The Adventure of Byun Baekhyun

.

By rocketeer7

.

Starring : Byun Baekhyun, Park Chanyeol, cameos

.

This is the first chapter, everyone.

"...hyun! BYUN BAEKHYUN!"

"E-eh? Apa?" Laki-laki mungil berparas manis yang tadi baru saja dipanggil Byun Baekhyun itu membuyarkan lamunannya saat suara keras temannya yang bernama Jongdae itu memekik di telinganya. Jongdae mengarahkan pandangan kesal kearah Baekhyun.

"Kau mengabaikanku. Lagi." Jongdae mem-poutkan bibirnya berniat melakukan aegyo, namun Baekhyun menatap Jongdae dengan ekspresi jijik. Namun sedetik kemudian Jongdae malah terkekeh cukup keras.

"Jangan beraegyo didepanku, Kim Jongdae!" Baekhyun berucap kesal, "Dan jangan tertawa!"

"Makanya dengarkan aku dulu dan jangan melamun. Ini masih pagi, B." Jongdae berkata dengan antusias kepada Baekhyun. Baekhyun memutar bola matanya malas, apa salahnya melamun di pagi hari? Baekhyun kadang tidak habis pikir dengan paradigma-paradigma aneh yang berkembang di masyarakat. Namun, ia sudah tahu sifat sahabatnya ini. Dia tidak akan menyerah begitu mudah. Dan untuk menghindari perdebatan lebih lanjut, maka Baekhyun memutuskan untuk menyerah.

"Hah... baiklah. Ada apa Kim Jongdae?"

"Kau tahu? Kemarin Yoon Dujun memberitahuku sebuah website keren." Jongdae mulai mengeluarkan ponselnya dari sakunya, "ini website yang bisa mengetahui jadi apakah kau di kehidupanmu yang dulu. Aku belum mencobanya, sih. Bagaimana kalau kita mencoba namamu dulu, B?"

"Kau tahu aku tidak tertarik dengan hal hal seperti itu, Jongdae." Baekhyun menghela nafas malas. Jongdae berdecak kesal, hidup sahabatnya ini pastilah sangat membosankan. Baekhyun tidak tertarik dengan apapun—dalam artian sebenarnya. Jongdae tidak habis pikir bahwa selama dia bersahabat dengan Baekhyun, Baekhyun tidak pernah menunjukkan ketertarikan pada suatu hal.

"Coba dulu!" Jongdae mendekatkan kursinya kearah Baekhyun, menempatkan ponselnya di tengah dan mulai mengetikkan sebuah nama di kolom yang tertera di website tersebut. "Byun Baekhyun."

Sesaat setelah loading, hasilnya pun muncul. "Oh lihatlah, B! Kau adalah Sherlock Holmes! Website ini sungguh akurat, kau 'kan suka memecahkan misteri-misteri! Kau bahkan memecahkan misteri ancaman ketua osis."

"Sebaiknya kau tidak mempercayai website itu, website itu berbohong, Jongdae." Baekhyun memutar bola matanya malas dan menaruh kepalanya diatas meja. Jongdae mengernyitkan dahinya bingung.

"Darimana kau tahu?"

"Sherlock Holmes adalah tokoh fiksi, Jongdae." Jawab Baekhyun malas.

Jongdae menggaruk rambutnya sembari mengangguk-angguk. "Ah, kau benar, B."

"Aku ingin tidur dulu, bangunkan aku jika pelajaran sudah dimulai." Ucap Baekhyun sembari membenarkan posisi kepalanya diatas meja. Jongdae berdecak kearah sahabatnya itu, hidupnya benar-benar membosankan. Sangat disayangkan, Baekhyun memiliki wajah yang cantik dan otak yang sangat cerdas.

Ia harus berbuat sesuatu pada hidup membosankan itu.

...

Baekhyun berjalan menuju lokernya karena bel pulang sudah berbunyi semenjak 10 menit yang lalu. Baekhyun cukup anti-sosial, temannya di sekolah bahkan dapat dihitung dengan jari. Dan jika di filter lebih lanjut, teman yang benar benar dekat dengannya hanyalah Kim Jongdae. Orang-orang selalu menganggap Baekhyun sombong karena terlalu banyak menyendiri. Namun nyatanya Baekhyun hanyalah bingung bagaimana harus berinteraksi. Ia terlalu takut untuk berinteraksi pada orang baru. Karena itu tak jarang ada saja orang yang mem-bully Baekhyun.

