Disclaimer : Persona 4/Arena/Golden punya ATLUS. Saya cuma numpang minjem karakternya aja.
Warning : OOC, OC, AU, mistypo, dan kawan-kawan. 1st Fanfic di fandom Persona Series.
Time Line : Setelah True Ending Persona 4.
Siang itu merupakan hari terakhirnya berada di kota kecil yang bernama Inaba, kota yang berada di daerah pinggiran salah satu perfektur di Jepang. Pemuda berambut keperakan itu tengah berdiri di depan sebuah kereta listrik yang siap mengantarnya pulang ke kota besar tempatnya berasal, Tokyo. Di depan si pemuda, terlihat sekumpulan pemuda-pemudi, plus seorang pria berambut hitam yang tengah menghisap rokok, seorang anak perempuan berambut coklat yang dikuncir pigtail, dan seorang pemuda berambut pirang. Mereka mengantar kepulangan sahabat terbaik (untuk para pemuda-pemudi), keponakan terbaik (untuk si pria penghisap rokok), kakak terbaik (untuk si gadis kecil berambut pigtail), dan sekaligus "sensei" terbaik (untuk si pemuda berambut pirang) bagi mereka. Setelah membungkuk dan mengucapkan terima kasih serta ucapan perpisahan kepada kumpulan tersebut, pemuda berambut keperakan itu bergerak memasuki kereta yang telah siap untuk berangkat meninggalkan stasiun Yasoinaba.
"Semoga selamat sampai rumahmu, Souji! Titip salam untuk orang tuamu!" Teriak si pria sambil tersenyum kecil, masih dengan rokok di mulutnya. Dojima Ryotaro, paman dari Seta Souji, berharap keponakannya dapat mendengarnya.
Lain halnya dengan sekelompok pemuda-pemudi sahabat Souji plus gadis kecil berambut pigtail dan si pemuda pirang, mereka berlari mengikuti kereta itu hingga meninggalkan stasiun. Mereka tahu kalau sahabat mereka itu masih berdiri di depan pintu kereta, memperhatikan sahabat-sahabatnya dengan tersenyum kecil.
"Selamat jalan, Partner! Jangan lupa hubungi aku kalau sudah sampai!" Teriak pemuda berambut oranye cerah, dengan headphone menghiasi lehernya, sambil berlari. Hanamura Yosuke, "Partner in Crime" Seta Souji selama di Inaba.
"Sampai jumpa lagi, Souji! Kalau kau kembali ke sini, kita berlatih bersama lagi!" Kali ini giliran gadis berambut bob dengan warna coklat susu. Satonaka Chie, "teman seperguruan" Seta Souji yang tomboy.
"Senpai! Kembalilah ke Inaba lagi secepatnya!" Teriak pemuda berambut putih, karena di-bleach, dengan model spike. Tatsumi Kanji, mantan preman sekolah yang suka menjahit, junior yang pernah diselamatkan Souji.
"Aku akan menunggu kedatanganmu kembali, Senpai!" Gadis berambut merah yang dikuncir twintail berteriak. Kujikawa Rise, idol yang untuk sementara menetap di Inaba, dan tentunya jatuh hati dengan senpai-nya yang berambut keperakan itu.
"Sampai jumpa, Senpai! Terima kasih karena telah membantu kami!" Teriak gadis maskulin berambut biru gelap pendek. Shirogane Naoto, gadis yang dijuluki "Detective Prince", yang memilih melanjutkan sekolahnya di SMA Yasogami setelah ditolong Investigation Team yang dipimpin oleh Seta Souji.
"Sensei! Terima kasih atas semua pengorbananmu!" Si pemuda berambut pirang tidak mau kalah dengan yang lainnya. Teddie, penghuni dunia di balik televisi yang tertarik dengan Seta Souji dan selalu siap melayaninya setelah mengetahui kemampuan "sensei"-nya itu.
"Big broooo!" Teriak gadis kecil berambut coklat pendek yang dikuncir pigtail. Dojima Nanako, gadis kecil yang sudah menjadi bagian keluarga Souji sejak ia tinggal di Inaba.
