"ALMOST" Squel of LISTEN
Naruto belong Masashi Khisimoto
Warning!
DLDR, TYPOS, AU, EYD masih nyelempeng dst.
.
.
.
.
"Apa ini!" pria pirang itu membanting berkas yang di berikan oleh anak buahnya. Karena hasil yang tidak memuaskan baginya "Kalian pikir hal seperti ini bagus hah!? Ulangi lagi! Dan hari ini harus selesai sekarang juga!"
"Ba-baik Bos" ucap bersamaan sang anak buah bername tag Karin dan Suigetsu itu. Saat bosnya selalu memarahi hasil kerja mereka yang bisa di buat hanyalah menunduk karena takut, lalu pergi setelah pamit dari bos besar Killernya.
"Astaga, kenapa kerja mereka samakin tidak becus" Naruto menghempaskan bokongnya dengan kasar di kursinya lalu memijit pangkal hidungnya "Kalau masih seperti itu akan ku pecat mereka"
"Suram sekali" ucap Sasuke tiba tiba sudah bersender di depan pintu ruangannya
"Hm" Naruto sudah tahu dan kenal sekali dengan sikap temannya yang satu itu, seenaknya masuk ke ruangannya tanpa perlu diizikan atau memberitahu terlebih dahulu "Bisa kah kau mengetuk pintu dulu sebelum masuk, teme!" Naruto melirik Sasuke yang sudah duduk di sofa ruangannya
"Kau apakan lagi anak buahmu? Raut wajah mereka sangat tertekan keluar dari sini" Sasuke mengabaikan ucapan Naruto
"Kerja mereka tidak becus" jawab Naruto santai dan kembali memeriksa dokumen yang ada di mejanya
"Kau saja yang terlalu over. Pantas karyawan tidak betah kerja disini, boss mereka saja seperti ingin membunuh mereka pelan pelan seperti tadi" Sasuke melipat tangannya lalu melihat Naruto yang sedang berurusan dengan berkas "Jangan terlalu keras dengan mereka Naruto."
"Kalau mereka ingin tetap bekerja disini mereka harus bekerja secara maksimal bukan seperti tadi, lagipula masih banyak orang yang ingin bekerja di sini dan memiliki potensi lebih baik kalau mereka dipecat" jawab Naruto enteng
Sasuke menghelai nafas pelan, semenjak dia di angkat menjadi boss di sini. Naruto berubah 180 derajat. Tidak ada lagi sikap ceria, bawel dan hangat seperti biasa melainkan Workholic, pemurung, dan bertempramental buruk—sangat buruk oh jangan lupa sikap sensitivnya itu, sangat susah di kendalikan.
Tapi anehnya perusahaan cabang ini berkembang baik di bawah kepemimpinannya.
"Apa yang ingin kau bicarakan teme? Aku tidak punya banyak waktu untuk mengobrol denganmu" ucap Naruto tiba tiba
"Tidak jadi, nanti saja aku akan kembali lagi. Aku tidak ingin berbicara padamu yang sedang bermood buruk" Sasuke bangkit lalu keluar tanpa permisi pada sang empunya.
Blam!
Naruto hanya diam dan memejamkan matanya sambil menyender di kursi empuknya. Harinya semakin menyedihkan dan selalu menjadi menyedihkan….
"Aku merindukanmu – sangat merindukanmu " gumamnya dengan nada yang lirih dan pilu
.
.
.
"Ibu!" bocah berumur 5 tahun itu berlari menuju mamanya yang sedang mencarinya.
"Boruto" Hinata membalas pelukan anaknnya "bagaiamana sekolahnya?"
"Seru! tapi aku ingin main dengan pluto" rengeknya
"Kau ini, Pluto tidak akan kemana kemana kok selama kamu belajar" Hinata mengusap kepala kuning mengkilat itu dengan lembut. Anaknya sangat mirip dengan Ayahnya –Naruto
Sudah 6 tahun sejak kejadian itu berlalu dirinya pergi mengasingkan diri ke desa kecil yang damai. Membuka lembaran baru bersama anaknya dengan bahagia walau semasa mengandung Hinata selalu mendapatkan cobaan dan caci maki dari masyarakat karena ia hamil di luar nikah namun dirinya tetap tegar dan kuat.
Menghapus segalanya tentang Naruto, pemuda yang telah menjadi mantan kekasihnya selama 4 tahun dan ia berharap tidak akan bertemu dengan Naruto kembali karena dirinya sudah tidak tahu apa yang harus di lakukan saat bertemu dengannya. Dengan rasanya seperti masih cinta atau tersakiti teramat sangat itu terus membuat Hinata gelisah, makannya Hinata suka berpindah pindah agar keberadaannya susah diketahui oleh siapapun yang mengenalnya semasa bersama Naruto. walaupun itu sahabatnya sendiri, mungkin hanya menanyakan kabar lewat email tidak lebih. Karena Hinata benar benar ingin menghapus semua hal tentang Naruto, keculi anaknnya sendiri.
"Mama ayoo" Boruto menarik tangan Hinata, Hinata tersentak dari lamunannya dan menatap Boruto yang merengek ingin cepat pulang
"Baiklah jagoan" hinata tersenyum, semua akan baik baik saja selama Boruto selalu berada di sisinya karena Boruto adalah cahaya tujuan hidupnya.
