Bangsa Silvan tak menyukai bangsa Noldor, Tapi saat Galion dihukum untuk belajar di Imladris. Mampukah dua realm ini dapat menerima perbedaan satu sama lain. Sequel dari "Panah, Buku dan Inspirasi". Book Verse, The Hobbit event, Setelah para kurcaci kabur. Semi-AU. Galion POV.
Pelayan, Lord dan Kebijaksanaan
A LOTR fanfic AU
Disclaimer: ©J.R.R Tolkien
Genre: Friendship, Drama.
Character: Thranduil, Legolas, Galion, Erestor, Lindir,
Elrond, Glorfindel, Elladan dan Elrohir.
A/N: Melephin, Siriann, Silinde, dan Megilagor adalah OC gue karena di Mirkwood ga ada canon karakter selain Thranduil, Legolas, Galion dan Oropher. Jadi karena gue butuh karakter pendukung, mereka selalu jadi OC di setiap fanfic Mirkwood centric kalo dibutuhin. mereka juga munculnya cuma disebut doang kok. trus ini dimasukin ke fandom LOTR karena isinya banyakan orang-orang dari LOTR. cerita the hobbit juga cuma selingan aja. namanya juga semi-AU. Selebihnya selamat membaca.
Chapter 1: Pelayan dan Hukuman
Thrid Age, Year 2941.
Jantung Galion tak bisa berhenti berdetak cepat dan beberapa kali ia terus tersentak setiap kali Sang Raja Peri menyebut tentang para kurcaci yang kabur. Dia dalam masalah besar, dia benar-benar dalam masalah besar.
Aula tahta kerajaan itu terasa sesak, padahal tak ada orang lain selain dirinya, Legolas, sang putra raja, dan Sang Raja Peri Thranduil yang duduk di singgasananya. Mata sang raja amat dingin menatapnya tajam, seolah tak ada ampun untuk kesalahannya beberapa jam sebelumnya, Galion menunduk tak sanggup melawan tatapan si penguasa Mirkwood Utara itu. Meski ia memang sahabat sang raja, tapi untuk kesalahan di kerajaan ini tak ada pandang bulu. Jika kau melakukan kesalahan, maka hukuman adalah cara untuk bersikap adil.
Nafas Galion terengah dan tenggorokanya tercekat, ia merasa benar-benar memalukan. Kakinya yang gemetar tak lagi sanggup menahan berat tubuhnya, ia pun membiarkan dirinya tertunduk sambil membenturkan kepalanya ke lantai.
"Maafkan aku, Aran-nin!"
Teriaknya, airmatanya mengalir merasa dirinya tidak lagi berguna.
"Hukum aku yang tidak berguna ini!"
"Apa dengan menghukummu, kau akan kumaafkan, Galion?"
"Tidak, Yang Mulia. Kesalahanku terlalu besar, kecerobohanku tidak bisa dimaafkan begitu saja. Aku ingin kau menghukumku agar aku bisa terus mengingat seberapa tak bergunanya aku yang hanya silvan rendahan, berani bertindak ceroboh untuk rajanya. Tapi kumohon, Tuanku! Jangan limpahkan kesalahan dan kecerobohan ku pada Siriann, karena aku yang mengajaknya minum sehingga ia lalai."
"Baiklah, tapi aku tak bisa mengabulkan permintaanmu. Siriann tetaplah mendapat hukuman, karena ia mau menurutimu untuk minum. Dan agar ia tahu bahwa posisinya sebagai pengawal istana penting, sehingga kelalaiannya adalah masalah besar. Tapi untuk hukumanmu, apa yang harus aku pilih untuk menghukummu?"
Galion sejenak terdiam, seharusnya ia sadar bahwa posisinya membuat ia tak bisa meminta apapun. Tapi mungkin raja tidak akan menghukum kepala pengawal itu lebih dari hukumannya. Ia menarik nafas dalam sebelum menjawab.