"Souji-kun! Aku… Kau pasti kembali lagi kan? Aku akan menunggu kedatanganmu kembali ke Inaba!" Terakhir, seorang gadis berambut hitam panjang berteriak, dengan sedikit terisak. Amagi Yukiko, calon penerus Penginapan Amagi yang juga dekat dengan Seta Souji, apalagi setelah ia ditolong pemuda itu. Perlahan tapi pasti, benih cinta mulai tertanam dan tumbuh di hatinya sejak saat itu.
Tidak lama kemudian, mereka tiba di ujung stasiun, membuat langkah mereka terhenti. Kereta listrik yang ditumpangi Souji mulai menjauhi Stasiun Yasoinaba, membuat kumpulan itu hanya bisa melihat kereta itu semakin menjauh. Meski begitu, mereka tetap menaruh harapan untuk dapat bertemu kembali dengan pemuda yang sudah setahun tinggal di Inaba itu.
"Yukiko, teriakkan saja. Siapa tahu Souji bisa mendengarnya." Kata Chie sambil menyikut pelan sahabat baiknya itu. Dia tahu kalau sahabatnya yang berambut hitam itu menyukai "leader" mereka yang berambut keperakan. Dan saat ini dia mencoba untuk mendukungnya.
Yang dikatakan Chie membuat Yukiko terkaget. Semburat merah terlihat menghiasi wajahnya yang putih mulus. "E-eh… Kau serius, Chie?! Tapi keretanya—"
"Sudahlah, yakin saja. Kesempatan hanya datang sesekali, Yukiko." Potong Chie, masih tetap berusaha meyakinkan Yukiko. Meski begitu, di dalam benaknya, sebenarnya dia sendiri tidak yakin dengan hal itu. Tapi… tidak ada salahnya kalau mencoba kan? "Siapa tahu dia benar-benar bisa mendengarnya…" Gumamnya, untuk kali ini Chie berharap Souji punya pendengaran super.
"Baiklah." Dengan wajah yang mulai memerah, Yukiko menarik napas dalam-dalam. Kemudian, ia berteriak dengan kencang,
"Souji-kun! Aku menyukaimu!"
Dan seluruh pengunjung stasiun dibuat kaget karenanya. Termasuk para anggota IT (kecuali Chie dan Yukiko) dan Dojima Nanako, yang ternganga karenanya. Begitu juga dengan Dojima Ryotaro, sampai rokok yang ada di mulutnya terjatuh. Satonaka Chie hanya terkikik geli, tidak menyangka kalau sahabatnya akan berteriak sekeras itu, sedangkan Amagi Yukiko hanya bisa terdiam dengan wajah yang sangat merah karena malu berat. Mungkin besok akan ada headline yang berjudul "Pernyataan di Stasiun Yasoinaba" menghiasi koran-koran yang dicetak di Inaba.
Persona 4 : After End
Chapter 1 : Beginning After End
Kereta listrik itu pun mulai menjauhi stasiun yang bernama Yasoinaba. Di dalamnya terlihat pemuda berambut keperakan masih berdiri di balik pintu kereta dari sejak kereta berangkat meninggalkan stasiun, seakan tidak rela meninggalkan kota yang sudah setahun berbagi berbagai kenangan dengannya. "Semuanya…" Gumam si pemuda pelan. Matanya terlihat menerawang ke arah luar jendela pintu kereta. Entah kenapa, semburat merah tampak di wajahnya. "Aneh… Rasanya aku mendengar Yukiko berteriak kalau dia… menyukaiku…" Gumamnya pelan, masih dengan wajah yang dihiasi semburat merah. "… Mungkin itu hanya perasaanku saja…" Tidak lama kemudian, pemuda itu bergerak menjauh dari pintu kereta untuk mencari tempat duduk yang kosong dan nyaman. Sayangnya, hampir semua tempat duduk di dalam kereta itu kosong, membuatnya bingung untuk memilih di mana.
