Haruno Sakura, dia cantik, pintar, populer. Dia bilang sudah pacaran berkali-kali. Dia selalu memberikan solusi kepada teman-temannya. Dia lah yang sering di juluki Afrodit. Tapi kenyataannya. Dia tidak pernah pacaran.
Title: Pacar Sewaan
Rated: M
Pairing: Haruno Sakura & Uchiha Sasuke
Disclaimer: Kishimoto Masashi
Author: Kaho
WARNING
Gaje, Typo(s) beterbangan, Garing, OOC, Tidak suka Terserah kalian.
"Ohayo!"
"Ah, ohayo Rika-chan."
.
.
"Wah aku lupa ngerjain PR."
"Eh...?"
.
.
"Sudah dikasih nih jadinya?"
"Um.. sudah kemarin."
.
.
"Ah... Sepertinya kau harus minta pendapat darinya."
"Mungkin kau benar. Aku akan menemuinya nanti."
.
.
.
"E..ee ano, maaf Haruno-senpai."
Gadis berambut pink yang sedari tadi sibuk membaca meletakkan bukunya. Mata besarnya mendongak. Memperhatikan siswi yang sedang berdiri dihadapannya dengan wajah bersemu merah. Ia mendengus sambil melepas kacamata bacanya, menaruhnya di buku bertuliskan Biologi yang sempat ia baca tadi.
"Kau sedang menyukai seseorang bukan?" Sakura melipat kedua tangannya lalu menyandarkan punggungnya di sandaran kursi.
Siswi yang berdiri dihadapannya langsung terlihat terkejut. Sakura tersenyum.
"Kau pasti berfikir, darimana aku tahu, bukan?" lagi-lagi perkataan Sakura membuat siswi itu terkejut.
Siswi berambut pirang itu mengangguk. Sakura menyeruput es jeruk yang sempat dia pesan, menunggu perempuan dihadapannya untuk kembali bicara.
"I-iya."
Sakura yang seolah mengerti dengan tujuan perempuan itu kembali tersenyum, "Duduklah."
Suasana di kantin yang terletak di sudut sekolah itu hening sesaat. Memang hanya ada mereka berdua –juga penjaga kantin- yang tersisa. Jam-jam seperti ini biasanya semua siswa-siswi akan pergi untuk belajar di kelas. Hanya saja, Sakura memang tidak suka untuk tinggal di dalam kelas dalam kurun waktu yang terlalu lama.
"Jadi apa yang kau inginkan?" tanya Sakura.
Gadis berambut pirang itu memainkan jari-jarinya, senyum simpul terukir di wajah ayu-nya. "Bisakah, Ha-haruno-senpai membantuku?"
Sakura memutar bola matanya, seolah sedang berfikir keras. Ia lalu mengangguk.
.
.
.
"Aiiihhh~ remaja sekarang-sekarang ini yang dipikir hanya soal cinta cinta cinta melulu." Sakura memijit pelipisnya kesal, "Memangnya sekolah hanya untuk dapet pacar?"
Perempuan soft pink itu terus melangkahkan kakinya. Menggumam tentang para remaja yang berada di sekolahnya. Dia heran, kenapa mereka mampu diperdaya oleh sesuatu bernama cinta? Apa itu cinta? Kenapa untuk soal cinta mereka selalu bersemangat, tapi untuk urusan prestasi mereka terkesan malas-malasan.
Tapi kalau Sakura membenci hal semacam itu, kenapa ia mau, bukan hanya mau tapi juga sudi memberikan tips kepada mereka yang membutuhkannya. Padahal dia sendiri NOL besar dalam hal-hal menyangkut percintaan atau semacamnya. Bagaimana mungkin orang yang tidak mempunyai pengalaman semacam itu mampu memberi solusi kepada orang lain?
Yah, Haruno Sakura, si Afrodit yang terkenal dikalangan para siswi memang bodoh dalam hal semacam itu. Ciuman, bahkan cinta pertama pun ia tak pernah merasakannya. Ia sendiri bingung, apakah ada yang salah dari dirinya? Apakah dia sendiri yang tidak normal?