Baekhyun membuka lokernya. Ia lalu mengernyitkan dahinya ketika melihat sebuah lipatan kertas berwarna biru ada di lokernya. Baekhyun membuka dan membacanya.

Dear Byun Baekhyun,

Aku tunggu kau di Tresspass cafe malam ini jam 7. Ada yang ingin kubicarakan.

From : Kris Wu XII IA 8

Baekhyun semakin mengernyitkan dahinya tidak mengerti.

Kris Wu?

Seniornya yang tempo hari menggodanya secara terang-terangan waktu kelas mereka ada pelajaran olahraga? Dan sungguh, Baekhyun bisa merasakan hawa-hawa membunuh para fans-fans Kris yang melihat Kris menggoda dirinya. Well, itu sama sekali bukan salah Baekhyun, namun kenapa Baekhyun yang terkena hate-speech dari mereka?

Dengan menghela nafas berat Baekhyun memasukkan buku-bukunya kedalam loker dan menutupnya kembali. Baekhyun membalikkan badannya dan mulai berjalan menjauhi loker berniat untuk pulang, namun seorang laki-laki jangkung menabraknya hingga Baekhyun terdorong dan membentur lemari loker.

Bruk!

"Ah!" Baekhyun mengaduh sakit saat bahunya terbentur keras lemari loker.

"Ah! Maafkan aku! Kau tidak apa-apa? Maafkan aku!" Laki-laki jangkung itu langsung menghampiri Baekhyun. Baekhyun melihat ada luka juga di pipi laki-laki jangkung itu. Baekhyun mengerutkan dahinya khawatir.

"Oh, kau terluka! Apakah karena kutabrak? Maaf—"

"Maaf tapi aku buru-buru, permisi!" Belum sempat Baekhyun menyelesaikan kalimatnya, laki-laki jangkung itu langsung membungkuk dan berjalan cepat meninggalkan Baekhyun. Baekhyun semakin mengernyitkan dahinya bingung.

"Uh... aneh." Baekhyun masih bingung, namun ia memutuskan untuk tidak berfikir terlalu jauh. Baekhyun mengerdikan bahunya, lalu berjalan menuju gerbang sekolah untuk menunggu bus di halte sebelah. Pasalnya dia sudah sangat lapar dan ingin beristirahat di ranjang empuknya.

...

Datang.

Tidak.

Datang.

Tidak.

Dan Baekhyun memilih untuk datang. Baekhyun terlihat sangat manis dengan balutan sweater baby blue dan jeans nya, dengan sepatu kets putihnya. Rambutnya yang berwarna golden brown itu menambah kesan imut pada Baekhyun, membuat orang-orang ingin sekali menggusak rambutnya. Namun raut wajah laki-laki manis itu ditekuk, karena sebelum datang ke cafe ia digoda oleh eomma dan appanya waktu meminta ijin.

'Baekhyunnie mau kencan, eoh?'

'Baekhyun sudah besar! Anak appa mau pergi kencan!'

Baekhyun jadi sebal.

Baekhyun masuk ke dalam Tresspass cafe seperti yang tertulis di kertas itu. Matanya mengedar di seluruh penjuru cafe, mencari keberadaan senior kelas tiga berambut pirang-nya itu. Matanya menemukan Kris Wu sejenak kemudian. Kris Wu duduk di dekat jendela dengan setelan jaket putihnya dan snapback hitamnya. Baekhyun langsung menghampiri Kris.

"Oh, Baekhyun-ah!" Kris yang melihat Baekhyun langsung berdiri dan tersenyum. Kris lalu menggeserkan bangku untuk Baekhyun duduk.

"Uh, sunbae, tidak usah repot-repot." Baekhyun merasa tidak enak, namun akhirnya duduk juga. Setelah memperlakukan Baekhyun bak ratu, Kris lalu duduk di kursinya sendiri. Baekhyun bisa melihat senyuman tidak lepas dari bibir Kris. Sementara Baekhyun hanya tersenyum kikuk.