Akhirnya pilihan jatuh ke salah satu tempat duduk yang terletak di dekat jendela. "Sekalian bisa melihat pemandangan di luar." Gumamnya sambil duduk di tempat duduk yang dimaksud. Pandangannya kini teralih ke luar jendela. "Satu tahun itu… benar-benar cepat… Rasanya aku baru kemarin tiba di Inaba…" Sambil memejamkan mata, ia mengingat kembali memori akan kenangan-kenangan yang dialaminya saat tinggal di Inaba bersama orang-orang yang ia sayangi. Namun, hal yang dilakukannya saat ini membuat dirinya tidak menyadari kehadiran seorang gadis berambut coklat dengan panjang sebahu yang dikuncir pigtail, yang duduk tidak jauh dari tempat duduk yang Seta Souji tempati. Gadis itu, entah kenapa, tidak melepas pandangannya dari si pemuda selama beberapa saat. Kemudian mengalihkan pandangannya ke jendela di sebelahnya sebelum Souji membuka matanya kembali.
Gelapnya malam mulai menyelimuti langit hari itu. Kereta listrik yang ditumpangi Souji masih setengah perjalanan untuk mencapai Tokyo. 'Mungkin sekitar jam 5 pagi aku baru bisa sampai di sana.' Batin pemuda itu sambil menyenderkan badannya ke tempat duduk yang ditempatinya, berusaha merilekskan diri. Meski begitu, Souji menyadari ada yang memperhatikan dirinya. Seorang gadis berambut coklat dengan panjang sebahu yang dikuncir pigtail, sesekali tertangkap oleh pandangan Souji ketika si gadis menatapnya dari tempatnya duduk yang tidak jauh dari dirinya. 'Siapa gadis itu? Sepertinya ia memperhatikanku dari tadi.' Batin Souji penasaran. Kini ia mencoba menolehkan pandangannya untuk melihat gadis itu, yang sepertinya kini telah tertidur. 'Aneh… Kenapa aku merasa begitu mengenalnya? Padahal baru kali ini aku melihatnya…' Lanjutnya sambil sedikit mengamati si gadis rambut coklat untuk beberapa saat. "Mungkin orang yang tidak kukenal tapi sering kulihat di Inaba." Gumam Souji, menyudahi pengamatannya dan mulai memejamkan mata untuk tertidur. Tanpa disadarinya, gadis berambut coklat itu membuka matanya kembali, dan kali ini bergerak mendekatinya dengan perlahan.
Kereta pun masih tetap melaju dengan kencangnya. Tidak jauh dari jalur kereta itu melaju, terlihat siluet laki-laki tengah berdiri tepat di atas jalur lintasan rel yang akan dilalui oleh kereta yang ditumpangi Seta Souji. Laki-laki misterius itu terlihat menyeringai, dan kemudian berkata,
"Per—" Kereta melaju mendekati lintasan di mana laki-laki misterius itu berdiri.
"so—" Kereta semakin mendekat.
"na." Kereta hanya tinggal berjarak sekitar 50 meter dari si laki-laki misterius.
Kemudian dari balik tubuh laki-laki itu, muncul sosok bersayap yang terlihat sedang berdiri mengambang di udara. Terlihat seringai di wajah sosok itu, sama seperti seringai yang diperlihatkan si laki-laki misterius. Laki-laki itu kemudian memerintahkan sosok itu melakukan sesuatu dengan berkata,
"Bufudyne."
Sosok itu kemudian menggerakkan tangan kanannya, masih dengan seringai di wajahnya, membuat sebuah bongkahan es raksasa tiba-tiba muncul tepat di tengah lintasan rel. Kemudian sosok bersayap itu menghilang dan si laki-laki misterius masih tetap berdiri di atas jalur lintasan kereta, tepat di belakang tempat bongkahan es raksasa berada, sambil berkata, "Selamat menikmati perjalanan menuju kematian, The Fool of Light." Seringai masih tetap menghiasi wajahnya.