4 tahun lalu, Sakura bukanlah gadis populer seperti sekarang ini. Ia memang sudah pintar sejak dulu, namun kesibukannya yang selalu berkutik di perpustakaan membuatnya terkesan kuper, jangankan sahabat, orang yang mau mendekatinya pun enggan. Dia tak pernah bisa mengimbangi obrolan teman sekelasnya. Omongan Sakura sendiri dianggap terlalu serius dan susah di mengerti. Maka dari itu, kebanyakan teman sekelasnya menghindar.
Dan sejak saat itu lah Sakura memutuskan untuk berubah, merubah cara bicaranya, Ia belajar memahami remaja dari berbagai sumber. Ia membeli buku-buku tentang kehidupan remaja seusianya. Kadang ia mampir ke perpustakaan yang terletak di pusat kota hanya untuk membaca novel bertemakan cinta. Sesuatu seperti ini sangatlah asing bagi Sakura yang memang tidak tertarik dengan hal-hal aneh seperti ini. Tapi demi merubah image masa lalunya, ia bertahan hingga terlahirlah Haruno Sakura yang sekarang ini. Meski dia terkenal dengan keahliannya dalam urusan asmara, tapi sungguh, dia sendiri tidak tahu apapun.
Sakura menghentikan langkah kakinya saat tepat berada di sebuah toko. Diperhatikannya barang-barang yang dijual disana.
"Hari valentine akan tiba." Sakura menggembungkan pipinya, "Aku akan sibuk pasti."
.
.
.
BRUK
Sakura menghempaskan dirinya kekasur kesayanganya. Hingga akhirnya ia membuka laptop-nya untuk mengecek email yang mungkin saja masuk.
Em-ema—em-e-e-e-e-e-e-e-e-e-e-e-e-e-e-e-e-email.
Sakura membelalakkan matanya saat puluhan email menyerbunya. Dia langsung bangkit duduk dan membuka email-email tersebut, Sakura segera mengeluh keras karena yang ia dapati hanyalah email dari para remaja yang sedang mabuk cinta.
"Ahhhh!" dia mengacak rambutnya, "Email sebanyak ini hanya ngomongin soal valentine? Yang benar saja!"
Sakura menggerak-gerakkan kursornya hendak menghapus semua spam itu, namun ia berpikir kembali. Jika ia menghapusnya, semua yang mempercayainya akan kecewa, terlebih lagi nanti dia tidak akan sepopuler sekarang. Tidak! Aku tidak ingin sendirian lagi.
Sakura akhirnya mengurunkan niatnya dan mulai membalas email tersebut satu persatu. Saat ia tahu, dia sadar bahwa email terakhir bukanlah tentang valentine.
"Apa? Yang benar saja?"
.
.
.
"Bagaimana, Sakura?" tanya perempuan pirang berkuncir kuda, sahabat Sakura.
"Apanya?" Sakura balik bertanya.
Ino, sahabat Sakura mendesah sebal, ia lalu menarik kursi didepan meja Sakura dan mendudukinya. "Email-ku kemarin. Kau sudah baca kan?"
Sakura mengernyitkan dahinya, mengingat email terakhir yang ia baca, "Oh soal kencan itu?"
Ino mengangguk cepat. Sakura nyeruput juice strawberry-nya. "Kita triple date yuk. Hinata juga ikut."
BRUSH!
Sakura menyemburkan juice strawberry-nya lantaran kaget. "Hn?"
Seolah tak mengerti Sakura menampakkan wajah bingungnya.
"Ayo lah Sakura, kau selalu saja kencan sendirian dengan pacarmu itu. Sekali-kali tolonglah kenalkan dengan kami." Ino mengerucutkan bibirnya. "Nggak adil tauk!"
"A—ano, tapi.."
"Dia sibuk? Dia sedang ada acara dengan keluarganya? Ayolah Sakura, kau selalu bilang begitu setiap kali kau kami suruh mengenalkan pacarmu."
SIAL! Bagaimana bisa dia terjebak sandiwaranya sendiri? Dia memang sudah menebak akan ada kejadian semacam ini, tapi tidak dikira sangat secepat ini.
"Sakura..." Ino menggenggam tangan Sakura, dan memandangnya dengan tatapan memohon.
Sakura mendesah berat sebelum akhirnya ia mengiyakan ajakan sahabatnya itu.
"Ah~ terima kasih Sakura!"
Sakura tersenyum pahit.
.
.
.
"Akh!" Sakura bergulung-gulung di kasurnya.