"Akan kuterima hukuman apapun yang kau berikan, Aran-nin. Bahkan jika kau ingin menghukum mati diriku yang tak berguna ini."
Sang Raja Peri, menatap diam si Pelayan yang selalu menjadi kepercayaannya. Sejujurnya ia juga terkejut saat tahu bahwa Galion lah, dalang dari kaburnya para kurcaci.
"Jika kau mati, kau tak dapat mengingat kesalahanmu."
Galion menggigit bibirnya, perkataan Raja Thranduil ada benarnya. Tapi apa yang akan menjadi hukuman yang setimpal untuknya? Seakan membaca pikirannya sang raja kembali berbicara.
"Akan kutentukan hukumanmu, Galion. Kuharap kau tak lupa akan hari ini dan tak mengulangi kesalahanmu."
Si Pelayan Raja Peri itu masih tertunduk, tak berani bergerak sedikit pun. Berusaha siap untuk mendengar apapun keputusan raja mengenai hukumannya.
"Baik, Yang Mulia. Akan ku terima apapun hukumanku, dan ku patri ingatanku akan hari ini. Aku berjanji Demi kesetianku padamu dan Demi nyawaku tak akan lagi ada kesalahan yang akan kuperbuat."
"Peri bukan makhluk yang tak akan berbuat kesalahan, Galion. Bahkan para Valar pun pernah melakukan kesalahan. Jangan berjanji untuk tak berbuat salah, aku memintamu untuk berjanji tak mengulangi kesalahanmu hari ini."
Sang raja berdiri dari singgasanannya, kemudian turun dan membungkuk, meminta Galion berdiri.
"Kesalahan bukan suatu untuk dimaafkan tapi sesuatu untuk diambil pelajarannya. Kau sudah mengambil pelajaran dari kesalahanmu hari ini, dan aku menghargai kesetianmu. Kau adalah pelayanku sejak ayahku menjabat menjadi raja negeri ini, kesetianmu patut diberi penghargaan. Untuk itu hukuman mu adalah pergi ke Imladris, Kau akan belajar membaca agar kejadian ini tak terulang lagi. Legolas akan menemanimu."
"Apa?!"
Legolas yang sedari tadi diam akhirnya berbicara, kaget dengan keputusan Sang Raja Peri. Sedang Galion ingin mendengus mendengar hukumannya, Thranduil benar-benar memanfaatkan kesempatan ini untuk memaksanya belajar membaca.
"Ai. Aku lupa kau ada di sini."
"Ada!"
"Ya, sekalian saja kalau begitu. Aku ingin kau mengawas Galion agar ia benar-benar belajar di sana."
"Tapi aku kan tak melakukan kesalahan!"
"Itu benar, tapi ini juga bukan hukuman untukmu. Lagi pula aku juga ingin kau menyerahkan surat untuk Lord Elrond, surat penting, itu sebuah misi yang harus dilakukan oleh putra raja."
Legolas mendengus. Apanya yang penting dari mengirim surat pada Lord Elrond yang memang sudah menjadi tugasnya selama ini. Lagipula Legolas bisa menebak bahwa ayahnya hanya ingin mengirimnya agar aman di Imladris.
"Tapi, kukira kau akan memintaku untuk menjadi mata-mata para kurcaci."
"Aku sudah mengirim Siriann, itu juga menjadi hukumannya."
Sebenarnya ayahnya mengerti tidak sih, mana hukuman dan misi penting? Legolas yang sudah menunggu untuk menjadi mata-mata ke Utara merasa kesal karena kini harapannya bertualang jadi pupus.
"Tapi Ada!"
"Legolas, cukup dengan "tapi"-mu. Ini keputusanku, dan keputusanku adalah perintah raja. Bersiaplah kau akan pergi sore ini."
Legolas mengepalkan tangannya dan pergi dengan kesal. Sementara Galion yang sedari tadi diam, mengangkat alisnya.
"Kau sebenarnya mengirimnya untuk mengawasiku atau aku yang kau kirim untuk mengawasinya? Dan untuk apa adegan serius di awal?"