Jongdae sialan!—batin Baekhyun.

Tunggu. Jongdae?

"Ada apa Baekhyun? Apa yang ingin kau bicarakan?" Kris mengambil sebuah kertas yang sama persis seperti kertas yang ditemukan Baekhyun di lokernya. Dengan tulisan yang sama. Baekhyun lalu tersenyum kikuk.

"Sunbae, sebenarnya Jongdae menjebak kita, aku juga dikirimi surat yang sama. Aku sudah tahu itu dari awal, namun aku datang agar sunbae tidak salah paham padaku." Baekhyun berkata sambil tersenyum merasa bersalah. Ia berjanji akan melakukan jurus hapkido nya pada Jongdae besok di sekolah. Baekhyun melihat raut kecewa Kris yang meski ia coba untuk menutupinya, Baekhyun tetap bisa melihatnya.

"Ah, begitu... tapi kita sudah sampai disini, sebaiknya kita pesan sesuatu." Kris mengangkat tangannya untuk memanggil waitress. Sesaat setelahnya, seorang waitress sudah ada di depan meja Kris dan Baekhyun. Kris dan Baekhyun lalu sibuk melihat-lihat daftar menu.

"Satu ice americano. Kau mau apa, Baekhyun?" Kris lalu meletakkan buku menunya di atas meja lalu menatap Baekhyun. Baekhyun sungguh sangat menggemaskan jika sedang bingung. Kris ingin sekali mencubit pipi laki-laki manis itu namun ia tahu diri. Ia bukan siapa-siapa laki-laki manis itu.

"Aku pesan strawberry milkshake saja." Baekhyun lalu menyerahkan buku menunya kepada waitress tersebut. Waitress itu lalu mengangguk dan berjalan menjauh dari meja Kris dan Baekhyun. "Aku minta maaf, sunbae. Aku berjanji akan mencekik Jongdae besok."

"Ahaha, tidak usah. Lagipula aku senang bisa berdua denganmu." Kris tersenyum ke arah Baekhyun. Baekhyun tidak bodoh untuk tidak mengetahui bahwa senior kelas tiga di hadapannya ini tertarik padanya. Namun seperti yang Jongdae bilang, Baekhyun tidak pernah tertarik pada apapun. "Baekhyun-ah, panggil saja aku Kris-hyung. Aku tidak suka panggilan yang terlalu formal."

"Uh... baiklah, Kris hyung." Baekhyun mengangguk kikuk.

"Dan semua temanmu memanggilmu B, apakah aku juga boleh memanggilmu B?" Tanya Kris. Ia berharap bisa lebih dekat dengan Baekhyun.

"Ah, tentu." Lagi-lagi Baekhyun mengangguk kikuk. Ia tidak tahu harus bersikap bagaimana.

Suasana menjadi hening karena Kris sedang menerima telepon yang terlihat cukup serius. Baekhyun menghela nafasnya bosan sembari menopang dagunya dengan tangannya. Baekhyun mengedarkan pandangan di penjuru cafe. Ada sebuah keluarga yang makan di sudut ruangan, ada couple-couple yang ber-lovey-dovey, ada seorang laki-laki jangkung dan seorang wanita paruh baya di seberang mejanya.

Uh?

Bukankah itu laki-laki jangkung yang Baekhyun tabrak tadi di sekolah?

Baekhyun memperhatikan laki-laki jangkung itu dengan seksama. Kebiasaan Baekhyun untuk meng-observasi sesuatu muncul saat Baekhyun merasa ada sesuatu yang salah atau aneh. Namun laki-laki jangkung itu terlihat biasa saja, pakaiannya normal, dan dia seperti sedang menunggu pesanan dengan ibunya. Baekhyun melihat pandangan laki-laki jangkung itu terlihat sangat gugup. Mungkin itu yang Baekhyun anggap aneh? Tapi kita tidak pernah tahu apa yang ada dalam pikiran Byun Baekhyun.

Laki-laki jangkung itu mengetuk-ketukkan jarinya di meja, mungkin karena sudah bosan menunggu? Entahlah. Namun semakin Baekhyun memperhatikannya, Baekhyun menyadari bahwa ketukan laki-laki jangkung itu memiliki irama.

