Chapter 1
Place To Hide
Main Cast :
- Byun Baekhyun- Park Chanyeol
- EXO support member
Genre : Yaoi, Boys Love , Romance, Absurd.
Rated : T
Author : Yeolvin
Note : No bash, No plagiat And No copas because this is purely my thoughts.
Music Recomented : Ye Eun WG - Hello To My Self [OST Dream High 2]
Warning : Sorry for Typo
Don't like don't read!
Happy Reading
BAEKHYUN
Krek
Pancaran udara masuk menyejukkan ruanganku, sedikit mengucek mata dan aku mendapatkan benda padat tepatnya seperti kotoran di ujungnya. Aku sudah berdiri di kaca jendela. Sengaja membuka tirai dan membiarkan udara lebih banyak lagi untuk masuk.
Mengambil nafas dan menghembuskannya pelan adalah kebiasaanku setiap hari setelah terbangun dari mimpi. Respon langsung dari otak untuk mengerjapkan mataku membiasakan cahaya masuk ke retina. Dan saat itu juga mulutku terbuka lebar menahan kantuk yang tersisa. Respon yang lain dari otak agar menggeliatkan tubuh untuk merileksasikan otot.
Yahh di lihat dari atas jendela apartemen pun pemandangan kota Seoul begitu sangat indah. Apalagi jika harus langsung pergi ke tempat sana. bangunan yang menjulang tinggi, orang-orang mengejar waktu ke sibukannya, kendaraan lalu lalang di jalan raya besar wahhh aku baru menyadari ternyata Kota ku sangat menakjubkan. Beruntung aku memilih tempat ini sebagai apartemenku haha tampaknya langit sedang bersahabat ohh kicauan burung di atap loteng sana menambah hangatnya suasana.
"Ya dongsaeng! Kau hanya berdiri di sana? Palli bantu hyung menyiapkan sarapan."
"Ehh? Ne hyung." Aku langsung menghampiri meja makan tak jauh dari tempatku berdiri tadi.
"Apanya yang harus di bantu hyung... bukankah semuanya sudah siap?"
"Hehe maksudku kau jangan berdiri saja. Hyung sudah membuatkan egg roll." Satu-satunya keluarga yang ku punya itu duduk di atas kursi meja makan sedang mengikat tali sepatu kulitnya.
"Sepertinya ada yang kurang." Aku mengambil buah-buahan di dalam kulkas.
"Bagaimana dengan pagi mu dongsaeng?" orang yang telah selesai mengikat sepatunya itu beralih memegang sumpit. Yahh kau tahu kita tinggal bersama.
"Baik, seperti biasa. Ahh.. Hyung aku minta tolong padamu lagi. Berhubung hyung akan melewati jalan ke Bank, transfer uangku yah." Ku dudukkan diriku dan memakan egg roll buatan hyungku.
"Apa? Kau pasti membeli sesuatu lagi kan, Kali ini apa?" Hyungku itu dengan santai meminum susunya.
"Apa aku harus memberitahumu? Hmm.. Album terbaru CN Black. Aku benar-benar harus mendapatkan album itu. Barangnya langsung di kirim jika uang sudah pada pemiliknya." mengunyah dengan lahap karena aku lapar dan aku tidak bohong tentang masakan hyungku yang lezat ini.
Orang yang di hadapanku itu menurunkan gelasnya sehingga terdengar suara gesekan dengan meja terbuat dari kaca itu.
"Mian Hyung tidak bisa. Lain kali saja yah? Hm... Lalu mengapa kau tidak melakukannya sendiri?"
"Ahh... begitu." Aku sedikit menunduk dan tetap mengunyah.
"Tapi.. jika pulang kerja aku bisa." Sontak saja mataku berbinar menatapnya yang masih menghabiskan sisa egg roll nya.
"Jinjja? ahhh gomawo hyung. mian merepotkan."
"Sebenarnya hyung tidak mengerti dengan sikapmu."
"Apa?"
"Kau... kau sangat di sayangkan sekali. Apa kau tidak punya keinginan untuk melanjutkan lagi sekolahmu?" Orang itu menatapku dengan alis berkerut. lalu melanjutkan lagi perkataanya. "Hanya menunggu satu tahun kau bisa lulus dari sekolah menengah atas di tahun berikutnya kau bisa masuk ke perguruan tinggi. Selama kau sekolah sebelas tahun mengikuti ajaran baru tidak sia-siakah jika kau harus berhenti memutuskannya begitu saja?" jeda sebentar, mungkin karena ucapannya tidak di respon olehku. " Seharusnya sekarang kau kelas 12. Padahal yang aku sayangkan adalah aku tahu kau murid berprestasi di sekolah yang tidak aktif bersosialisasi. Hyung butuh alasan yang jelas mengapa kau tidak mau sekolah lagi. Dan sikapmu belakangan in..."
"Suho Hyung cukup! Bisa kah kau mengerti aku? Aku tidak punya alasan. Sudah berapa kali ku bilang."
"Ini sudah lima bulan semenjak kau tidak sekolah. Hyung berhak untuk tahu Baekhyun. Jangan kau sembunyikan apa-apa dari hyung. aku tidak habis pikir selama lima bulan ini apakah kau tidak merasa bosan menetap di rumah sepanjang hari tanpa melakukan aktifitas apapun di luar sana?!"
DEG
"Sebaiknya hyung cepat pergi agar tidak terlambat. Ini sudah pukul 07.38." aku melirik jam dinding agar hyung tidak bertanya yang tidak-tidak lagi.
Suho hyung mengikuti arah pandangku dan melirik ku kembali dengan tatapan kesal.