"Itu juga hukumanmu. Kau akan menjaganya, jangan biarkan dia keluar dari Imladris. Dan untuk adegan tadi, well, supaya lebih dramatis. Kau tahu aku menyukai hal dramatis."
Galion kicep, kadang rajanya itu terlalu absurd. Tapi kemudian ia menatap Raja Thranduil, dengan khawatir. Ia sudah mengenal Thranduil lama, Ia bisa melihat jika sang raja tidaklah setenang luarnya, ada suatu pikiran yang menggangunya.
"Ada apa?"
"Silinde melaporkan kegelapan mulai bergerak lagi dari Selatan. Itulah kenapa aku memintanya ke Imladris, pertama untuk memberitahu Elrond dan White Council. Kedua melindunginya."
Galion kini mengerti tapi ia masih merasa ada hal lain yang menggangu pikiran Thranduil. Sebelum ia bertanya, sang raja sudah berbicara.
"Galion, Aku merasa kepergian kurcaci bukanlah akhir, tapi awal suatu bencana."
Dan Galion hanya bisa terdiam mendengar perkataan itu, berpikir apakah ini dramatisasi Thranduil atau memang sang raja sedang serius. Tapi mungkin memang sang raja sedang serius. Untuk mengalihkan suasana yang mulai suram, ia pun bertanya pertanyaan yang sejak tadi ada di benaknya.
"Thranduil. Boleh aku bertanya kenapa harus Imladris?"
Thranduil mengangkat alisnya, dan kemudian seulas seringaian terpatri di bibirnya.
"Well, Imladris tempat yang cocok untukmu belajar dan sekali lagi tempat aman untuk Legolas. Kedua, hukuman tidak ada yang menyenangkan Galion."
Dan sang raja pun tertawa sambil menepuk punggung Galion, Thranduil benar-benar bahagia di atas penderitaannya. Ya, Thranduil sangat tahu seluruh Silvan di negerinya tak ada yang suka dengan Noldor. Mereka berpikir Noldor selalu memandang rendah mereka, itu sebabnya Galion yang notabene Silvan juga selalu enggan pergi ke negeri yang katanya indah itu. Makanya Legolas selalu menjadi andalan kurir raja untuk mengirim surat pada Lord Elrond.
Sepanjang perjalanan ke Imladris, Legolas hanya diam. Sepertinya kekesalannya belum hilang terhadap keputusan ayahnya. Galion pun mulai berpikir untuk meringankan hati putra rajanya itu.
"Legolas! Kau tahu aku tak pernah ke Imladris, berapa lama perjalanan hingga sampai di sana?"
"Ku rasa satu minggu, jika kita cepat dan hanya istirahat sebentar. Tapi mungkin sepuluh hari jika kita sedikit santai."
Galion mengangguk, ia pun bertanya kembali setelah jeda sebentar.
"Bagaimana Imladris itu? Kau sudah sering ke sana bukan?"
Legolas menatap langit berpikir sebentar bagaimana menggambarkan negeri tempat sahabatnya tinggal itu. Ya, putra-putra Elrond adalah sahabatnya.
"Aku tidak bisa menggambarkannya, yang jelas tempat itu sangat indah. Banyak sekali orang di sana dari berbagai bangsa. Ada kurcaci, manusia, dan peri dari berbagai tempat. Lord Erestor bilang mereka adalah pengembara yang singgah dari perjalanan mereka."
Gemerlap di mata Legolas terpancar, saat ia membicarakan negeri yang asing bagi Galion itu. Namun Galion tetap tersenyum, sepertinya kekesalan Legolas sudah mulai hilang.
"Lord Erestor? Siapa dia?"
"Lord Erestor adalah kepala penasihat Lord Elrond. Dia peri paling pintar dan penyuka buku. Berbeda sekali denganmu Galion."
Legolas tersenyum jail, Galion hanya mengangkat alisnya.