Taptaptap. Tap tap tap. Taptaptap.

Taptaptap. Tap tap tap. Taptaptap.

"...hyun? Baekhyun? B!" Merasa tidak mendapat respon, Kris melambaikan tangannya di depan wajah Baekhyun. Baekhyun yang melihat tangan Kris langsung tersadar dari kegiatannya memperhatikan laki-laki jangkung itu. Kris yang melihat pandangan Baekhyun pun mendengus kesal. "Apa laki-laki itu sebegitu menariknya sehingga kau menghiraukanku, B?"

"Ah? Tidak, hanya saja—Oh!" Baekhyun terkejut saat melihat laki-laki jangkung itu akan pergi setelah seorang waitress mengantarkan pesanannya. Kris semakin mengernyitkan dahinya saat Baekhyun berdiri dan beranjak untuk pergi, namun Kris menggenggam pergelangan tangan Baekhyun mencegahnya untuk pergi.

"Wae, B? Apa dia seseorang yang kau kenal?" Ucap Kris dengan nada tidak suka.

"Orang itu dalam bahaya, hyung!" Baekhyun lalu menepis tangan Kris keras lalu mulai berlari mengejar laki-laki jangkung itu. Kris yang kaget langsung mengikuti Baekhyun. Baekhyun berlari cukup cepat, dan Baekhyun menghentikan langkahnya saat laki-laki jangkung dan wanita paruh baya itu masuk ke dalam taksi. Baekhyun mencoba untuk mengejar taksi itu, namun tidak berhasil.

"B! Masuklah!" Tiba-tiba Kris telah berada di depan Baekhyun dengan corvette stingray-nya. Tanpa berfikir panjang, Baekhyun langsung masuk ke dalam mobil Kris. "Pasang seatbelt mu, aku akan mengemudi sedikit cepat."

Baekhyun mengangguk dan memasang seatbeltnya dengan cepat. Kris lalu mengemudi dengan kecepatan tinggi, pasalnya taksi itu sudah agak jauh dengan mobilnya. Jantung Baekhyun serasa ingin copot saat Kris menyalip truk-truk besar di depannya, bibirnya berkomat-kamit menggumamkan permohonan agar ia dan Kris baik baik saja. Pasalnya Kris mengemudi seperti seorang pro, dan disebelahnya ada makhluk mungil bernama Byun Baekhyun yang masih belum bisa mengemudikan sepeda dengan baik.

Taksi itu berbelok, dan mobil Kris juga ikut berbelok, mengakibatkan kepala Baekhyun terbentur kaca mobil. "Ah!"

"Kau baik-baik saja, B? Kita sudah mendapatkannya." Ucap Kris tanpa mengalihkan pandangannya dari taksi di depannya.

"Uh, aku baik baik saja. Aku akan menelpon polisi." Baekhyun mengambil ponselnya lalu menekan beberapa angka, sementara Kris mengernyitkan dahinya tidak mengerti.

"Untuk apa?"

"Terlalu panjang jika dijelaskan sekarang, kau pasti tahu sendiri nanti." Baekhyun pun berbicara dengan cepat di ponselnya, lalu menaruhnya kembali. Terlihat taksi itu berhenti di depan sebuah rumah kecil yang cukup gelap. Mobil Kris juga berhenti, namun Kris tetap menjaga jarak mobilnya dengan taksi sehingga mereka tidak curiga.

"Kita turun. Tapi jangan sampai ketahuan." Baekhyun memerintah Kris, dan Kris mengangguk. Oke, sekarang Baekhyun terlihat seperti anggota FBI atau semacamnya, dan Kris sekarang terlihat seperti subdivisi Baekhyun.

Baekhyun dan Kris turun dari mobil. Baekhyun berjalan dengan perlahan, dan Kris mengekor di belakangnya. Baekhyun dan Kris mengintip rumah itu dari tembok, dan Baekhyun dapat mendengar teriakan seorang laki-laki paruh baya diikuti dengan suara benturan di tembok. Baekhyun dan Kris terperanjat, dan mereka langsung berlari memasuki rumah tersebut. Baekhyun mencoba untuk membuka pintunya, namun terkunci.