"Hyung harap kau tidak mempunyai masalah besar seperti seorang teroris yang sedang di cari orang luar. Baekhyun!" Suho hyung berdiri mengambil tasnya yang tergantung pada gantungan di pintu.
"Hyung... kau bicara apa?"
"Aah... hyung baru memberitahumu. Kita akan mendapatkan tetangga baru yang akan pindah ke apartemen ini. tepatnya di depan apartemen yang kosong ini." orang itu membuka pintu sambil menunjukkan rumah tanpa penghuni yang akan siap di tempati orang baru.
"Aku harap tetangga bisa saling membantu." Ucapku dengan nada datar.
Setelah itu Suho hyung sudah menghilang di balik pintu.
Ku ikuti arah pandangku melihat namja memakai kemeja putih yang sedang berjalan cepat di koridor apartemen. Saat di tikungan Suho hyung sudah benar-benar tidak terlihat.
Aku kembali menutup pintu rapat mengacak rambutku frustasi.
"Dia bilang aku teroris? Hah yang benar saja!" aku meraih buah apel yang tidak sempat Suho hyung makan tadi. Dan melahapnya seperti orang kelaparan.
Seperti biasa aku selalu berkutat dengan laptop ke sayanganku sekaligus teman yang selalu mendampingiku dan gadget lainnya yang bisa terhubung dengan idolaku.
Yahh wajar jika usia remaja mempunyai idola, idola yang sangat aku kagumi dia adalah group CN Black. Kyungsoo sebagai leader dan vokalis, Luhan main gitar, Kris main Bass, dan Xiumin sebagai drummer. Empat orang itu yang membuatku selalu tersenyum dan bahagia. Terlebih lagi di antara mereka biasku adalah Kyungsoo. Aku sangat menyukai suaranya sungguh.
Benda yang ku punya pasti salah satunya berhubungan dengan idola. Mereka adalah hidupku,Penyemangatku, motivasiku dan segalanya. Bahkan aku belum manaruh hati pada siapapun kecuali mereka. Yahh kecuali mereka bisa kau ulangi? KE-CU-A-LI ME-RE-KA.! Right!
.
.
.
.
CHANYEOL
"Pulang sekolah kau mau ikut dengan kami?" Orang yang berbicara dihadapanku ini Sehun. Dia seperti albino.
"Untuk jadwal sekarang, mungkin aku tidak bisa. tapi dilain waktu aku pasti datang."
"Sayang sekali, semua rombongan di pecinta alam mengikuti. kalau begitu aku dan Sehun akan bersenang-senang tanpamu. Tanpa si jangkung yoda yang sebelumnya tidak pernah absen mengikuti kegiatan karena di pilih sebagai ketua pembimbing." Temanku yang satu lagi Kai namanya. Dia berkulit agak gelap berbanding terbalik dengan Sehun yang memiliki kulit seperti susu. Tinggi mereka juga hampir sama tapi tetap saja aku yang lebih tinggi dari keduanya.
"Yah, kalian bersenang-senanglah. berkemah, mendaki gunung atau semacamnya. aku percayakan kalian dan rombongan baik-baik saja. terutama Kau Sehun, uruslah kegiatan ini dengan maximal karena kau wakil ketua yang harus menggantikan aku."
"Aku tahu, memang seharusnya aku melakukan itu."
"Memangnya Ibu mu kapan pulang? apkah lukanya sudah sembuh?" Kai
"Mungkin ini terakhir kalinya aku menjenguk di RS, karena besok dia sudah bisa pulang." Mengaduk-aduk minumanku dengan sedotan.
"Ahh... aku mengerti." Kai kembali memakan ramen cupnya sedanngkan Sehun tersenyum dan kembali berkutat dengan ponselnya karena dia tidak memesan makanan. alasannya bukan karena tidak mempunyai uang, dia memang kadang selalu seperti itu. mungkin karena diet?
Hening sesaat dengan semua kesibukan.
"Sehun. Belakangan ini.. kau sering chating. Dengan siapa?" Tanya Kai sedangkan aku hanya menikmati segarnya jus mangga.
"YAOI itu apa?" Dengan polosnya Sehun malah menanyai balik entah pada siapa.
"Memangnya apa yang kau baca?" Aku sedikit merengutkan alis pada Sehun di layar ponselnya.
"Bukankankah YAOI adalah bahasa Jepang? Aku tidak tahu artinya."
"Benar. Kau tidak tahu artinya tapi mengapa bisa menemukan kata itu di ponselmu." Kai
"Orang yang chating denganku bilang kalau dia YAOI. Hhe sebenarnya aku tertarik dengan orang ini makanya..."
"Jinjja? waahh aku juga YAOI." Kai. Dengan ramen penuh di mulutnya.
Aku langsung menatapnya tajam dan menggeser sedikit tubuhku menjauh di tempat duduk yang bersampingan dengan Kai.
"Wae? Kau bukan YAOI?" dia malah menanyaiku seperti itu dengan nada ingin tahu.
"Anio. Aku – bukan - YAOI! Kalimat ini ku perbuat dengan nada sing a song dan sedikit menekan. Lalu aku memimun jus mangga ku yang belum habis.
"Memangnya Yaoi itu apa? Kalian belum menjelaskannya"
"Sehun... YAOI itu adalah Homoseksual bisa di bilang Gay!menyukai sesama jenis." Jelas Kai enteng yang mulai mengeluarkan ponsel di saku seragam.
"Omo.. berarti orang yang chat denganku seorang Gay? Wahh aku beruntung. Haha mengapa ia harus bilang Yaoi segala? Kan kalau dia bilang Gay langsung, aku tidak harus menanyai pada kalian. Ternyata aku baru tahu ada istilah lain selain Gay."