Bingung benar-benar bingung. Kenapa dia dulu tidak bilang kalau pacarnya tinggal diluar negeri? Kenapa malah bilang kalau pacarnya beda sekolah? Sekarang kejadian kan? Memangnya mudah mencari pacar dalam waktu kurang dari seminggu?
"AKHHH!" lagi-lagi Sakura geram. "Aku bahkan tidak mempunyai kenalan pria. Bagaimana bisa aku mencari pacar. Andai saja ada yang mau menjadi pacar sehariku.."
Tik
Tik
Tik
"Tu—tunggu dulu!" Sakura lalu bangkit dan menyalakan komputer di mejanya.
Tak lama setelah itu senyuman mengembang di wajahnya, ia buru-buru menulis sesuatu yang baru ia temukan.
Sakura saat ini sedang berada di depan sebuah rumah besar. Di lihatnya papan di samping gerbang itu, lalu mencocokkannya dengan tulisan yang berada di kertas yang sedang ia pegang. Ia lalu mengangguk mantap.
Seusai dipersilakan masuk dan duduk, Sakura mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan. Ah tempat yang besar.
"Ehem!" Seseorang yang sudah duduk di hadapan Sakura berdehem.
"Eh.." Sakura menggaruk kepalanya, "go—gomen hehe."
Pemuda ganteng berambut hitam dengan dua goresan diwajahnya mengangguk. "Tak apa. Jadi kau kesini untuk menyewa pacar?"
"Eh eto.. Hai."
"Kau yakin?"
Sakura bingung, tapi dia segera mengangguk mantap. "Um! Saya yakin."
"Baiklah." Pemuda itu lalu menepuk tangannya. "Pilihlah diantara mereka yang kau suka."
Sakura melirik saat lima pemuda muncul dari belakang Itachi –tahu dari papan nama- dan lalu berjejer. Perempuan soft pink itu mengernyitkan dahinya.
"Yang pertama itu namanya Deidara." Kata Itachi sambil menuding kearah –semi- pemuda berambut pirang yang memakai setelan kaos pink setengah badan dengan celana ketat hijau.
Alay! Pikir Sakura.
"Cih! Yang benar saja? Masa' anak SMA?" Deidara bersungut-sungut. "Ita-chaaan~"
Sakura jawdrop saat ngeliat pemuda alay itu malah gelendotan di tangan Itachi. Itachi mendengus. "Pantas saja kau tidak ada yang menyewa." Kata Itachi.
"Biar saja!" Deidara monyong.
"Baiklah yang kedua ada, Pain."
Sakura bergidik ngeri saat menghitung jumlah tindikan yang ada di wajah pemuda bernama Pain itu.
"A—ano." Sakura berbisik.
"Hn?"
"A—apa dia seorang preman? Kok tindiknya banyak begitu?"
"Ehem! Masalah kalo tindik gue banyak?" Pain berkacak pinggang.
"Ti—tidak! Su—sumimasen."
Itachi kembali mendengus. "Kalau begitu kau sebutkan saja kriteria yang kau inginkan."
Sakura menyandarkan punggungnya di kursi, "Errr.. Dia harus tampan, tinggi, dia setidaknya terlihat seumuran denganku. Dan romantis tentunya."
"Hmm... Baiklah." Itachi ikutan nyenderin punggungnya, "Sasuke, keluarlah!"
Sakura memainkan jari-jarinya sembari menunggu orang yang bernama Sasuke itu untuk keluar. Tak lama setelah itu pemuda lain yang tidak ada di barisan ikut nimbrung. Iris hijau cerah itu menatapnya lekat, benar-benar kriteria yang dia sebutkan tadi ada dalam dirinya, minus apakan dia romantis atau tidak. Sakura meneguk ludahnya. Sasuke yang muncul belakangan terlihat anteng dan kalem, kaos hitam berlengan tanggung, juga jeans biru donker sangat cocok. Kulitnya yang putih itu begitu terlihat mencolok, mata yang tajam dengan iris hitam kelam yang sedari tadi menatapnya benar-benar memabukkan.
"Itu adikku Uchiha Sasuke. Untuk sekarang ini dia yang paling banyak diminati. Sebenarnya aku ingin menyimpannya dulu karena kelima orang tadi belum juga laku. Tapi untukmu aku beri deh." Itachi tersenyum.