"Ya, kurasa memang berbeda. Penyuka buku dan pembenci buku. Dua hal yang bertentangan."
Mendengar dumelan Galion, Legolas terkikik.
"Tapi kau akan belajar dengannya setelah kita sampai di sana, Galion. Jadi sebaiknya kau bersiap."
Galion hanya mendengus mendengar hal itu, padahal ia tadi sempat lupa dengan hukumannya.
"Oh ya! Kau juga harus berkenalan dengan Elldan dan Elrohir yang selalu ku ceritakan. Mereka kembar dan sangaaat mirip! Kau tak akan bisa membedakan keduanya, hanya orang-orang tertentu yang bisa. Aku termasuk yang bisa membedakan mereka. Kemudian ada Lord Glorfindel, dia seperti Megilagor. Kepala prajurit di Imladris, tangan kanan Lord Elrond dalam hal militer. Dia sangat hebat memainkan pedangnya, kau tahu dia adalah Balrog Slayer seperti yang ada di lagu."
"Jadi legenda itu benar rupanya."
"Yups! Dan kau akan bertemu dengannya sebentar lagi."
"Well, kurasa itu akan menjadi pertemuan yang menyenangkan."
Setelah itu Legolas terus bercerita mengenai Imladris dan orang-orang yang tinggal di sana. Galion hanya mendengarkan celoteh putra satu-satunya Thranduil itu. Perjalanan mereka sangat panjang, tapi tak begitu banyak halangan. Padahal setahu Legolas pergunungan berkabut banyak sekali Goblin dan Orc yang berkeliaran. Galion tahu kenapa musuh tak banyak mereka temui, dia sempat mendengar dari patrol di pinggir hutan bahwa Beorn beberapa hari lalu terlihat dan sepertinya menyingkirkan para Goblin yang terlihat di sekitar situ. Galion juga mendengar mengenai manusia yang berjaga di sekitar pegunungan berkabut, sisa kaum manusia dari barat terdahulu.
Mungkin memang Galion sudah tak pernah lagi keluar dari hutan semenjak kekalahan di perang terdahulu yang mengahabiskan seluruh prajurit silvan dan terbunuhnya rajanya terdahulu, tapi Galion yang seorang pelayan dan sahabat kepercayaan Thranduil selalu mendengar dari Thranduil apa yang terjadi di negerinya. Dia juga memberi sedikit masukan untuk Thranduil, karena dulunya dia adalah prajurit hebat. Dan yang masih ada di sisi Thranduil selain Megilagor yang kini menjadi kepala militer dan Silinde yang kini menjadi letnan patroli di bagian selatan Mirkwood. Ia juga sebenarnya berbohong saat mengatakan tidak tahu mengenai beberapa peri yang di sebutkan Legolas. Sesungguhnya ia mengenal beberapa peri Noldor, Glorfindel, Erestor dan Elrond bukanlah nama asing di telinganya. Ia pernah bertemu mereka.
Sepuluh hari pun berlalu dan mereka kini sudah memasuk daerah Imladris, Galion bisa mendengar suara nyanyian para peri dan harpa mereka. Wajah Legolas terlihat gembira, saat perjalanan mereka sebentar lagi berakhir.
O! lihatlah! Siapa yang berjalan kemari?
Dan mau kemana kau pergi?
Peri hutan dari negeri jauh di Utara!
Pohon-pohon bernyanyi gembira
O! Tra-la-la-lali
Di lembah subur ini!
O! lihatlah! siapa peri asing yang bersamanya!
Pastilah peri hutan juga!
Berpenampilan serba coklat dan hijau!
Gemercik air membentur batu!
O! Tra-la-la-lali
Di lembah makmur ini!
Galion yang mendengar lagu itu mengangkat alisnya, sedikit heran ternyata peri Noldor tak semuanya waras. Apa-apaan lagu itu? Sama sekali asal! Pikir Galion.
"Lindir!"
