibat racun ganas yang disuntikan Kabuto Yakushi saat mereka bertarung. Kini ia tak dapat melakukan apapun kecuali menggantungkan diri—dan hidupnya—pada anak semata wayangnya dan juga sahabat-sahabatnya.


"Ren-kun," erang wanita itu ketika merasakan tangan sang anak yang cekatan membersihkan sisa-sisa darah di sekitar mulutnya.

"Kaasan?"

Sakura menoleh, kemudian tersenyum lembut sambil membelai pipi pemuda tampan di depannya.

"Gomen. Sepertinya Kaasan merepotkanmu lagi."

Ren menggeleng. "Tidak. Aku akan jadi anak yang jahat kalau merasa kerepotan mengurusi kaasan-ku sendiri. Lagipula aku sangat menyayangi Kaasan."

Sakura tersenyum lemah mendengar perkataan Ren. Ia tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada hatinya, tiba-tiba ia ingin sekali menangis dan memeluk puteranya.

Dengan susah payah perempuan bersurai merah muda itu mencoba bangun dari posisi tidurnya, namun Ren segera menahannya.

"Kaasan tidak boleh banyak bergerak. Nanti penyakit kaasan makin—" pemilik onyx itu mendadak bungkam ketika sang ibu menariknya ke dalam pelukan hangat.

"Gomennasai Ren-kun, gomen. Kaasan terlalu banyak menyusahkanmu," Sakura terisak pelan di bahu Ren. Remaja itu tercengang dan tak mengerti harus berbuat apa.

"Kaasan, aku tidak pernah merasa susah atau kerepotan. Sungguh," tegas Ren mulai tak mengerti dengan sikap ibunya yang mendadak melankolis.

"Maafkaan Kaasan, karena tidak bisa memberikanmu kasih sayang keluarga yang lengkap."

Ren terkejut, tak biasanya sang ibu membahas tentang keluarga yang lengkap dan juga—

"Maafkan Kaasan, karena telah berbohong mengenai dirimu pada Tousan-mu."

—kalimat terakhir Sakura sukses membuat jantung chunin muda itu berhenti.

"T-Tousan?"

Sebagai shinobi muda yang memiliki tingkat kecerdasan di atas rata-rata, Ren mengerti apa yang dimaksud kaasan-nya tadi. Hanya saja kata Tousan terdengar begitu asing di telinganya, selama lima belas tahun hidupnya Ren tidak pernah tahu ataupun mengenal sosok Tousan yang selama ini ia rindukan. Kaasan-nya selalu menghindar jika ia ingin membahas hal tersebut.


Ren merasakan firasatnya buruk.

Malam ini pemuda berwajah kalem itu menghabiskan waktunya untuk mendengarakan celotehan riang Kaasan-nya mengenai sang Tousan –yang selama ini tidak pernah ia ketahui.

Dengan wajah sumringah perempuan beriris klorofil itu berkata, "Kautahu Ren-kun?"

"Hn?"

"Kau sangat mirip Tousan-mu."

Deg.

"Matamu," ucap Sakura lirih sambil menatap sedih pada iris kelam milik puteranya.

Ren diam. Ia tak tahu harus merespon seperti apa. Mendadak hatinya terasa ngilu saat melihat wajah sendu kaasan-nya yang makin pucat.

"—hidungmu—" Perlahan Sakura mendekatkan tangan ringkihnya ke wajah sang anak.

"..."
"—bibirmu—" dengan jemari kurusnya ia meraba bibir tipis anaknya. Seakan memastikan bahwa ia masih akan mengingat wajah itu, setelah mereka berpisah nanti.

"—wajahmu—" Ren menepis tangan ibunya pelan, entah kenapa hatinya terasa dan sakit gusar melihat kelakuan Sakura malam ini.

"Hentikan. Kaasan harus istirahat," tegasnya.

Sakura menggeleng. Ia mendongak menatap wajah tampan anaknya.

"Benar-benar mirip dia." Batinnya pilu.

"Kaasan."

"Ren-kun. Kaasan mohon, malam ini temani Kaasan mengobrol ya?" pintanya.

"Tapi Kaasan harus istirahat," sela Ren.

"Kaasan masih belum ngantuk."

"Kaasan."

"Ren-kun, ayoalah."

Ren terdiam sejenak. "Hn," sahutnya Kemudian ia mengangguk, tak tega melihat kaasan-nya yang terus memasang wajah memelas.


Ia tidak tahu, entah kenapa hatinya begitu sakit saat melihat perempuan itu tertawa lepas sambil berceloteh riang, bercerita tentang masa lalunya, kisah cinta segi tiga tim tujuh dan juga malam kepergian ayahnya.

Ren tidak mengerti, kenapa Sakura masih bisa memasang ekspresi seolah tak terjadi apa-apa saat bercerita tentang Sasuke yang beberapa kali hampir membunuhnya.

Pemuda berponi hitam itu mulai khawatir.


"Ren-kun?" panggil Sakura lagi sambil menoleh pada anaknya, yang masih duduk di kursi, di samping tempat tidurnya.

"Hn?"

"Apa kau masih ingat? Dulu kau pernah bertemu dengan Tousan-mu."

Onyx Ren melebar mendengarnya." A-apa? Pernah bertemu Tousan? Kapan?" Segera ditatapnya wajah letih kaasan-nya tuk mencari pembenaran. Sakura mengangguk.

"Kau pernah bertemu dengannya saat usiamu tiga tahun," lanjutnya. "Dan maaf kalau Kaasan tidak memberitahunya tentangmu. Maafkan Kaasan."


To be continue