"Hontoni?" Sakura terlihat sumringah, "Ano, apa dia romantis?"
Itachi melirik kearah Sasuke. "Dia penuh dengan kejutan."
Sakura semakin tampak berbinar-binar, "Aku ambil dia!"
"Baiklah. Mari akan kubacakan peraturannya." Kata Itachi sambil membuka buku dihadapannya, "Peraturan pertama, Minimal menjadi pacarnya selama 1bulan, jika kurang dari itu putus tidak berlaku, dan maksimal pacaran selama 3bulan. Jika lebih, kau harus membayar denda. Kedua, Pacar akan selalu menjemputmu saat pergi dan pulang sekolah. Selama pacaran penyewa yang harus membayari setiap pergi kencan. Ciuman diperbolehkan. Seks sangat dilarang, pacar sewaan hanya melayani oral. Blablabla..."
Sakura manggut-manggut, meski ia tak tahu apa yang di maksud dengan oral itu sendiri.
Sakura mengayun-ayunkan lengannya bangga. Ia lalu mengangkat tangannya memperhatikan selembar foto disana. Foto bergambar dirinya dan pacar sewaannya. Ia lalu memasukkannya kedompet, menjaganya agar tidak lusuh. Besokkan mau dipamerin.
.
Haruno Sakura, 18 tahun. Akhirnya punya pacar.
.
.
.
"Wuaaaahhhh!" para siswi yang ikutan melongok foto di genggaman Ino terpukau. Sedangkan Sakura sendiri hanya melipat tangannya dan memancarkan raut wajah bangga.
"Ga—ganteng banget, Sakura." Kata Hinata, sahabat Sakura lainnya.
"Haruno-san memang nggak salah kalau di panggil dewi amore. Habis pacarnya seganteng ini sih." Puji salah satu sisiwi.
"Um! Aku jadi iri deh." Sahut yang lainnya.
Sementara para siswi ribut-ribut, salah seorang yang berada di jendela berkomentar, "Waaahh.. Tampan sekali!"
Para siswi yang kalau denger kata tampan seperti kayak ibu-ibu dapet obralan langsung bejubel di jendela.
"Eh, itukan pacar Haruno-san."
Sakura menoleh kearah gerombolan tersebut.
"Sa-sakura-chan, itu pacarmu." Kata Hinata.
Hah?
Sakura langsung buru-buru berlari untuk ikutan berjubel. Dibawah sana Sasuke yang sedang bersandar di mobil lexus-nya mendongak. Sasuke yang saat itu mengenakan seragam SMA lain melambaikan tangannya sambil mengukir senyum.
"GYAAAAAAAAAA!" teriak para siswi itu histeris.
Sakura memerah.
"Kau tunggu apalagi? Sudah turun sana!" Ino mendorong-dorong Sakura.
"E, i—iya."
Sakura berjalan ragu kearah pacar barunya itu. Dia terlihat ramah. Pasti tidak apa-apa.
Sakura berlari berjingkat menuju pemuda yang masih mengukir senyumannya.
"Ah, Sasuke-ku..."
"Kau ini lama sekali, aku hampir matang berdiri disini!" ujar Sasuke masih mempertahankan senyum palsunya.
"Heeee?"
"Sudah masuk sana!" dengan sedikit kasar Sasuke mendorong tubuh Sakura kedalam mobil. Ia membalikkan badannya hanya untuk melambai kearah siswi yang sedari tadi memperhatikan mereka.
"Ah! Sial!" Sasuke segera menyalakan AC mobilnya. "Kalau tau begini aku menolak saja."
"Heeee?" Sakura bingung.
Sasuke menoleh, "Lupakan saja. Sekarang kita mau kemana?"
"A—aku tidak tahu."
Sasuke mendengus lalu segera menjalankan mobilnya. Disepanjang jalan Sakura terus saja melirik kearah Sasuke, pemuda yang baru saja disewanya. Dia sendiri bingung, kata Itachi dia ini romantis. Apanya yang romantis?
"Ah! Bagaimana bisa Itachi itu menyewakanku pada perempuan sepertimu ini."
Sakura menoleh. "Maksudnya."
CIIT!
Sakura sedikit terdorong saat mobil yang ditumpanginya mendadak berhenti.
"Lihat dirimu." Ujar Sasuke.
"Apanya?" Sakura memperhatikan tubuhnya sendiri.