Legolas menyapa salah satu peri yang bernyanyi di bawah pepohonan di atas lembah pinggir jalan yang mereka lalui. Sesosok peri pun berdiri dan menghampiri mereka, peri muda dengan rambut hitam.
"Legolas! Sudah lama kau tak kemari! Dan siapa yang bersamamu? Tak biasanya kau kemari bersama orang lain."
"Dia Galion, pelayan pribadi Raja Thranduil. Galion, kenalkan ini Lindir Minstrel di negeri ini."
"Salam kenal, Lord Galion. Selamat datang di Imladris."
"Salam kenal juga Lord Lindir, dan aku bukanlah Lord. Aku hanyalah pelayan raja yang rendah, panggil saja aku Galion."
"Begitu juga aku, panggil saja aku Lindir."
"Oh ya, Lindir. Aku ingin bertemu Lord Elrond, ada surat untuknya dari Raja kami. Apa dia sedang sibuk?"
"Lord Elrond selalu sibuk, tapi dia juga selalu punya waktu untuk tamunya. Aku akan mengantar kalian ke Rumah di seberang, tapi jika kalian mau mungkin kalian ingin singgah dan bernyanyi bersama kami dulu."
"Maaf Lindir, tapi kami harus bertemu dengan Lord Elrond terlebih dulu."
"Baiklah kalau begitu, ikuti aku!"
Dan mereka pun berjalan menyebrangi sungai hingga ke gerbang Rumah Elrond, di sana telah menunggu Elrond sendiri di pintu yang terbuka lebar. Sepertinya Lord dari Rumah Ramah Terakhir ini sudah tahu akan kedatangan mereka.
"Legolas, Putra Thranduil. Selamat datang di Imladris."
"Lord Elrond, terima kasih sudah menerima kami."
"Kau selalu diterima di rumah ini, dan siapa yang bersamamu ini?"
"Ai! Ini Galion, pelayan Raja Thranduil. Ia kemari untuk belajar di perpustakaanmu Lord Elrond, tentu jika kau mengijinkan. Ini juga perintah dari raja kami."
Galion ingin mendengus mendengar hukumannya-lagi, tapi dia enggan. Bagaimana pun di depannya adalah seorang Lord, jadi dia harus bersikap sopan.
"Aku mengijinkan siapapun yang ingin belajar di tempat ini, apalagi ini adalah permintaan yang jarang dari rajamu."
"Terima kasih atas kebaikanmu, Lord Elrond. Tapi ada satu hal lain yang harus disampaikan padamu."
Legolas mengambil gulungan surat dari dalam tasnya, kemudian memberikannya pada Elrond.
"Itu surat dari raja kami."
"Terima kasih, Legolas. Masuklah! Lindir, antarkan mereka ke kamar yang telah disiapkan. Makan malam akan disiapkan di aula makan, jika kalian sudah berisitirahat datanglah!"
Setelah itu mereka pun di antar ke kamar mereka masing-masing. Galion di tempatkan di kamar di sebelah Legolas. Kamar itu tidak besar tapi tidak kecil, juga sangat nyaman. Galion mengganti bajunya dan istirahat di Kasur sebentar. Tempat ini tak begitu buruk, para perinya ramah. Tak seperti yang dulu pernah ditemuinya. Ya, dulu sekali saat perang yang terkadang menggelapkan hatinya, ia bertemu peri Noldor dan sikap mereka tak ramah. Apalagi setelah keputusan raja mereka dan kejatuhannya. Lord Elrond juga masih sama seperti saat ia bertemu di perang itu, masih ramah tidak seperti pasukannya, tapi sepertinya Elrond tak ingat padanya. Lagipula saat itu Galion hanya prajurit yang tidak terlalu penting, kecuali fakta bahwa ia selalu berada di samping Thranduil.
Sebuah ketukan di pintu kamarnya, membuyarkan lamunannya. Ia pun beranjak dari tempat tidur dan membuka pintu kamarnya. Di situ berdiri peri lain berambut hitam, wajahnya tak ramah, tapi bukan sombong hanya penuh ketegasan.