Aku dan Kai menatap Sehun heran.
"Kau terlihat senang? Apakah kau juga... YAOI." Tanyaku tidak percaya.
"Ne, aku YAOI" tanpa nada yang di buat sing a song tubuh berperawakan albino itu sangat yakin dengan perkataanya.
"Sebenarnya aku menyukai orang yang chat denganku ini. dia begitu imut."
PUKK
Kai berjongkok menepuk punggung Sehun di depannya.
"Kita sama hahah." Kai kembali duduk lalu menggeser-geser layar ponselnya. Dengan senyuman membahagiakan.
"Ne... kau sedang menyukai seseorang yah?"
"Kau tidak akan percaya jika aku mengatakannya."
"Siapa? Apa orang terkenal di sekolah kita?"
"lebih dari itu."
"Apa aku mengenalnya?"
"Tentu saja, bahkan semua orang di seluruh dunia mengetahuinya."
"Apa aku juga mengetahuinya? Memang seperti apa dia?" aku juga ikut penasaran.
"Dia adalah vokalis dari grup CN BLACK." Jawab Kai.
"Hah jika sebatas fans dan idola aku percaya." Sehun
"Makanya aku bilang kau tidak akan percaya jika kami saling menyukai lebih dari sebatas fans dan idola saja. Kami sudah saling mengenal sejak kecil. Kau mau melihat bukti?"
"Mana?" ucapku dan Sehun berbarengan.
"Ini adalah foto yang di ambil saat kita kencan bulan Juni lalu." Orang di sampingku ini memperlihatkan semua foto nya dengan vokalis grup CN BLACK di ponsel miliknya.
"Woaahhh ini seperti nyata. Editannya bagus." Sehun semakin menyelidik apa yang di lihatnya.
"Isshhh pabo. Ini benar nyata kau tidak bisa membedakan yah mana editan dan original."
"Ini foto ku saat menonton konsernya di kota Bucheon. Dan lihat lagi-lagi aku mendapatkan gambarnya di belakang panggung."
"Ini benar Kyungsoo dan kau. Bagaimana bisa..."
"Apakah Kyungsoo juga YAOI?" Sehun
"hm.. aku beruntung kan, yah menurutku dia yaoi."
"Apakah kau juga berfoto dengan member CN BLACK yang lain?" Aku mengatakannya dengan suara bassku.
"Ya ada... ini. tapi hanya satu. Begitu berjejer dengan Kris, aku sangat iri dengan tinggi badannya. Melebihi kau malah."
"Woahhh dia sangat tampan."
"Kau tidak tahu semua tentang mereka?" pertanyaan itu untukku.
"Aku tidak begitu agresif dengan idola, jadi aku kurang tahu." Jawabku jujur apa adanya.
"Yang ini siapa?" tanya Sehun menunjuk ke dua personel yang lain yang pasti aku juga tidak tahu.
"Ohh itu Luhan dan Xiumin. Yang bernama Luhan ini cantik kan? Dia selalu bersama dengan Xiumin. Fans bilang mereka adalah XiuHan couple. Xiumin wajahnya seperti bayi padahal dia lebih tua.
"Tapi menurutku yang terlihat lebih tua Kris. Karena dia tinggi."
"Apa kau punya nomor ponselnya? Aku rasa ini mustahil terjadi pada seorang Kim Jong in." Ledekku
"Ya ampun Yeol tentu aku punya. Tapi hanya Kyungsoo saja yang aku punya. Member lainnya aku tidak dapat. Tapi... maaf aku tidak bisa membagi nomor Kyungsoo pada kalian."
"Hm... padahal aku ingin minta nomor Luhan. dia sangat cantik." Sehun
"Yang pasti mereka tidak akan membagi nomor ponselnya sembarangan Sehun." Kai
"Kalau begitu selamat Kai... semoga kau tetap berhubungan baik dengan Kyungsoo. Tapi mengapa kau baru mengatakannya sekarang jika kau sudah begitu mengenal pablik figur itu?" Sehun
"Karena aku harus merahasiakan kedekatan ku dengan Kyungsoo agar fans tidak salah paham. Dan jika orang tahu Kyungsoo berhubungan denganku. Berita negatif akan muncul di media. Makanya aku baru mengatakannya karena kau baru bertanya sekarang."
"Kau hebat Kai. Bisa mendapatkan orang seperti Kyungsoo." Ujarku.
"Yahh gomawo."
"Tapi.. Chanyeol mengapa kau tidak jadi YAOI? Aku kira kau sama seperti kami." Sehun.
"Hha! Aku normal Sehun-ssi. Aku menyukai wanita."
"Tapi aku jarang melihatmu bersama dengan banyak wanita." Kai
"Itu karena aku selalu bersama dengan kalian."
"Kau menyukai seseorang ?" Sehun
"Untuk sekarang aku tidak menyukai siapapun."
"Huffttt... ngaku saja yeol jika kau memang yaoi. Buktinya kau selalu bersama dengan kami dari pada dengan wanita-wanita di sana itu." Kai menatap kumpulan yeoja yang sedang makan di meja ujung sana.
"Karena kalian adalah sahabatku. Aku lebih nyaman bersama dengan kalian."
"Itu berarti kau menyukai namja." Sehun.
"Sehun. jangan membahasnya . jangan membuatku untuk membenci kalian."
Mataku tidak sengaja melihat couple gay berciuman di kantin ini. Tidak jauh dari tempatku duduk di arah belakang Sehun .