"Kau pendek. Aku bahkan tidak bisa membedakan mana yang punggung, mana yang dada." Sasuke terkekeh.
"A—apa?" wajah Sakura langsung memerah kesal.
"Apanya yang apa? Memang benarkan?" Sasuke melipat tangannya.
Sakura melirik kearah dadanya, ugh! Sialan dia benar!
"Seharusnya aku kencan dengan gadis seumuranku, bukan tante-tante sepertimu!"
Huh! Tante-tante dia bilang?
"Kau pikir umurmu berapa sampai berani memanggilku tante?"
"15."
Tik
Tik
Tik
"HEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEE?!"
.
.
.
"Apa-apaan ini?! Masak aku pacaran sama bocah ingusan sih?!" Sakura membanting tasnya.
Sakura lalu mengambil handphone di dalam tasnya.
"Mo—moshi-moshi. Itachi-san! Kok kamu tidak bilang kalau si Sasuke itu masih pelajar SMP?" Sakura langsung memberikan semprotannya.
"Memangnya masalah besar kalau aku masih SMP?"
"EhHH! Si—siapa ini?"
"Kau pikir siapa?"
"SA—SASUKEEEEE?!"
-PIP-
Buru-buru dia menekan tombol untuk mengakhiri percakapannya. Sial benar, kenapa dia begitu ceroboh sih. Mentang-mentang keliatan dewasa main comot saja. Sekarang harus terima nasib, sebulan pacaran sama berondong nyebelin.
Drrrttttt~
"Ah?" Sakura mengangkat handphonenya. "e-mail?"
-pip-
From: Sasuke-kun
To: Sakura
Apa maksudmu tadi? Kau mau mengadu dengan Itachi?
HAH?
"Dasar bocah!"
Drrrrttt~
-pip-
From: Tante
To: Sasuke
Iya! Aku tidak berniat menyewa bocah ingusan!
NYUT
Sasuke dapat merasakan perempatan mampir di jidatnya.
From: Sasuke-kun
To: Sakura
Huh! Memangnya aku sendiri sudi kencan dengan tante-tante payah sepertimu?!
NYUT
Kini giliran jidat Sakura yang ditempeli perempatan.
From: Tante
To: Sasuke
Sasuke-kun menyebalkaaaaaannn!
Sasuke terkekeh mengamati email dari pacarnya itu. Apalagi membayangkan raut polosnya saat marah. Sepertinya akan asyik jika bermain dengannya.
"Arrgh! Bagaimana bisa dia menyebutku seperti itu?" Sakura menggigit handphonenya.
.
.
.
PIM PIM PIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIMMM!
Sakura yang sedang pulasnya tidur segera berjingkat kaget mendengar keributan atau dengan kata lain mendengar suara klakson mobil yang begitu kerasnya. Ia melirik kearah jamnya, masih jam 6 pagi. Dengan mata yang masih belekan dia membuka tirai jendela kamarnya, melongok keluar dan mencari tahu bedebah mana yang memainkan klakson pagi-pagi begini.
"Sampai kapan kau mau tidur hah?" Teriak Sasuke.
"Sa-sasuke-kuuuuuun?!"
-kreeek-
"Silakan masuk." Ujar Sakura sebal setelah membukakan pintu rumahnya.
"Baiklah kalau kau memaksa." Kata Sasuke sambil berjalan kedalam rumah yang tak terlalu besar itu.
Me-memang siapa yang memaksamu?
"Kau tinggal sendirian ya?" tanya Sasuke, ia lalu menghempaskan bokongnya di sofa yang berada di ruang tamu.
"Ya." Jawab Sakura sambil membuatkan minum.
"Ayah dan ibumu kemana?" tanyanya lagi sambil mengedarkan pandangannya.
"Ayahku sudah meninggal, ibuku pergi keluar kota." Kata Sakura sambil meletakkan secangkir teh di hadapan Sasuke.
"Oh." Sasuke mengangguk.
"Ada urusan apa ya?" tanya Sakura sinis.
"Memangnya tidak boleh kalau aku mengunjungi pacarku sendiri?"
"Cih! Katanya kau tidak sudi." Gumam Sakura.
"Kau tadi ngomong apa?"
"Bukan apa-apa."