Bersamaan dengan itu, kereta listrik yang ditumpangi Souji siap menabrak bongkahan es yang muncul tiba-tiba. Sang masinis menyalakan alarm peringatan tanda bahaya yang sekaligus mengaktifkan rem otomatis dan juga berusaha menghentikan laju kereta dengan rem manual. Namun pengaktifan rem otomatis dan rem manual seakan percuma karena waktu yang sangat tidak mencukupi, jarak yang tersisa hanya tinggal belasan meter dari bongkahan es raksasa itu. Hal yang selanjutnya terjadi bisa ditebak. Bagian depan kereta tempat masinis berada mulai hancur karena menabrak bongkahan es raksasa itu dan sang masinis bisa dipastikan tidak selamat, diikuti dengan gerbong-gerbong di belakangnya. Gerbong paling belakang yang ditempati Souji hanya tinggal menunggu waktu.
"Hei! Bangun!" Teriak gadis berambut coklat sambil mengguncang-guncang tubuh Souji, berusaha membangunkannya. Dan Souji pun terbangun dengan sedikit kaget.
"Ada apa?! Ini suara alarm peringatan kereta kan?!" Kata Souji yang terkaget karena dibangunkan secara paksa oleh orang yang tidak ia kenal dan mendengar suara nyaring alarm kereta.
"Cepat ikut aku! Kalau kau diam di sini, kau bisa mati!" Gadis itu tanpa persetujuan Souji langsung menarik lengannya, membawa mereka berdua menuju pintu evakuasi yang terletak di ujung gerbong. Kemudian, gadis itu mencoba mendobrak pintu evakuasi namun gagal. Dia pun kemudian menoleh ke arah Souji. "Dobrak." Katanya singkat.
"Hnn? Maksudmu?" Tanya Souji bingung.
"Kau tidak mengerti bahasa Jepang ya?! Dobrak pintu ini! Atau kau mau kita berdua mati konyol di dalam kereta yang siap hancur hanya dalam beberapa detik ini?!" Bentak gadis itu, terlihat panik sekaligus kesal dengan Souji yang entah kenapa jadi agak lamban, mungkin karena baru bangun tidur.
"I-iya!" Souji pun langsung mendobrak pintu evakuasi. Dobrakan pertama gagal, begitu juga dengan yang kedua. Dengan dobrakan yang ketiga, pintu evakuasi berhasil terbuka. "Ayo!" Souji langsung menarik tangan kanan si gadis rambut coklat, membuat wajahnya sedikit merona. Kemudian mereka berdua langsung melompat dari bagian belakang kereta, menyelamatkan diri. Bertepatan dengan itu, gerbong paling belakang yang tadinya tempat Souji terlelap, hancur di mulai dari bagian depan gerbong diikuti bagian belakangnya. Tepat setelah seluruh bagian kereta listrik itu hancur, bongkahan es raksasa itu menghilang tanpa jejak dalam sekejap, begitu juga dengan si laki-laki misterius yang sebelumnya berdiri di balik bongkahan es raksasa. Souji dan si gadis pun berhasil selamat dengan mendarat di rerumputan dekat lintasan rel. Sayangnya, Souji tidak sadarkan diri karena kepalanya terbentur agak keras dengan tanah.
"Aku mau menikah dengan Big bro!"
Dojima Nanako berteriak dengan lantang. Souji hanya bisa tersenyum geli mendengarnya.
"Nanako, kamu ada-ada saja." Kata si pemuda berambut keperakan sambil mengusap rambut coklat sepupunya itu.
"Tapi—"
"Big bro pergi dulu, Nanako. Masih ada yang harus Big bro temui hari ini." Potong Souji sambil berjalan meninggalkan sepupunya yang wajahnya terlihat sedih. Namun celakanya, pemuda itu jatuh terpeleset dengan kepala menyentuh tanah terlebih dulu. Nanako yang melihatnya langsung meneriakinya,
"Big bro!"
"Big bro!"
"Big bro!"
"Big bro!"