"Minggir, B." Kris menjauh dari pintu dan bersiap-siap untuk mendobraknya. Baekhyun mengangguk, lalu berjalan menjauhi pintu.

Brak!

Dan Kris gagal. Pintu itu tidak terbuka.

Brak!

Dengan seluruh tenaga, akhirnya pintu itu terbuka juga. Baekhyun dan Kris langsung masuk ke dalam rumah itu. Baekhyun dan Kris terkejut saat melihat seorang pria paruh baya sedang menodongkan pistol ke arah seorang anak kecil. Sementara laki-laki jangkung yang tadi Baekhyun ikuti sedang terjembab di lantai dengan darah segar mengalir di pelipisnya. Wanita paruh baya yang tadi bersama laki-laki jangkung itu sedang menangis ketakutan dibawah meja makan.

"SIAPA KALIAN!?" Pria paruh baya yang membawa pistol itu berteriak marah kearah Baekhyun dan Kris. Baekhyun menatap tajam pistol yang dibawa oleh pria paruh baya itu.

Itu pistol asli.

"A-ahjussi, tolong—"

"KUTANYA SIAPA KALIAN!" Laki-laki paruh baya itu memotong perkataan Kris yang mencoba bernegosiasi dengannya. "ANGKAT TANGAN KALIAN JIKA TIDAK INGIN AKU MEMBUNUH ANAK INI!"

Mau tak mau Baekhyun langsung mengangkat tangannya. Melihat Kris yang tidak mengangkat tangannya dan bersiap akan melawan pria paruh baya itu, Baekhyun mendekatkan dirinya kearah Kris dan berbisik, "Itu pistol sungguhan. Ikuti saja apa maunya."

"Ap-apa!? Kupikir itu mainan!" Kris mendelik kearah Baekhyun dan langsung mengangkat tangannya.

"Ahjussi, letakkan itu dan mari kita bicara dengan baik-baik." Baekhyun mencoba untuk bernegosiasi dengan pria paruh baya itu. Namun pria paruh baya itu nampaknya tidak suka dengan negosiasi Baekhyun.

"KAU! BAJINGAN INI MELAPOR PADAMU, HUH!?" Pria paruh baya itu menunjuk laki-laki jangkung itu dan wanita paruh baya yang sedang ketakutan. "BERANI SEKALI KAU!"

Laki-laki paruh baya itu menarik pelatuknya, bersiap untuk menembakkan pelurunya kearah anak kecil yang sedang menangis ketakutan. Baekhyun memutar otaknya mencari cara bagaimana agar pria paruh baya itu tenang.

"A-ahjussi, sebentar, kita bicara sebentar saja. Apa yang kau inginkan? Uang? Laki-laki tinggi di sebelahku ini punya uang banyak." Baekhyun menunjuk ke arah Kris, dan Kris tentu saja mendelik ke arah Baekhyun. Seperti yang Baekhyun duga, pria paruh baya itu sedikit mengubah ekspresinya. Pria paruh baya itu terlihat sedang berfikir sejenak.

"Benar. Kau sepertinya orang kaya. Kau ingin aku melepas mereka, huh?" tanya pria paruh baya itu. Baekhyun yang melihat Kris masih bingung dan tidak menjawab pun menyikut lengan Kris dengan tangannya.

"O-oh, y-ya."

"Tiga..." Baekhyun tiba-tiba menggumamkan sesuatu. Kris mengernyit bingung dengan Baekhyun. "...dua... satu..."

BRAK!

"Polisi! Jatuhkan senjatamu!" Tiba-tiba banyak anggota kepolisian yang menggebrak rumah tersebut. Pria paruh baya itu terlihat kaget dan mencoba untuk menarik pelatuknya kembali, namun Baekhyun langsung berlari dan menendang tangan pria itu hingga pistolnya terlempar. Para anggota kepolisian langsung memegang kedua tangan pria paruh baya itu.

"BAJINGAN! KALIAN BERDUA! AKU TIDAK AKAN LUPA WAJAH KALIAN! AKU AKAN MEMBUNUHMU!" Pria paruh baya itu memberontak dan menampakkan wajah marahnya kearah Baekhyun dan Kris saat anggota kepolisian menggiringnya ke mobil. Kini Baekhyun dan Kris sudah bisa bernafas lega.

