Highschool Romance © Couphie

Hey, Class President! © Kaori Monchi

Disclaimer : All characters isn't mine. The original story of "Hey, Class President!" is belong to Kaori Monchi. Here I just re-write and re-make the story into Kristao version. And of course I try to make the story not too similar with the anime.

Pairing : Kristao as the main pair (slight other official pair)

Warning (!) :

OOC, AU, Yaoi! (Yes. This is Yaoi!), BL, Typos (maybe), Future Lemon!

.

.

.

DON'T LIKE? WHY READ?!

I've warned you!

No plagiarism!

.

.

.


Couphie

Proudly Present

—Highschool Romance—


Wu Yifan atau biasa dipanggil Kris, si tampan berbadan tinggi dengan surai pirangnya terlihat sedang terduduk di lantai licin sebuah lapangan basket indoor bersama seorang laki-laki lain dengan rambut sewarna pelangi—Oh Sehun namanya.

Mereka baru saja menyelesaikan latihan basket bersama anggota tim inti klub basket lainnya. Memang akhir-akhir ini jadwal latihan tim inti lebih padat dari biasanya karena tahun ini SM Highschool kembali mengikuti turnamen basket nasional. Dan tentu segala latihan intensif terus dilakukan demi mempertahankan gelar juara yang sudah lima kali berturut-turut telah disandang oleh tim sekolah ini.

Ruangan itu terasa sepi karena anggota tim lainnya memilih untuk segera pulang atau membersihkan diri di kamar mandi yang tersedia.

Dua siswa itu terlihat masih betah duduk disana. Tubuh mereka tampak berpeluh dan wajah lelah mereka menunjukkan seberapa beratnya latihan mereka hari ini.

"Hyung, kulihat minggu lalu kau berada di kafe dekat stasiun bersama Panda-hyung. Kau kencan dengannya ya? Apakah kalian sudah berpacaran?" Sehun bertanya dengan wajah antusias. Apalagi jika mengingat jika orang yang ia sebut 'Panda-hyung' itu memiliki sifat yang tidak biasa.

Kris melirik Sehun melalui ekor matanya, terlihat enggan untuk menjawab.

"Yang benar saja. Aku hanya menemaninya karena dia sedang membutuhkan buku referensi untuk tugas fisika-nya. Lalu kami mampir di kafe itu. Lagipula apa maksudmu dengan 'Apakah kalian sudah berpacaran?', huh?"

Si pemuda yang berada satu tingkat di bawah Kris itu hanya berdecak sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Menampilkan ekspresi prihatin yang dibuat-buat.

'Dilihat sekilas saja semua orang juga tau kalau kau menyukai Panda itu, Kris hyung. Memang dasar kau itu keras kepala.' Sehun hanya dapat membatin.

"Apa-apaan ekspresimu itu?" Kris menatap Sehun garang.

"Ani~ aniya~ Tidak ada apa-apa hyung. Sungguh!" elaknya sambil menunjukkan cengiran yang ia duplikat dari seniornya yang bernama Park Chanyeol.

"Walaupun ia terkadang menyebalkan karena terlalu polos dan lamban dalam menyadari sesuatu, tapi aku tidak bisa mengabaikan dia begitu saja. Bahkan sejengkel apapun aku saat itu. Dia itu ceroboh dan ada banyak alasan yang membuatku mengkhawatirkan dia." gerutu Kris dengan pandangan menerawang ke langit-langit.

"Mm-hmm... Eh, hyung. Apakah kau sudah dengar rumor tentangnya?"

Mendengar pertanyaan itu sebelah alis Kris terangkat dan keningnya berkerut samar. "Rumor apa?"

"Kudengar dua hari lalu saat Panda-hyung naik kereta sendirian sepulang sekolah, ia nyaris dilecehkan oleh paman-paman mesum!"

"APA?!"

Sehun terlonjak mendengar suara Kris yang menggelegar.

"Tapi untung saja ada Suho hyung disana. Ah, kau tau kan seperti apa Suho hyung memperlakukan Panda-hyung? Benar-benar seperti orang yang takut kehilangan anak pandanya. Ckck~ bahkan ia dan Lay hyung sudah mengklaim Panda-hyung sebagai anak mereka." sambung Sehun sambil menggelengkan kepalanya lagi.

Kris hanya mampu menghela nafas dengan frustasi. Si Panda itu tidak bisa dibiarkan, pikirnya. Apalagi... apalagi ia sangat menyadari betul jika tiap Panda itu melintas, tatapan lapar nan berbahaya selalu dilancarkan pada tubuh pemuda asal Qingdao itu.