Teriakan itu menyadarkan Souji dari pingsannya. Ia pun langsung mendudukkan tubuhnya yang sebelumnya tengah berbaring. Dilihatnya si gadis berambut coklat tengah menangis, sepertinya karena dirinya yang tidak sadarkan diri. "Hei, aku sudah sadar." Kata Souji sambil mengusap bagian atas kepalanya yang terasa sakit.
Gadis itu pun langsung menoleh ke arah Souji, masih dengan air mata yang mengalir di pipinya. Dengan tersenyum gembira karena pemuda di hadapannya ternyata sudah sadar, ia langsung memeluk Souji dengan erat. "Big bro! Big bro!"
"H-hei! Lepaskan!" Dengan wajah yang memerah, Souji berusaha melepaskan pelukan erat si gadis rambut coklat.
Sadar akan hal itu, gadis itu langsung melepaskan pelukannya, rona merah terlihat menghiasi wajah manisnya. "M-maaf… Aku terlalu senang…" Katanya, sedikit malu dengan tindakan yang ia lakukan sebelumnya.
Tanpa basa-basi, Souji langsung menanyakan hal yang cukup penting. "Kau siapa? Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"
Gadis berambut coklat dengan panjang sebahu yang dikuncir pigtail itu langsung tersenyum manis, membuat Souji agak salah tingkah. "Apa Big bro benar-benar tidak mengenaliku?" Tanyanya balik, mencoba membuat Souji menyadari siapa dirinya.
Souji berusaha berpikir keras. 'Mana mungkin aku mengenalnya.' Batin Souji bingung, tapi kemudian ia tersadar akan sesuatu. 'Tunggu… rasanya aku kenal suara gadis ini, dan juga… hanya ada satu orang yang memanggilku Big bro… Tapi tidak mungkin itu "dia" kan?' Seakan tidak ada pilihan lain, Souji mencoba menebak siapa gadis itu. "Kau… Nana… ko?" Kata pemuda berambut keperakan itu tidak yakin, karena "Nanako" yang dimaksud olehnya adalah sepupunya yang masih SD dan baru saja ia tinggalkan di Inaba. Sedangkan gadis yang ada di depannya saat ini, terlihat seperti gadis SMA yang seumuran dengannya.
Gadis itu mengangguk, sambil tersenyum dan masih mengeluarkan air mata dari kedua bola matanya.
"Tidak mungkin…" Gumam Souji, tidak percaya dengan sosok gadis di depannya yang juga adalah Nanako. 'Memang dia sangat mirip dengan Nanako, tapi… Nanako masih SD dan pasti berada di Inaba… kecuali…'
Gadis itu kemudian memeluk Souji lagi. Souji bisa merasakan tetesan air mata gadis berambut coklat itu di pundak kanannya. Saat memeluk si pemuda berambut keperakan dengan erat, gadis itu berkata,
"Iya, Big bro… Ini aku… Dojima Nanako…
.
.
.
Dojima Nanako dari masa depan."
Dan kali ini Souji yang dibuat ternganga.
A/N :
Good.
Chapter One is done.
Ahahahahahaha (tertawa ala Laharl dari Disgaea, salah satu game keluaran ATLUS favorit saya), akhirnya nulis ini juga.
Seperti yang tertera di atas, ini fanfic pertama saya di Fandom Persona Series. Jadi agak sedikit khawatir dengan respon para reader sekalian.
Di fanfic ini saya akan mencoba membuat beberapa kejutan, yang salah satunya adalah datangnya Dojima Nanako dari masa depan seperti isi chapter 1 ini. Alasan datangnya ke masa lalu dan bagaimana akan ada di Chapter 2.
Sekedar spoiler, saya berencana membuat Dojima Ryotaro memiliki personanya sendiri. Semoga saja bisa terwujud dalam fanfic ini.
Well, sekian dari saya untuk chapter 1 ini. Maaf kalau saya ada kesalahan penulisan dan kesalahan lainnya di dalam fanfic ini. Saya juga minta maaf kalau saya akan sedikit lambat untuk meng-update fanfic ini.
Semoga reader sekalian puas dan bersedia memberi saya masukan berupa review atau pun flame (kalau bisa flame yang bersifat membangun).
Terima kasih