"B, kau berhutang penjelasan padaku." Kris menatap Baekhyun, dan Baekhyun hanya tersenyum kikuk. Tanpa sadar Baekhyun sudah mengajak Kris menuju hal yang berbahaya.

"Aku minta maaf sudah menyeretmu kedalam hal yang berbahaya, hyung. Sebagai gantinya... Umm, kutraktir?" Baekhyun mencoba meminta maaf kepada Kris dengan ber-aegyo. Dan sungguh Baekhyun tidak akan melakukan aegyo jika saja dia tidak benar-benar merasa bersalah kepada Kris.

Kris berdecak, "Tidak mau!"

"Lalu apa yang harus kulakukan?" Baekhyun mengacak rambutnya frustasi.

"Aku ingin masakanmu. Arasseo?" Kris mengacak rambut Baekhyun. Baekhyun lalu tersenyum ke arah Kris.

"Ayay, captain!"

Saat Baekhyun dan Kris sedang berbincang, seorang laki-laki menghampiri Baekhyun dan Kris. Baekhyun yang melihat laki-laki itu langsung menunjukkan wajah malasnya, sementara Kris bingung karena ia tidak mengenal laki-laki itu. Laki-laki itu terlihat berkharisma dengan jas hitamnya. Dan Kris bisa menebak laki-laki itu adalah salah satu anggota kepolisian.

"Aigoo, kau lagi? Aku bosan melihat wajahmu, anak kecil." Laki-laki itu tiba-tiba mengacak rambut Baekhyun, dan Baekhyun terlihat sangat kesal dengannya. Baekhyun adalah seorang high school freshmen dan dia bilang Baekhyun anak kecil?

"Salah siapa selalu kalah cepat, Suho-hyung." Baekhyun menatap malas Suho.

"Ei, aku kan banyak pekerjaan, tidak menganggur sepertimu." Balas Suho. Baekhyun menatap Suho dengan tatapan 'kau bercanda?'.

"Dimana para korban? Dia teman satu sekolahku, hyung." Tanya Baekhyun.

"Daeho dan Eunyoung sedang mengurus mereka dengan para medis, tapi wanita paruh baya itu terus histeris sehingga Daeho membawanya ke rumah sakit. Aigoo, jika saja kau bukan Byun Baekhyun aku tidak akan mengijinkanmu menginjak TKP." Suho mengacak rambut Baekhyun kembali. Baekhyun berdecak lalu meninggalkan Suho dan berjalan menuju laki-laki jangkung dan anak kecil yang sedang duduk di ambulance.

"Oh, Baekhyun-ah!" Eunyoung yang sedang menulis sesuatu tersenyum melihat kedatangan Baekhyun. "Aku sudah menelpon orangtuamu untuk menjemputmu."

"Ah, terimakasih, noona." Baekhyun mengangguk tersenyum, lalu berjalan menuju laki-laki jangkung dan anak kecil itu. Baekhyun menatap mereka satu persatu, luka-luka yang ada di tubuh mereka sudah diobati dan ditutup. Baekhyun lalu membungkukkan badannya untuk mesejajarkan wajahnya dengan wajah anak kecil itu.

"Hei, siapa namamu?" Tanya Baekhyun. Anak kecil itu kaget dan sedikit takut pada Baekhyun. "Jangan khawatir, aku bukan orang jahat."

"P-Park Seojun..." Jawab anak kecil itu takut-takut. Baekhyun mengulurkan tangannya untuk mengelus rambut anak kecil bernama Park Seojun itu dengan mengulum senyum agar Seojun tidak ketakutan lagi.

"Seojun-ah, kau tidak perlu takut lagi, semuanya sudah baik-baik saja. Hyung dan polisi-polisi disini akan menjaga Seojun, jadi Seojun akan lebih aman. Arasseo?" Baekhyun tersenyum kearah Seojun. Awalnya Seojun takut dengan Baekhyun, namun mendengar nada bicara Baekhyun yang lembut dan perlakuannya yang penuh kasih sayang, Seojun mengangguk dan membalas semyuman Baekhyun.

"Nama hyung siapa?" Tanya Seojun.

"Aku Baekhyun, Byun Baekhyun. Kau bisa memanggilku B-hyung." Balas Baekhyun sambil tersenyum.