.
.
"Pluto!" Selesai menganti pakaian Boruto lari ke kandang kuda dan menghampiri kuda muda berwarna coklat berbuntut Hitam yang tingginya sekitar 160cm, Pluto. Kuda itu merupakan hadiah dari kakeknya saat Boruto baru lahir kata ibunya, jadi sejak kecil Boruto selalu main dengan Pluto yang juga masih sangat muda karena baru beberapa minggu lahir. Mereka tumbuh bersama seiring waktu.
Boruto mengusap kepala kudanya dengan sayang "Pluto kau tau, saat di sekolah tadi teman temanku sangat menyebalkan, mereka mengejekku karena aku tidak memiliki ayah, dan mereka membangga banggakan ayahanya di depanku karena aku tidak memiliki seorang ayah—" Boruto menunduk dan usapannya semakin lama memelan dan tangan itu mulai bergetar
Memang salah kalau aku tidak memiliki ayah? kau tahukan kata ibu, ayah sedang pergi jauh karena pekerjaannya, tapi kenapa ayah lama sekali pulangnya? Apa ayah lupa padaku dan ibu? Bahkan aku belum pernah melihat wajahnya—hiks" Boruto terisak menangis "Aku tidak ingin membuat ibu menangis lagi karena aku menanyakan tentang ayah lagi—hiks" Boruto pernah menanyakan tentang ayahnya kepada ibunya namun ibunya mala menangis sesegukan dan itu membuat hati Boruto terluka dan ikutan menangis.
Pluto menatap Boruto yang sedang menangis lalu memakan rambut pirang Boruto seakan rambutnya adalah makanan "Hei! Jangan memakan rambutku!" kesal Boruto
BRUU
Pluto menatap tajam Boruto dan Boruto membalas tatapannya lalu Pluto memakan rambut Boruto kembali "HEI! Hentikan! Oke oke aku kita akan ke cari makanan jadi jangan makan rambutku, rambutku bukan makanan!" Boruto melindungi rambutnya dengan kedua tangannya dan mundur beberapa langah
Pluto membuang mukanya ke kanan dengan raut wajah kesal, "Heh?" Boruto mengerjapkan matanya "HAHAHA, kau marah? Maaf maaf aku membuatmu khawatir ya?" lalu Boruto memegang kepala Pluto dan menyatukan dahi mereka "Terimakasih telah mengkhatirkanku" ucap Boruto dengan tulus, mungkin hanya Pluto yang dapat mengertinya setelah ibunya pastinya.
BRUU
"Hihihi, ayo kita pergi! Dan kita cari sesuatu untuk ibu!"
BRUUU
.
.
Terik mentari langsung menghantam kulit beberapa manusia di bawahnya yang sedang bekerja, namun sang manusia tidak memperdulikan teriknya mentari dan terus melakukan kegiatannya, memanen anggur lagipula mereka dilindungi oleh topi jerami yang cukup lebar
"Hinata" panggil seseorang
"Toneri-sama?" Hinata menghentikan kegiatannya memetik anggur
"Sebelum pulang aku ingin kau menemuiku di kantor, ada yang ingin ku bicarakan" ucap Toneri dengan ramah
"Baiklah nanti aku akan kesana Tuan"
"Oke, kau bisa lanjutkan pekerjaanmu, kalau kau lelah istirahatlah jangan terlalu dipakasakan" ucap Toneri dengan nada khawatir
"Saya tidak apa apa Tuan"
"Kau ini keras kepala sekali" Toneri mengelai nafas pelan
"Maaf" Hinata menunduk sambil mengengam gunting dengan sarung tangan lusuhnya
"Tidak perlu minta maaf, pokokknya jangan terlalu memaksakan diri"
"Baik tuan"
Toneri meninggalkan Hinata dan melanjutkan kegiatnnya dengan berkeliling kebun untuk mengontrol pegawai lainnya.
.
.
Tok tok
"Masuk" Toneri melepas kacamatanya "Ah kau Hinata, masuklah dan duduk di depanku"
Hinata hanya menurut dan duduk di depan Toneri "Apa yang ingin Tuan bicarakan?"
Toneri menghentikan kegiatannya dan menatap Hinata yang sedang menunggu jawaban "Sudah kubilang di luar pekerjaan kau panggil aku Toneri saja" ucapnya sambil tersenyum
"Maaf saya lupa—"
"Dan jangan Formal, bisa saja" potong Toneri
"Baiklah" hanya itu yang bisa Hinata katakan
"Nah, ayo kuantar kau pulang, Boruto pasti sudah lama menunggu" Toneri bangkit dari kurisnya dan mengambil jaket
"Yang ingin Toneri-kun katakan apa?" Hinata menatap bingung Toneri
"Tidak jadi, bukan hal penting kok. Ayo lebih baik kita cepat pergi"
"Ta-tapi—"
"Sudah tidak perlu menolak Hinata, turuti saja dan lakukan oke?"
Hinata hanya mengangguk pasrah, dan mengikuti Toneri dari belakang. Dengan sepeda ontel milik Toneri merekapun pergi bersama.
.
.
.
.
Tbc.
sigh.
Namaki Shidota.
15042016.