"Makan malam sudah disiapkan, jika kau sudah siap kami sudah menunggumu."
Ah! Dia tahu peri ini, Erestor. Tapi sepertinya dia tak ingat padanya.
"Aku sudah siap, akan ku panggil Lord Legolas setelah itu kami akan ke sana."
Erestor hanya mengangguk dan berjalan meninggalkannya, Galion pun menuju kamar Legolas. Legolas ternyata sudah menunggu rupanya, mereka pun berjalan ke aula makan. Aula makan itu sudah sangat ramai, benar yang dikatakan Legolas banyak bangsa lain selain peri di ruangan itu. Di atas panggung Lord Elrond duduk di meja panjang penuh makanan, di sampingnya duduk peri pirang yang Galion yakini adalah Glorfindel. Peri Vanyar itu sepertinya tak berubah sama sekali. Di samping kanan Elrond adalah dua peri berwajah identik, Elladan dan Elrohir. Peri kembar itu tersenyum saat melihat Legolas, dan Legolas membalas senyuman mereka. Dan di samping Glorfindel duduk Erestor. Galion dan Legolas duduk di meja panjang itu juga, Legolas duduk di samping si kembar, sedang Galion di samping Legolas.
Sepanjang makan malam mereka banyak berbincang, Legolas berbicara pada kedua putra Elrond dengan gembira. Galion hanya memperhatikan semuanya dan sesekali mendengarkan apa yang Legolas katakan. Ia merasa asing di tempat ini, meski tempat ini begitu ramah. Mungkin ia kenal dengan ketiga peri penting di ujung meja makan ini, tapi mereka tak mengenalnya atau tak ingat padanya. Tapi Galion berusaha menikmati seluruh suasana malam itu.
Setelah selesai, Lord Elrond berdiri dan berjalan menuju aula lain, mengajak orang-orang yang kini mengikutinya di belakang. Aula itu besar, di tengah aula itu ada api yang menyala di antara dua tiang tinggi yang berukir. Tidak ada meja hanya ada bangku tempat Lord Elrond duduk, para peri memainkan musik indah yang mengalun saat Lord Elrond duduk. Di antara peri itu ada Lindir yang memainkan harpanya, Glorfindel juga mulai mengambil harpa dan memainkannya. Musiknya mendayu-dayu, beberapa peri bernyanyi beriringan dengan musik itu. Tapi Galion tak menikmatinya, musik mereka berbeda dengan musik yang dimainkan di hutan. Musik dan nyanyian yang ia dengar saat festival di tengah hutan adalah musik yang gembira, dan para peri menari riang di sekeliling kobaran api unggun. Di bawah bintang-bintang yang berkelip dan daun-daun pohon yang ikut berbisik gembira. Ah, ia jadi rindu pada hutannya, Thranduil benar ini memang siksaan hukuman yang sama sekali tidak menyenangkan.
Legolas sepertinya menikmati saja, saat ia melihat ke arahnya. Dia masih berbincang pada kedua putra Elrond, dan anak manusia? Ah, tadi di ruang makan sepertinya ia tak melihat anak manusia itu. Anak itu berambut hitam, matanya abu-abu. Meski masih sangat muda, Galion bisa melihat semangat membara dari matanya. Seperti bangsa manusia yang pernah ia temui saat perang dulu. Mungkin ia keturunan dari bangsa yang tersisa sedikit itu, pikirnya.
Pandangan Galion beralih ke sekeliling ruangan, musik masih mengalun meski sudah berganti lagu. Tapi tetap saja berbeda dari musik peri hutan, Galion menghela nafas. Dia sama sekali tak menikmati pesta itu, ia pun berniat secara sembunyi-sembunyi keluar dari aula. Ia mungkin sudah pensiun menjadi prajurit, tapi kelihaiannya menjadi prajurit silvan yang pandai menyelinap masih menjadi keahliannya.