"Uwah, nama panggilan hyung lucu sekali." Seojun tersenyum lebar.

Baekhyun lalu beranjak menghampiri laki-laki jangkung yang sedari tadi tidak sadar sedang mengulum senyum saat Baekhyun dan Seojun berbicara. Saat Baekhyun menghampirinya, laki-laki jangkung itu dengan cepat menghapus senyumnya. "Uh.. hai. Terimakasih karena sudah menolong kami."

Baekhyun mengangguk, "Aku hanya membaca pesanmu. Ketukan tanganmu tadi adalah sandi morse untuk SOS."

"Aku tidak menyangka kau bisa menebaknya. Tapi, bagaimana bisa kau yakin jika aku berada dalam bahaya? Maksudku, kau bisa saja mengira bahwa aku sedang menghafal sandi morse, atau—"

"Luka di wajahmu." Baekhyun memotong ucapan laki-laki jangkung itu.

"Eh?"

"Luka di wajahmu. Kau tinggi, dan luka itu bukan daerah dimana kau biasa jatuh dan terluka. Jadi aku menyimpulkan bahwa ada seseorang yang menghajarmu. Dan waktu di cafe, ada kau dan seorang wanita paruh baya yang kutebak adalah eomma-mu. Lalu aku berfikir, kenapa jika kau berada dalam bahaya, kau tidak langsung menelepon polisi, namun malah mengirimkan sandi yang belum tentu orang tahu? Dan aku bisa menyimpulkan bahwa ada sandera sehingga kau tidak bisa lapor polisi. Dan alasan kenapa kau membawa eomma-mu ke cafe karena kau tidak ingin ia disakiti, dan karena yang dapat menyakiti seorang wanita paruh baya dan seorang laki-laki cukup kuat hanya mereka yang memiliki otoritas. Dengan kata lain... ayahmu." Baekhyun mengakhiri kata-katanya dan menatap laki-laki jangkung itu.

Laki-laki jangkung itu terlihat menghela nafasnya berat, membenarkan semua apa yang dikatakan Baekhyun. Laki-laki jangkung itu lalu mengulurkan tangannya kearah Baekhyun, "Aku Park Chanyeol."

"Aku Byun Baekhyun." Baekhyun menjabat tangan Chanyeol.

"Aigoo Byun Baekhyun!" Baekhyun mengaduh saat sebuah tangan menggeplak bagian belakang kepalanya. Baekhyun menoleh dan berteriak kesal kepada dua orang paruh baya di depannya.

"Ah, eomma! Sudah berapa kali kubilang jangan buat aku tambah bodoh!" Ucap Baekhyun kesal. Ia menghentak-hentakkan kakinya tanda ia kesal.

"Lagi? Byun Baekhyun! Kenapa telepon masuk kita selalu penuh dengan telepon dari anggota kepolisian, huh?" Kini Tuan Byun yang memarahi Baekhyun. "Tidak bisakah kau hidup dengan damai?"

"Appa! Bagaimana bisa aku mengabaikan seseorang yang sedang dalam bahaya!? Apalagi dia teman satu sekolahku." Baekhyun kembali berkata dengan kesal.

"Tapi dia benar juga, yeobo." Nyonya Byun berkata kepada Tuan Byun. Keduanya lalu menghela nafas berat. "Kau tidak apa-apa, 'kan? Ada yang terluka?"

"Aku baik-baik saja, appa." Ucap Baekhyun. Nyonya Byun lalu melihat Chanyeol yang duduk di pinggir ambulans, ia masih ingat jika tadi Baekhyun bilang bahwa yang ia selamatkan adalah teman satu sekolahnya.

"Astaga, kau tidak apa-apa? Siapa namamu?" Nyonya Byun lalu berjalan menghampiri Chanyeol dan memeriksa luka-luka Chanyeol. Chanyeol mengerjapkan matanya bingung. Nyonya Byun yang melihat raut bingung Chanyeol lalu tersenyum. "Ah, aku eomma-nya Baekhyun."

"S-saya Park Chanyeol, dan ini adik saya Park Seojun." Ucap Chanyeol.