Ada apa denganku? Aku seperti tersihir oleh pemandangan sialan itu. sampai Kai menepuk punggungku aku baru mengerjap.
"Kau melihatnya?" tanyaku.
"Ya, sangat jelas."
"Melihat apa?" Sehun langsung mengikuti arah pandangku ke belakangnya.
"Kau telat Sehun-ssi" Kai
"Memangnnya apa yang kalian lihat?"
"Anio." Bohongku.
Hening sejenak. Kai menatapku smirk, Sehun senyum-senyum sendiri dengan ponselnya.
"Yeaayyyy aku mendapatkan nomornya haha." Sehun yang belum lepas memegang ponsel.
"Siapa?"
"Orang yang chat denganku hyung."
"Coba aku lihat, kau ngobrol apa saja dengannya. " Kai "Nama akunnya apa?"
"Tidak akan ku beritahu. Ini rahasia."
Teng Tong Teng Tong
"Aiihhhh sudah masuk lagi?" Sehun
Aku sudah berada di kelas bersama Kai. Tidak dengan Sehun karena kami beda kelas. Di bagian paling pojok belakang dekat jendela barisan ke satu adalah meja belajarku dan Kai tepat di sebelahku barisan ke dua.
Hasil ulangan matematika yang di kerjakan minggu lalu akan di bagikan sekarang. Senyuman mengembang di bibirku setelah apa yang ku lihat. Aku kembali meraih nilai tertinggi lagi. Seosangnim memuji berkat pencapaianku dan Kai memberiku selamat.
"Bagaimana dengan nilaimu Kai?"
"Aku juga ada peningkatan, nilaiku 75." Kelopak matanya berbinar.
.
.
BAEKHYUN
Suara ponsel terus berdering di ruangan berbeda
"Apakah dia tidak membawa ponselnya? Aiissshhh." Aku beranjak dari tempatku ke kamar Suho hyung. lebih mendekati tempat tidur suara ponsel itu berhenti. Kamar yang tertata rapi dan bersih, buku-buku kedokteran yang tersusun di rak, peralatan dokter lainnya berada di sana. Seragam putih kokoh yang sangat di jaga hyungku di lemari. Aku meraih ponselnya yang tertinggal.
"Dia ceroboh sekali, bagaimana ia bisa lupa membawa barangnya? Sepertinya ini salah satu pasiennya."
Lagi - lagi berdering dan aku mengangkatnya.
"Yeobseo."
"nuguseyo?" orang di seberang telepon bersuara namja.
"Aku adiknya Suho hyung. aku yang menjawab karena ponselnya tertinggal. Mungkin Suho hyung lupa membawanya. Ada perlu apa ya?"
"Ahh... tidak ada. Mian mengganggu dongsaeng."
"T..tunggu. apakah ada hal penting? Barangkali kau pasien Suho hyung kah?"
"Ahh.. bukan. Saya teman satu rekannya. Kalau begitu..."
"Ahhh ne.." bippp.
Aku meletakkan kembali benda itu di tempat tidur. Dan melangkah ke meja belajarku semula. Kau pikir aku sedang belajar? Tidak. Aku sedang mengobrol dengan temanku di dunia maya.
Beberapa orang mengirim pesan ke alamat e-mail ku. Tapi aku membalasnya hanya pada orang itu saja. orang yang belakangan ini sering ngobrol denganku. Pemilik akun bernama Oh Sehun itu selalu mengirim pesan saat jam yang sama.
*[Oh Sehun] Hello Baekhyun :D
*[Byun Baekhyun] Hi Sehun
*[Oh Sehun] Bagaimana hari mu?"
*[Byun Baekhyun] Biasa saja. Kau sedang di kantin ya?
*[Oh Sehun] yah, bersama temanku. :) kau mau ikut bergabung? ayo ke sini hehe
*[Byun Baekhyun] Tidak perlu, terimakasih Sehun.
Apa kau tidak berbicara apapun dengan temanmu?
Jangan sampai kau mengabaikan temanmu karena chating denganku Oh Sehun.
*[Oh Sehun] Kami sedang mengobrol kok. Memang kenapa? Apa aku mengganggumu?
*[Baekhyun] Aku ingin segera memberitahumu. Agar kau tidak menggangguku lagi.
*[Oh Sehun] Mian jika aku selalu mengganggumu.
*[Byun Baekhyun] Aku tidak ingin kau membenciku dan segera memilih opsi untuk terus mengirim ku pesan atau kau akan menyesal berteman denganku."
*[Oh Sehun] memang apa yang mau kau beritahu padaku?
*[Byun Baekhyun] Aku YAOI.
"Mengapa ia belum membalasnya? Apa dia marah karena aku berkata seperti itu? atau mungkin dia menyesal? hmm.. ya sudahlah yang penting aku sudah memberitahunya. Aku tahu dia orang baik jadi aku langsung beritahu saja bahwa aku yaoi ." Pikirku.
Beberapa menit kemudian ia membalasnya.
*[Oh Sehun] Aku juga Yaoi :D
Aku langsung terdiam dan mencerna apa yang di katakan pemilik akun Oh Sehun itu. Aku kira dia normal sungguh.
*[Byun Baekhyun] Benarkah? Lalu siapa yeoja yang berfoto denganmu di album mu itu? dia cantik.
*[Oh Sehun] Ahh... dia nuna. Kau pikir siapa?
*[Byun Baekhyun] hehe
*[Oh Sehun] Jadi.. aku boleh mengirim mu pesan kapanpun ku mau kan?
*[Byun Baekhyun] hmm...
*[Oh Sehun] Apa boleh meminta nomor ponselmu?