"Thranduil tak akan suka aku tak bersikap sopan di sini, tapi biarlah lagi pula aku masih dalam hukuman."
Setelah dia berhasil keluar dari aula, ia pun mencari jalan keluar dari rumah itu dan kemudian menaiki pohon yang pertama kali di temuinya. Memanjatnya hingga ke ujung pohon. Di sana ia mengadahkan kepalanya, menatap bintang-bintang yang berkelip menyapa. Ia tersenyum, bibirnya pun mulai mengalunkan lagu dari negerinya. Lagu para peri hutan untuk bintang-bintang. Tiba-tiba seseorang ikut bernyanyi di sampingnya, orang itu adalah Legolas. Sepertinya Legolas menyusulnya saat ia tidak terlihat di Aula api.
"Kau pasti merasa asing di tempat ini, Galion. Dulu saat aku pertama kali kemari pun begitu, tempat ini berbeda dengan negeri kita. Tapi mereka semua peri dan ramah, sama seperti di rumah."
Galion hanya mengangguk, pandangannya masih pada bintang-bintang.
"Aku hanya tak terbiasa, dan aku tahu mengenai mereka. Dulu aku pernah bertemu Noldor, dan bukan pengalaman yang menyenangkan. Itu sebabnya aku tak pernah mau ke negeri para Noldor, ayahmu juga tahu dan tak pernah mengajakku jika ia kemari."
"Ya, aku tahu kau tidak suka Noldor, tapi peri di sini tidak seperti mereka yang kau temui bukan?"
"Ya, mereka berbeda. Ku rasa. Entahlah."
"Aku yakin kau akan terbiasa di sini, Galion."
Galion menatap Legolas yang tersenyum, dia hanya tertawa kecil.
"Terkadang kau lebih mirip ibumu dibanding ayahmu."
Pandangan Legolas mulai sendu, Galion merutuk dalam hati. Ia selalu keceplosan membicarakan ratunya yang kini di Hall of Mandos dihadapan putranya.
"Bisakah… bisakah kau menceritakan tentang Nana, Galion? Aku tak pernah berani meminta pada Ada, ia selalu berwajah sedih tiap kali mengingat Nana."
"Ayahmu memang sangat mencintai ibumu, Legolas. Tapi ia tak akan terganggu jika memintanya menceritakan tentang kenangannya bersama ibumu."
"Ya, kurasa kau benar. Tapi aku tetap tidak suka Ada terlihat sedih."
Dan Galion pun hanya tersenyum kemudian mulai menceritakan mengenai istri sahabatnya itu. Seorang ratu yang dicintai rakyatnya, peri cantik dan baik. Wajah Legolas mirip dengan ibunya, cantik dan beberapa sifatnya juga diturunkan oleh ibunya. Thranduil mewariskan rambut emas untuk Legolas juga keberanian, kekuatan, dan kekeras kepalaan. Malam itu mereka menghabiskan waktu di atas pohon oak depan rumah Elrond, menatap bintang-bintang dari puncak pohon. Pohon-pohon berbisik, ikut mendengarkan cerita Galion.
TBC
Glosarium:
Ada: dad/ayah (Sindarin)
Nana: mom/ibu (Sindarin)
Aran-nìn: My King/ Raja-ku (Sindarin, Aran=Raja, nìn=My)
Ai: Ah! (Sindarin)
Sindar= Elves/Peri abu-abu
Silvan= Elves/Peri Hutan
Noldor= Elves/Peri yang pernah menyebrang ke barat/Negeri Aman/Negeri Valar.
White Council= Dewan Penasihat Putih (para bijak yang terdiri dari Galadriel, Saruman, Celeborn, Elrond, Gandalf/Mithandir, Radagast(not official), Cirdan)
Minstrel: Pembuat Lagu
Balrog Slayer: Pemenggal Balrog. Legenda di jaman pertama, saat negeri Glorfindel yaitu Gondolin di serang Morgoth dan para Balrognya.