"Annyeonghaseyo." Sapa Seojun. Hati Nyonya Byun sangat sakit mengingat Suho yang menceritakan bahwa ayah Chanyeol-lah pelakunya. Pasalnya, Chanyeol berumur sama dengan anaknya, dan dia tidak bisa membayangkan jika Baekhyun yang ada di posisi Chanyeol dan Seojun. Nyonya Byun lalu memeluk Chanyeol dan Seojun, membuat kakak beradik itu kebingungan.

"Sekarang sudah tidak apa-apa..." Ucap Nyonya Byun. Nyonya Byun lalu melepas pelukannya dan mengacak rambut Chanyeol dan Seojun dengan sayang.

"Kau... akan menginap dimana?" Baekhyun menghampiri Chanyeol.

"Ah, benar!" Tambah Nyonya Byun. "Kau punya saudara di Seoul?"

Chanyeol menggeleng, "Uh... tidak ada... mungkin kami bisa menginap di... kantor polisi?"

"Aigoo, aigoo! Bagaimana bisa kalian menginap di sana? Ikutlah dengan kami, ada satu kamar kosong di rumah. Menginaplah sampai eomma kalian sembuh, arasseo?" Ucap Nyonya Byun, ia lalu melirik Tuan Byun.

"Hmm, benar. Lagipula Baekhyun selalu sendirian di rumah saat kami bekerja, ia kesepian." Ucap Tuan Byun menambahkan. Mendengar hal tersebut di kepala Baekhyun muncul segi empat siku-siku.

"Aku tidak kesepian." Sanggah Baekhyun.

"Kau kesepian." Balas Nyonya Byun lagi.

"Ah, eomma!" Kesal Baekhyun. Tanpa sadar Chanyeol menyunggingkan senyumannya melihat interaksi orang tua dan anaknya ini. Keluarga Baekhyun terlihat sangat hangat dan menyayangi satu sama lain.

"Bagaimana, Chanyeol?" Tanya Tuan Byun.

"Baiklah, Tuan Byun. Lagipula Seojun sepertinya sudah kelelahan." Chanyeol tersenyum dan membungkuk hormat seraya berterimakasih. Tuan Byun berdecak kesal, dan Chanyeol mengernyitkan dahinya karena itu.

"Siapa itu Tuan Byun? Panggil aku abeoji." Ucap Tuan Byun. Chanyeol mengerjapkan matanya sesaat, lalu tersenyum. Baekhyun juga tersenyum karena orang tuanya begitu peduli dengan Chanyeol dan Seojun.

"Ne, abeoji."

...

Kriiing! Kriiing!

Ponsel Baekhyun berbunyi. Baekhyun yang sedang tidur terbangun karena suara ponselnya yang terlalu memekakkan telinga. Dengan mata setengah terbuka Baekhyun mengambil ponselnya yang terletak di nakas, lalu membaca caller ID-nya.

"Do Kyungsoo? Apa-apaan dia telepon di jam seperti ini." Baekhyun lalu menekan tombol hijau di layar ponselnya. "Yoboseyo?"

"Hey, B. Kau ingat catatan matematika yang kau pinjam minggu lalu? Aku butuh catatan itu. Aku akan sangat tertolong jika kau bisa mengembalikannya besok, darurat sekali. Tolong cepat temukan catatannya. Aku harus kembali belajar sekarang, bye." Kyungsoo lalu menutup teleponnya.

Baekhyun membelalakkan matanya, lalu menelpon polisi.

-TBC-

Uh... Hi everyone. Ya, ya, aku tau ini crappy T.T aku harusnya update Schadenfreude, tapi gara-gara chap depannya itu ada adegan rate M nya jadi aku putusin untuk post ini ajadeh. Serius, aku bingung sama judulnya. Bingung banget sampe-sampe mikir judul lebih lama dari ngetik chap 1 T.T hiks

Makasih yang udah review di Schadenfreude, I appreciate that T.T I love you soooo much my reviewer, you're the best T.T)b

P.S. : Fic ini lanjut apa enggak terserah kalian:"3 hehe aku mah apa atuh Cuma author abal doang:'3

P.S.S : Ada yang mau chat sama aku? /ENGGAK!/ hiks:"3 aku ada di twitter (pathcode461) ya :3 ^^