*[Byun Baekhyun] 0103xxxxxxx
*[Oh Sehun] Gomawo :D sudah dulu ne, aku harus masuk kelas. Annyeong
Mengapa aku memberi nomorku pada orang itu? entahlah aku rasa dia lumayan. Lumayan apa? Ehemm tampan maksudku.
"Siang hari ini begitu panas, lebih baik aku mandi. Gerah sekali."
Setelah selesai mandi ku letakkan handuk di kepala dan area pinggang lalu mencari pakaian di lemari kamar. Seragam sekolahku tergantung di sana dengan rapi. Tiba-tiba raut wajahku menjadi murung. Aku jadi ingat dengan perkataan Suho hyung pagi tadi.
selama lima bulan ini aku tidak sekolah dan hanya berdiam diri saja di rumah, tidak pergi kemanapun. Aku mengatakan yang sejujurnya pada Suho hyung. Aku benar – benar tidak tahu alasan mengapa aku memutuskan sekolah begitu saja. Aku menganggap aneh diriku. Sungguh bukan karena aku tidak mau sekolah lagi, siapa yang tidak mau menjadi orang sukses? Bahkan aku termasuk murid pintar yang hanya memiliki satu teman di sekolah. Itu pun jika ia butuh bantuanku ia akan datang menemani atau menemuiku.
Aku melihat seragam itu dengan tatapan nanar. Seragam yang pas dengan tubuhku, sangat nyaman di pakai, nametag bertuliskan Byun Baekhyun. Masih bagus bahkan seperti baru karena apik di jaga. Aku rindu memakainya. Hanya satu tahun ahh... tidak, tujuh bulan periode lagi seragam itu sudah hangus. Tidak akan bisa di pakai. Di tahun berikutnya aku harus mencari universitas.
Mungkin kau bertanya. jika kau rindu dan ingin memakai lagi seragam itu, mengapa tidak kau lanjutkan saja sekolahmu? Pasti itu yang kau pikirkan sekarang. Pertanyaan yang kau lontarkan itu seperti Suho hyung saja. jawabannya karena jelas - jelas aku tidak tahu. Yahh aku aneh, aku juga berfikir demikian. Aku belum siap. Aku belum memikirkan tentang cita-cita. Aku tidak mempunyai impian. sebenarnya ini bukan sebuah alasan atau jawaban. Hanya sebuah penyampaianku saja yang ku rasakan. Ada sesuatu yang menjanggal di benakku. Aku tidak tahu pasti dengan itu. lalu bagaimana hidupku kelak?
Tes
Tes
Tes
Air mata mulai membasahi tulang pipiku. Ku raih seragam itu dan ku cengkeram erat. Liquid bening berjatuhan membasahi seragamku. Ini adalah bukti bahwa aku menangisi seragam yang kurindukan saat dulu selalu ku pakai 6 kali dalam seminggu. Ku lihat diriku di cermin lemari. Wajah yang memang tampan. rambut hitam yang ujung – ujung nya basah dan tampak menyedihkan.
Brukk
Ambruklah diriku di lantai. Ku cium harum dengan yang ku pegang, sangat harum bahkan aku lupa kapan saat terakhir kali mencuci seragam ini.
Ting Tong [suara bel pintu]
Aku langsung terjaga dan segera ku masukan seragam itu ke lemari.
Aku lupa belum mencari pakaian. Buru – buru ku ambil kaos lengan panjang berwarna hitam polos dan celana levis selutut. Tak lupa menghapus kasar liquid di mataku sembari membuka pintu.
"Ini benar alamat rumah Byun Baekhyun?"
"Iya, saya sendiri. Omo barangnya sudah ada?"
"Novel dan komik manga anda sudah saya kirim. Jadi..."
"Gomawo Ahjussi. Ongkosnya berapa?"
Pukul 2.30 pm barang yang ku inginkan sudah padaku. Sekarang terhias senyum di bibirku. Aku seperti sudah melupakan tentang kesedihanku dengan membaca novel yang ku beli lewat jual online ini.
Dengan bantalkan sofa di ruang tamu ku rebahkan diriku sambil asyik sendiri memakan sesutu seperti yang mengandung karbohidrat dan serat.
Sudah cukup lama aku membaca dengan duniaku. Kini beralih ke ponsel.
Ini sudah pukul 5.34 pm dan aku masih tiduran di sofa. Melihat- lihat gambar idolaku dan membaca berita tentang mereka. Tidak ku sadari aku melihat photo Kyungsoo dengan seseorang yang lebih tinggi di Internet. Orang yang lebih tinggi dan berkulit Tan itu memeluk Kyungsoo seperti sudah sangat akrab. Aku merenungkan alisku dan menyimpan gambar itu karena foto yang di ambil bagus.
Aku beranjak dari sofa untuk menyalakan lampu karena hari akan mulai gelap. Lalu aku melihat ke jendela yang masih terbuka dan berniat menutupnya. Langit di luar sana sudah berwarna orange memasuki jingga. Bangunan kokoh yang sama ku lihat di pagi hari tadi penuh dengan cahaya lampu. orang- orang berjalan pulang dengan lelah setelah menjalankan rutinitasnya. Kendaraan seperti biasa selalu melewati jalan raya besar di pinggir apartemenku. Tidak ada kicauan burung. Hanya suara sorakan orang-orang ketika salah satunya hampir tertabrak kendaraan untungnya ia selamat.
Ada yang berbeda di sini. Mengapa suasana di sore hari begitu gersang dan sangat menyesakkan untuk di lihat. Berbeda saat yang ku lihat di pagi hari. Mengapa? Apakah hanya perasaanku saja? tapi ku lihat orang – orang seperti bahagia.