Sakura mengamati pemuda, eh bukan! Bocah di hadapannya dari ujung kaki sampai puncak rambutnya. Rasanya tidak percaya kalau dia masih berusia 15 tahun. Sakura mencibir.
"Jadi sudah berapa kali kau pacaran?" tanya Sakura.
"Hn? Entahlah, aku tidak pernah menghitungnya."
"Kalau ciuman?"
"Aku sudah lupa. Kau sendiri?"
"Begitu juga denganku." Jawab Sakura sombong, padahal dalam hatinya dia menangis. Bagaimana bisa dia kalah dengan bocah tengil itu?
"Pulang sana."
"Tidak mau!"
"Aku mau mandi."
"Mandi saja sana."
Sakura menarik nafasnya dalam mencoba untuk tidak terpancing emosi. Ia lalu bangkit dan melengos meninggalkan Sasuke sendirian diruang tamu. Sementara gadis pink itu mandi, Sasuke mulai berjalan menjelajahi setiap ruangan di rumah itu. Ruangan yang penuh dengan polesan berwarna pink, perabotan kayunya sengaja di cat berwarna putih. Sangat lembut.
-klek-
Sasuke mengintip dari balik pintu, dan diedarkannya kembali pandangannya. Ia perlahan-lahan masuk keruangan yang di ketahui adalah kamar Sakura. Sasuke bisa mendengarkan bunyi kecipak dari dalam kamar mandi di kamar itu. Makanya dia harus berhati-hati agar Sakura tidak memergokinya.
Sasuke mengambil bingkai di meja di samping tempat tidur, menatap gambaran Sakura yang tersenyum ceria.
"Dasar dia itu." Sasuke lalu mengambil selembar foto dari dompetnya. Dan memasukkannya dalam bingkai tersebut. "Begini kan keren."
Selesai menjelajahi meja buku milik Sakura ia beranjak menuju almari yang berada di sudut. Ia membukanya dan meneliti setiap isi darinya. Sasuke mulai mendengus geli saat menemukan pakaian dalam terjejer rapih. Eh, tunggu!
Sasuke mengambil diary bercorak kupu-kupu itu. Dibukanya satu persatu lembarannya. Membaca semua rahasia yang tertuang di dalam buku mungil di tangannya.
"Kau belum pulang juga?" kesal Sakura saat dia masih melihat si Uchiha tiduran di sofanya.
"Lama amat! Aku sudah menunggumu tau!" Sasuke melirik.
"Si—siapa suruh kau menungguku?" Sakura membanting bokongnya ke sofa.
"Mandi atau masturbasi?" Sasuke sengaja menekankan kata terakhir.
"Ma—mas apa tadi?"
"Masturbasi. Kau tidak tahu?" Sasuke bangkit dan duduk di samping gadis bubble gum yang masih kebingungan. "Katanya sudah pacaran berkali-kali. Kok, masih belum tau?" cibir Sasuke.
"A—aku tau kok!"
Bohong!
"Seberapa sering kau melakukannya?"
"Eh? E—e setiap hari."
Menarik.
"Lain kali ku bantu ya?" Sasuke menyeringai.
"Te—tentu saja."
Kena kau!
.
.
.
"Bagaimana hari minggumu kemarin? Katanya dia main ketempatmu ya?" tanya Ino disambut anggukan antusias siswi lainnya.
"Pastinya." Kata Sakura bangga. "bahagi..."
Drrrttt~
-pip-
"Ah dari Sasuke-kun." Kata sakura.
"A—apa katanya?"
From: Sasuke-kun
To: Sakura
Hari ini kubantu kau ber masturbasi ya.
"Apa katanya?" ulang siswi lainnya.
"Katanya hari ini dia mau membantuku bermasturbasi." Kata Sakura sumringah.
"HAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHH?!"
"Sa—sakura-chan sungguhan?" tanya Hinata meyakinkan.
"Tentu saja. Kenapa tidak?"
.
.
.
"Sasu—"
"Sudah masuk saja." Ujar Sasuke memotong ucapan Sakura. Sakura mencibir.
Sasuke lalu melajukan mobilnya.
"Mau melakukannya dimana?"
"Apa?"
Sasuke mendengus. "Emailku tadi."
"Oh, itu terserah kau saja."
Bukannya pasrah, hanya saja Sakura masih belum mengerti bahwa keadaannya saat ini dalam ujung tanduk. Sangat berbahaya!
