Tik.. tik.. tik.. Taehyung memperhatikan jarum yang bergerak tiap detiknya pada jam tangannya, tik.. tik.. tik..
Ia mengalihkan perhatiannya; memandang kearah rembulan yang bersinar malu-malu tertutup awan, kemudian memeluk dirinya sendiri; angin malam musim dingin tidak main-main pikirnya.
Ia mengalihkan perhatiannya, menghitung bintang-bintang yang terlihat; sedikit sekali celetuknya. Klise memang, tapi Taehyung menyukainya; ia melupakan hal yang membebaninya sejenak untuk melakukan hal konyol.
Tik.. tik.. tik.. jarum jam terus bergerak tanpa henti, tanpa peduli orang-orang yang terus berlarian; berkejar-kejaran dengan waktu. Waktu itu egois. Waktu itu kejam. Waktu itu terlampau cepat.
Taehyung kembali memperhatikan bagaimana jarum jamnya bergerak; berputar dari angka satu ke angka dua, dan seterusnya hingga kembali ke angka satu, tik.. tik.. tik..
Satu berganti dua, dua berganti tiga. Lima belas menit Taehyung hanya termenung mengamati jarum-jarum jamnya berputar beraturan; setiap jarum detik selesai satu putaran, jarum menit akan bergerak sedikit menandakan satu menit telah berlalu. Enam puluh detik untuk tiap menitnya.
Sepuluh menit lagi, pikirnya. Ia menghembuskan nafas berat, menciptakan kabut putih dingin di udara. Ia terus menatap jarum jamnya yang bergerak, tik.. tik.. tik..
Ia terdiam, terlintas di pikirannya hal-hal yang membebaninya selama ini. Apakah jika ia menuruti ibunya dulu ia akan bahagia? Apakah bila ia memberontak ayahnya dulu, ia akan bebas? Apakah seandainya dulu ia menerima tawaran pekerjaan dari temannya, ia akan sukses sekarang? Ia kemudian tertawa, betapa menyedihkannya dirinya sekarang; meratapi nasib ditengah malam sambil menatap jam tangannya.
Ia menghitung, dua menit ia berpikir, apakah jika dulu ini dan itu, dan kemudian ia membuangnya jauh-jauh. Tidak, pikirnya. Percuma juga apabila ia mengikuti seratus satu hal yang disebutkan apabila ia tetaplah dirinya. Ia menyalahkan keadaan. Ia menyalahkan dirinya karena ia adalah Taehyung. Ia menyalahkan dirinya karena ia ada seorang Kim Taehyung yang tidak berguna. Ia menyalahkan dirinya, mengapa ia begitu pengecut untuk membuat perubahan dan berhenti menyiksa dirinya. Ia terus menyalahkan dirinya.
Jarum jam terus bergerak, dan Taehyung masih dalam pemikirannya sendiri, menyalahkan segala hal, namun tidak menangis; marah, namun tidak berteriak; dan jarum jam hanya menatapnya sambil bergerak, mengikuti waktu yang egois, tik.. tik.. tik..
Teng.. teng.. teng.. Jam di daerah sekitar berbunyi dua belas kali, menandakan hari telah berganti. Tanggal dua puluh sembilan menjadi tanggal tiga puluh.
Taehyung tersadarkan dari lamunannya. Ia kemudian berdiri, berjalan mendekati sungai Han di depannya. Mengembuskan nafas berat sekali lagi, lalu bergumam, "Maaf semuanya".
Dan kemudian basah. Semua menjadi basah dan menyakitkan dada. Nafas terasa sesak, dan dunia perlahan menjadi hitam.
Dan sekali lagi ia berteriak dalam hatinya, maaf.
Tiga puluh Desember, hari dimana seorang Kim Taehyung mengawali hidupnya, juga mengakhirinya. Dari tahun seribu sembilan ratus sembilan puluh lima hingga tahun dua ribu dua puluh dua. Ia menutup lembar cerita hidupnya, mengakhiri bukunya di tahun ke dua puluh tujuh.
Dan selama dua puluh tujuh tahun hidupnya, ia terus merasa bersalah.
Fin
Thanks for reading! Semoga ga pusing bacanya._. Ini repost dari wattpad ya~
Tinggalkan jejak setelah membaca ❤
©Chocotae, 2017.05.07