DEG
Tiba – tiba aku merasakan keringat dingin menjalari tubuhku. Kaki dan tanganku gemetar merasa sangat dingin.
DEG
Perasaanku menjadi aneh dan tercekat.
DEG
Jangan sampai hal itu terjadi lagi
DEG
Aku mulai kehilangan kontrol
DEG
Dan ternyata aku benar. Hal seperti ini terulang padaku
DEG
Aku sangat takut
DEG
Aku sendirian.
Aku mengunci rapat jendela itu dan menutup tirai seolah pemandangan yang ku lihat tadi membuatku jadi...
DEG- DEG- DEG- DEG- DEG
Sangat sesak, Aku tidak bisa bernafas. Jantungku berdebar dengan sangat keras seperti akan menerobos tulang rusuk ku.
BRUUKK
Aku terjatuh di lantai, kaki ku tidak bisa menahan karena lemah.
"Suho Hyung...!" lirihku "Mengapa kau belum pulang? Apakah kau sedang di Bank? Cepat pulang... palli hyung. Tolong aku. AKU SANGAT TAKUT!"
Aku coba menghubungi nya tapi ponselnya tertinggal. Ya ampunnn.
Apakah aku sedang sekarat?
Apakah aku terkena serangan jantung?
Apakah aku akan mati sekarang?
Itulah yang ku pukirkan saat perasaan ini kembali datang . Di saat yang tidak di duga.
Nafasku terengah- engah. Sulit menemukan oksigen. Aku sangat panik dan cemas.
Sungguh sangat sakit dan tidak tahan lagi.
Perutku sakit dan mual.
Aku tidak bisa menelan.
Keringatku bertambah banyak.
Kepalaku pening.
Aku takut hal buruk terjadi.
Ini sudah klimaks.
Aku merasa terlepas dari lingkungan.
Tubuhku seperti tidak nyata.
Aku ingin bersembunyi.
Aku butuh pegangan untuk menguatkanku.
Aku menangis.
Tuhan, mengapa perasaan ini muncul lagi? Ada apa denganku? Aku pasrahkan saja pada-Mu.
Where are you eolmana gakkai wa inni geutorok weonhadeon kkume
(Dimana kau, seberapa dekat dirimu dengan mimipi yang kuinginkan)
Yeogi nan ajing neomeojigo tto ulgo
(Di sini aku masih terjatuh lalu menangis)
Dachigo jichyeoseo ireoseol himjocha eobseo
(Aku lemah dan terluka tidak ada kekuatan untuk bangkit)
Geuchiman neon nal bogo utgetji
(Kau hanya berhenti melihat dan tersenyum padaku)
Hello To My Self, Hello To My Self
(Hello untuk diriku sendiri, Hello untuk diriku sendiri)
Ulji mallago nal wirohaejullae
(Akankah kau menghibur dan mengatakan jangan menangis padaku)
Hello To My Self, Hello To My Self
(Hello untuk diriku sendiri, Hello untuk diriku sendiri)
Hal su itdago neo marhaejullae
(Akankah kau mengatakan aku bisa melakukannya)
Hello Hello uljima Hello Hello ireona
(Hello Hello jangan menangis Hello Hello bangkitlah)
"Hyung pulang..." Itu dia, orang yang ku harapkan datang.
"Astaga! Kau kenapa?" Suho hyung mendekatiku dengan khawatir yang melihatku tergeletak di lantai tanpa menutup pintu nya kembali. Aku langsung memeluknya erat ingin menyembunyikan diriku.
"Kau sakit? apa kau sudah makan?" Suho hyung terduduk dan kaget lalu memeriksa denyut nadi ku yang memang seorang dokter. Aku mengangguk.
"Hyung... aku sangat takut. Nafasku sesak." Suaraku parau.
"Tunggu sebentar. Hyung akan membawa oksigen." Dengan cepat Hyung sudah membawa benda yang ku butuhkan di kamarnya.
"Terima kasih hyung." aku mulai menghisap oksigen yang berbentuk silindris kecil.
"Mengapa kau bisa seperti itu? wajahmu pucat. Mengapa kau tidak bilang jika kau sakit? jangan menyembunyikan apapun dari hyung. Sebaiknya kita ke rumah sakit karena peralatan di sana memadai." Aku langsung menggeleng.
"Tidak Hyung, andwae... aku tidak bisa keluar." Suho hyung merengutkan alisnya.
"Nanti juga tidak apa-apa. Ini akan berlangsung beberapa menit saja. aku sudah pernah merasakan hal ini sebelumnya." Aku melepaskan oksigen yang ku hisap.
"Sekarang aku merasa lebih baik, karena kau ada di sini."
"Jadi.. kau sering seperti itu di saat aku tidak mengetahuinya? Mengapa kau sembunyikan? Bagaimana jika terjadi sesuatu padamu. Kau tidak memikirkan hyung. Kau anggap apa diriku? Aku adalah kakak mu Baekhyun! " Suho Hyung kecewa.
"Mianhae hyung. aku tidak ingin memjadi beban untukmu. Aku tidak ingin kau mengkhawatirkanku."
"Bagaimana bisa hyung tidak mengetahuinya? Aku dokter dan dongsaengku sakit. sungguh hyung kecewa Baekhyun."
"Sekali lagi maafkan aku hyung. aku menyayangimu."
"Sekarang bagaimana?"
"Aku ingin minum. " Tampaknya aku sudah merasa nyaman walau masih lemas sedikit. nafasku tidak terengah - engah lagi. Ohhh Terimakasih Tuhan.