"Ini adalah sebuah masalah." Kris berseru dengan nada amat frustasi.

"—apanya yang masalah?"

Sehun dan Kris menoleh ke asal suara. Di ambang pintu sana terdapat seorang siswa dengan senyum polos dan tatapan seolah tak mengerti apapun layaknya anak umur lima tahun.

Itu adalah si Panda. Namanya Huang Zitao. Sesuai nama julukannya, ia memang memiliki bayangan hitam di bawah matanya—persis seperti panda.

"Halo, Sehun, Kris." sapanya ceria sambil melangkah santai mendekat ke arah dua pemuda lainnya. "Kalian membicarakan aku, ya?" Tao bertanya asal, namun tepat sasaran tanpa ia sadari.

"Percaya diri sekali kau ini, Huang ZiPanda. Dan satu lagi, aku satu tahun lebih tua daripada kau walaupun kita satu angkatan. Jadi panggil aku dengan semestinya!" omel Kris, lalu meraih bahu Tao dan menarik salah satu pipi pemuda itu.

"Aw... aw... Hei! Lephaskan!" Tao meronta-ronta namun Kris malah menarik pipi yang satunya lagi, membuat wajah Tao terlihat lucu.

"Panggil aku apa?"

"Ini saaaakiiitthh. Lephaskan ak-huuuuuu Kris gēgeeeeeeee!"

Kris melepaskan tarikan pada kedua pipinya dan beralih mengacak surai gelap milik Tao. Dan ketika itu ia menyadari jika Tao mengenakan atasan seragam olahraganya yang berwarna putih-biru.

"Kau baru selesai latihan, Panda?" tanya Kris dengan sebelah alis terangkat.

"Ya. Latihan wushu hari ini selesai lebih awal karena Zhoumi-lǎoshī ditugaskan pergi ke Beijing selama seminggu, jadi kegiatan klub diliburkan."

"Oh, kenapa libur hyung? Bukankah masih ada Hangeng- lǎoshī dan lǎoshī-lǎoshī lain—aku lupa namanya—itu, hyung?"

Tao hanya mengedikkan bahu dengan wajah seolah berkata 'aku-tidak-tahu-dan-aku-tidak-peduli'. Si Panda itu malah melihat jam yang melingkar manis di pergelangan tangan kirinya.

"Aku mau pulang. Keretanya berangkat pukul 5. Sekarang ini sudah pukul 04.27 sore."

Sehun menatap Kris sambil menunjuk Tao samar dengan dagunya. Kris hanya menghela nafas pasrah menanggapinya.

"Kita pulang bersama, Panda. Tunggu di sana sebentar—" Kris menunjuk bangku panjang di samping ruang ganti, "—aku akan mengganti seragam dulu."

.

.

.

Setelah berpamitan pada Sehun, Kris dan Tao berjalan beriringan menuju parkiran SM Highschool.

"Hei, Kris. Sebentar lagi kita 'kan lulus, kau akan melanjutkan ke universitas mana?" tanya Tao dengan sebelah tangan berusaha membuka kaleng kopi dingin yang baru dibeli dari vending machine.

Kris berdecak menyadari Tao kembali memanggilnya tanpa akhiran –hyung atau –gēge. "Entahlah. Mungkin Seoul National University. Kau sendiri?"

"Aku—ish!" Tao berseru kesal karena kesulitan membuka kaleng tersebut, membuat Kris mendengus geli. Si pirang tinggi itu meraih kaleng yangg dipegang Tao, membuka penutupnya dengan mudah seolah tidak memakai tenaga barang satu Newton pun.

Tao menerima kopi itu kembali dengan senyum cerah. "Terima kasih, Kri—ADUH!" rintihnya saat Kris menyentil dahinya.

"Panggil aku gēge!"

"Iya! Iyaaaaaa!" seru Tao sebal. "Tahun depan setelah aku lulus, aku akan kembali ke Cina, gē."

"Ap-apa? Kenapa cepat sekali? Bukankah kau baru di Korea selama dua tahun ini, Tao?" Kris terkesiap. Perasaan takut yang begitu familiar merambati dirinya.

"Eum. Tidak tahu. Aku sih menurut saja apa kata Ayah. Mungkin kontrak kerjanya di Korea sudah selesai? Mungkin saja 'kan?" Tao terus mengoceh tanpa memperhatikan Kris yang saat itu rautnya... yah, begitulah...