CIIIT
"Hm? Kok berhenti?" Sakura melihat sekelilingnya yang begitu sepi.
"Kita akan melakukannya disini."
"Eh? Ap-?!"
Belum sempat melanjutkan omongannya, Sasuke sudah menekan bibirnya dalam-dalam. Sakura hanya bisa terdiam. Keterkejutannya malah membuat tubuhnya mematung. Iris hijaunya melirik kearah iris hitam yang setengah tertutup, sebelum akhirnya benar-benar tertutup dibarengi dengan gerakan lembut dibibirnya.
Sakura berkedip dan akhirnya dirinya sadar.
Ci—ciuman pertamaku! Ini tidak boleh!
Sakura mencoba menjauhkan diri dari bocah mesum itu dengan cara mendorong dada Sasuke. Namun Sasuke malah menariknya semakin rapat hingga tangannya terhimpit di tengah-tengah dada mereka. Sasuke masih sibuk melumati bibir mungil yang masih enggan untuk terbuka itu.
"Mmnnhh~~" Sakura mencoba memalingkan wajahnya, namun tangan besar itu meraih tengkuknya dan menarik lebih dalam.
Sementara tangannya menekan di tengkuk Sakura, tangan yang lain meraih-raih sesuatu.
-klek-
"Kyah~ hmmp~"
Sakura yang terdorong tiduran setelah Sasuke berhasil menekan tombol di samping tempat duduknya memekik kaget, bersamaan dengan bibirnya yang terbuka Sasuke segera memasukkan lidahnya dan mengobrak-abrik isi di dalamnya. Mengabsen satu persatu gigi rapihnya, mengecap rasa manis yang disuguhkan. Lumatan yang lembut kini berubah menjadi kasar, ia kadang menggigit bibir Sakura keras. Sakura tak hanya diam, sedari tadi dia mencoba berontak, hanya saja entah kenapa tenaga bocah ini begitu kuat. Ia ingin menjerit, tapi Sasuke bahkan tak mengijinkan dirinya sekedar untuk mengambil oksigen yang semakin menipis.
"Uhuk! Uhuk!" Sakura segera mengambil nafas sebanyak-banyaknya saat Sasuke menghentikan ciuman binalnya.
Kedua remaja itu saling ngos-ngosan. Tak hanya Sakura, Sasuke pun tak bisa menutup bibirnya sendiri, hanya dengan lubang hidung pasokannya tak akan kembali.
Sakura menatap wajah Sasuke di atasnya, iris hijaunya sangat tampak penuh dengan kekecewaan. Sakura ingin sekali menangis, tapi menangis di hadapan bocah sialan ini, tak akan pernah!
"Be—berhenti, sudah cukup." Ujar Sakura.
"Hn?" Sasuke mengangkat sebelah alisnya, "Kita bahkan belum ke babak inti."
"Eh? Kyah~" Sakura memekik pelan saat Sasuke menekan-nekan klitoris yang masih tertutup celana dalam itu.
"Aph—a yang k-kkau.. Ah~" jari-jari Sasuke yang bermain di klitorisnya semakin menggesek keras.
Untuk detik selanjutnya, wajah Sakura benar-benar terasa sangat panas. Sungguh, ini pertama kalinya seseorang menyentuh tempat tersensitifnya. Ini pertama kalinya dadanya begitu berdegup dengan amat cepat. Dan ini pertama kalinya dalam hidup Sakura. Dia terus menggeliat, ia mau saja menampar bahkan meninju muka yang sedari tadi memandanginya tapi apa daya, Sasuke telah mengunci tangannya. Yang bisa ia lakukan hanya mencoba untuk mengatupkan pahanya, namun saat ia mengatupkan pahanya, sensasi tersebut malah semakin membuat darahnya mengalir begitu derasnya.
Ia menggigit bibir bawahnya, mencoba untuk meredam desahan yang selalu saja ingin memberontak. Nafasnya yang semakin lama semakin tersengal-sengal membuatnya semakin tak bisa mengendalikan diri.
"He—hhentikahn~"
"Hn?" Sasuke mendekatkan wajahnya dan mengecup leher jenjang Sakura, "Kau bilang aku boleh membantumu untuk bermasturbasi." Bisiknya mesra.
To be continued
Terima kasih sudah sudi membaca sampai akhir ^^ mind to review please?