"Ini... " aku meminum air itu supaya ada kekuatan.
"Maafkan hyung juga. Hyung selalu sibuk di tempat kerja dan maaf soal tadi pagi."
"Gwaenchana." Aku tersenyum.
"Sekarang kau mau ke Rumah Sakit?"
"A..ahhh tidak sekarang. Aku lelah."
"Justru itu kita harus mengetahui kondisimu. Harus cepat- cepat mengetahui tentang penyakitmu."
"Tadi kondisiku bagaimana hyung?"
"Denyut nadi lemah. Kajja kita ke RS." Hyung menarik lenganku.
"Ahhh jinjja? jika besok pagi bagaimana? Aku tahu hyung ingin istirahat. Aku tahu hyung lelah setelah bekerja. Ngomong –ngomong mengapa hyung pulang agak terlambat?"
"Setelah mengurusi pasien hyung pergi ke Bank untuk mentransfer."
"Ahh... pantas."
"Kau benar – benar sudah baikan?"
"Iya hyung. Besok aku janji akan ke rumah sakit. jadi hyung istirahatlah aku juga ingin tidur."
Drrrrtttt drrrtttttt
Nomor tidak di kenal menelponku saat aku sedang istirahat di kamar pukul 7.00 pm.
"Yeobseo. Nuguseyo?"
"Baekhyun, ini aku Sehun."
"Sehun? ahhh ne." Aku baru mendengar suaranya.
"kau sedang apa di malam minggu ini?"
"Aku di rumah saja. itu... suara apa? Berisik sekali." Aku berusaha berbicara dengan seceria mungkin.
"Aku berada di Gyeonggi-do. Udara di sini dingin. Aku akan berkemah malam ini dan besok akan mendaki gunung bersama teman- temanku." Suara di seberang telepon terputus- putus dengan angin.
"woahhh jinjja? jaga kesehatanmu ya udara malam tidak baik."
"Ne, kau tidak bersenang – senang?"
"Tidak, tapi aku ikut senang jika kau senang berada di sana."
"Kau bicara seperti itu, seolah-olah kita mempunyai sebuah hubungan,"
"Apa?"
"Ahahah makskudku... pastikan kau bahagia. ya sudah aku tutup dulu, aku harus menyiapkan sesuatu disini. " jeda sebentar.
"Good Night Baekhyun"
"Neh..." tuuuttt. Aku menarik selimut dan terpejam dengan senyuman yang entah berarti atau mungkin di paksakan.
.
.
.
.
CHANYEOL
"Eomma, kau terlihat seperti tidak merasakan sakit." Aku memegang dan mengelus pelan kaki Ibu.
"Cairan obat bius yang bekerja."
"Benarkah, jika tidak menggunakan obat bius apakah eomma akan merasa sakit jika ku tekan seperti ini?"
"Tentu saja itu akan sangat sakit, tapi eomma bisa menahannya karena eomma kuat."
"Aku tahu Ibu, bahkan saat kejadiannya pun kau tidak menangis walau aku tahu ibu merasakannya. Ibu memang yang terbaik."
"Channie, sudah kau putuskan untuk hidup mandiri?"
"Ahh eomma... tapi keputusanmu itu tidak sepenuhnya aku setujui." Aku merengek.
Wanita paruh baya yang sedang duduk di pinggir ranjang dengan perban di kaki kanannya itu mengelus surai coklat anaknya sayang di ruangan yang di dominasi warna putih yang hanya mereka berdua.
"Arrayo, Ibu sengaja melakukan itu agar kau tumbuh menjadi laki-laki dewasa yang baik dan tidak pengecut. Setidaknya kau beruntung karena kau masih berada di Korea. Kau tidak bisa mengelak atau mengatur karena ayahmu sudah memilih tempat tinggal di daerah Seoul yang dekat dengan sekolahmu."
Aku menatapnya tidak percaya. " Eomma. aku tidak mengerti jalan pikiranmu dengan ayah. Apakah kalian berniat mengusir anak-anaknya dari rumah?"
Ibu menurunkan tangannya perlahan dari rambut coklat magnetaku dan menatapku lembut.
"Tidak sayang, ini semua karena Ibu dan Ayah yang sangat menyayangimu. Kakakmu yang hidup mandiri di negara asing saja dia tidak berceloteh apapun tentang bebannya meskipun Ibu tahu dia kesulitan menanggungnya sendiri."
"Ya, itu semua karena Yura nuna, jadi ibu menginginkan aku meniru sikapnya dan di tahun-tahun berikutnya Ibu dan Ayah juga akan merencanakan kepergianku ke Amerika begitu."
- Hening.
"Eommma... kau tidak akan melakukan itu kan?"
Ibu menghela nafas. "Baiklah, cukup Yura yang kuliah di Amerika, tapi sebenarnya Ibu berharap kau juga kuliah disana."
Tiba-tiba seorang dokter masuk ke dalam ruangan dengan membawa note dan pencil menjelaskan perkembangan luka parah yang sobek menusuk ke permukaan kulit bagian dalam setelah kaki Ibu ku di operasi.
"Chanyeol-ssi kau bisa menunggu di ruanganku untuk kepulangan Ibumu besok."
"Iya Dokter."
Dokter yang bernama Suho itu kembali mencatat dan menatapku ramah.
.
.
.
AUTHOR
Keesokaan harinya
Namja yang memakai hoodie putih terlihat kesal di antrian rumah sakit besar. Ia sedang duduk menunggu hasil tes yang sudah di periksa di laboratorium.
"Uhhhh lama sekali. Aku ingin segera pulang sungguh aku tidak betah berlama – lama di tempat umum." Baekhyun mengeluarkan ponselnya untuk menelpon seseorang.
"Hyung, orang yang memeriksa hasilku adalah dokter yang berbeda. Mengapa aku tidak di periksa olehmu saja?"
"Nanti kita bicarakan di rumah. Kau harus mengikuti peraturan disini. Sekarang jangan ganggu hyung. okay?"
"Tapi hyung aku ingin segera pulang. Antrian masih sangat lama. Bagaimana kalau aku pulang saja dan hasilnya kau bawa nanti ke rumah."
"Ehh? kau ini. hm... ya sudah kau pulang lah naik taxi. Nanti setelah aku selesai akan ku bawakan hasil tesmu. Kau bisa kan pulang sendiri?"
"Ne... gomapta maaf mengganggumu." Baekhyun memasukan kembali ponselnya ke saku.
Baekhyun berjalan meninggalkan antrian lalu melihat wanita parubaya memerlukan bantuan terjebak dengan kursi rodanya karena salah satu ban masuk ke pinggir lubang seperti tempat selokan yang tidak ada airnya.
Tadinya Baekhyun akan langsung pergi saja karena ia tidak mau mencampuri urusan orang lain yang tidak di kenalnya tapi ia merasa iba dan Baekhyun semakin mendekat dan menolong wanita itu dengan mengangkat lalu menggeser – geser kursi.
"Terimakasih anak muda." Wanita itu tersenyum.
"Ahjuma, kau sendiri?"
"Tidak, anakku sedang menebus biaya rumah sakit."
"Ahhh, itu... kakimu.." Baekhyun melirik kaki wanita parubaya itu di perban dan terluka.
"Ini karena kecelakaan tempo hari."
"Ahh..."
"Eomma! Aku sudah selesai. Ayo kita pulang ." Chanyeol menghampiri ibunya dengan melihat sosok asing di sampingnya.
"Eomma dia siapa?"
"Orang ini yang menolong ibu tadi saat kau pergi."
"Memangnya tadi eomma kenapa?"
"Eomma terjebak di lubang."
"Aku... harus pergi." Baekhyun berbalik lalu meninggalkan dua orang itu.
"Terimakasih yah." Chanyeol sedikit berteriak dan di saat itu Baekhyun terhenti sejenak lalu melanjutkan kembali jalannya dan sudah tidak terlihat saat berbelok di tikungan.
wanita paruh baya yang duduk di kursi roda itu menoleh ke samping dan melambaikan tangannya pada suami yang menghampirinya.
"Yeobo, aku menggunakan tongkat saja, dan sepertinya kursi roda tidak akan masuk ke dalam mobil."
"Baiklah, ohh Channie... kau sudah bisa menggunakan apartemen barumu. Karena ini hari libur, jadi kau punya waktu senggang untuk melihat-lihat."
"Hmm... kalau begitu ayah saja yang mengantar Ibu pulang. Aku akan pergi mengemasi barang."
"Taxi! Taxi? Berhenti." Baekhyun mengeluh saat beberapa taxi yang lewat mengabaikannya pada tengah hari di halte.
"Ohhh aku akan menaik bis." Ujarnya saat tiba – tiba bus berhenti di hadapannya.
Baekhyun mencari tempat duduk kosong. Setelah itu ia melihat- lihat jalan di kaca jendela bus dan mengingat saat ia sering melewati jalan ini untuk pergi ke sekolah. Ini pertama kalinya Baekhyun pergi keluar semenjak lima bulan yang lalu.
Baekhyun merasa dirinya tidak nyaman sekarang, terlihat keringat keluar di dahinya. Ia ingin cepat- cepat berada di zona amannya. Nafasnya mulai tidak beraturan. Baekhyun selalu menenangkan dirinya saat kejadian yang sama untuk pergi sekolah memakai bis. Baekhyun lebih suka memakai kendaraan pribadi atau taxi yang tidak banyak penumpangnya. Hal yang di bencinya adalah saat orang – orang tidak di kenal berkumpul dengannya. ia akan mulai risih. Di sepanjang jalan Baekhyun menutup matanya karena ia tidak ingin melihat di mana ia sekarang. Itu membuatnya takut.
Baekhyun sudah merasa nyaman dan lega karena ia sudah turun dari Bis. Menaiki anak tangga apartemen menuju atas dan saat di koridor ia melihat seseorang di depan rumah kosong. Tangan kanan orang itu memegang kotak berisi barang – barang kepunyaannya yang di peluk di badannya. Dan tangan kirinya memegang ponsel ke telinga. Baekhyun perhatikan orang tinggi dengan rambut coklat itu seperti orang yang di lihatnya saat di rumah sakit tadi. tapi ia tidak yakin.
Tap tap tap
Baekhyun terus melangkah sampai di depan pintu rumahnya ia bertemu pandang dengan manik mata Park Chanyeol yang memang sedang berdiri sejajar dengannya karena rumah baru yang akan di tempati chanyeol saling berhadapan dengan rumah Baekhyun. Chanyeol menurunkan ponsel di telinganya.
"Kau..." suara berat itu membuyarkan pikiran Baekhyun.
.
.
.
To Be Countinued...
.
.
.
Btw, ada yang tahu Baekhyun kenapa? di chap next bakal lebih di perjelas. Makanya jangan lupa tinggalkan jejak review.
sebenarnya author gak bermaksud bikin Baekhyun menderita disini kekekekeke, tapi gak tahu kenapa gemes aja kalo Baekhyun yang sosoknya ceria jadi di bikin pemurung begitu.