"Ah, aku baru ingat! Bukankah GrandEx itu adalah perusahaan besar yang dimiliki oleh keluargamu, Kris—eh, maksudku—Kris-gē?"

"Benarkah? Ayahmu bekerja di sana?" Kris tiba-tiba merasa mempunyai kesempatan untuk melakukan sesuatu.

'Eh? Memangnya aku akan melakukan apa?' batin Kris bingung.

"Ya. Ayah memiliki hubungan kerja di perusahaan keluargamu itu. Katanya ia pemimpin anak perusahaan di Shanghai—kota tempat tinggalku sebelumnya. Ayah juga mengatakan hal-hal lainnya. Tapi aku tidak ingat dan tidak mengerti juga, sih." kata Tao sambil mengedikkan bahunya tak peduli, lalu kembali menyeruput kopinya.

'Dasar. Selalu saja mengabaikan ucapan orang lain.' batin Kris dengan sebal. Apalagi jika mengingat Tao sering sekali mengabaikan coretpetuahcoret nasihat darinya.

Kris menghentikan langkahnya begitu sampai di mana motornya diparkirkan. Tao tersedak saat menyadari jika mereka sudah sampai.

"Aaarghh!" Tao berseru frustasi. Membuat Kris berbalik dengan terkejut.

"Ada apa?!"

"Ish! Aku baru ingat kalau motormu seperti itu!" serunya lagi, kali ini dengan tangan yang menunjuk-nunjuk motor sport hitam kesayangan Kris.

"Kenapa? Inikan motor paling mahal yang ada di sekolah ini. Kenapa wajahmu terlihat unhappy begitu, huh?"

"Apakah kau tidak bisa menebak alasannya setelah melihat wajahku yang unhappy ini?! Oh, ayolah! Lihat saja jok motormu itu!" kali ini Tao menghentak-hentakkan kedua kakinya dengan tidak sabar. "Jok itu terlalu condong ke depan! Bayangkan! Jika kita berboncengan dengan itu, pasti aku akan terlihat seperti cicak yang menempel erat padamu!"

Kris terdiam setelah mendengar rentetan kalimat penuh tekanan itu. Dan yang ia bayangkan adalah bagian berboncengan dan menempel erat padamu.

'Itu tidak buruk~' tanpa sadar, Kris tersenyum mesum.

Tao bergidik saat tanpa sadar mendapati Kris sedang tersenyum aneh. "Apa-apaan wajah itu, huh?!"

Kris berdehem pelan. "Aish! Sudahlah, kau ini terlalu banyak protes. Seperti perempuan saja." Ia memasukkan kunci dan memutarnya, lalu membuka jok motornya. Diambilnya dua helm yang menggantung manis di sana.

"Pakai ini!" Kris menyodorkan helm putih pada Tao, sementara ia sendiri memakai yang hitam.

Setelah menutup jok motor, ia segera memundurkan motornya keluar dari himpitan motor lain—yang tidak se-keren motor miliknya.

"Naik!" perintah Kris yang sudah menghidupkan mesin motornya.

Sambil menggerutu dan mengerucutkan bibirnya, Tao akhirnya naik ke motor itu.

"Tahu begini lebih baik tadi aku menolak saja. Bodohnya aku bisa lupa dengan motormu ini. Ish!" gerutu si Panda dengan kedua lengan di punggung Kris—menjaga agar tidak terlalu menempel dengan punggung itu.

Diam-diam Kris menahan tawanya. Di kepalanya sudah terbayang akan mengerjai Panda ini. Tentunya ia akan sedikit mengambil 'keuntungan'.

Kris mulai melajukan motornya keluar dari area parkir menuju gerbang sekolah. Setelah melewati gerbang sekolah, dengan tiba-tiba Kris menambah kecepatannya tiba-tiba—diikuti dengan suara motor yang meraung.

Tao sangat tekejut dan dengan refleks memeluk pinggang Kris erat-erat.

"YAAAA! KRIIIIIIIIIIIIIISSSS!"

Kris menyeringai sangat lebar. Ini sesuai dengan harapannya.

Posisi 'ini' membuat ia sangat 'senang'. Dada pemuda manis asal Qingdao itu menempel di punggungnya. Kedua lengan Tao yang memeluk pinggangnya dengan erat dengan telapak tangannya mencengkeram jas almamater yang ia pakai, tepat di atas—eh? D-di atas benda kebanggaannya?

Kris merasakan jantungnya berdebar tak terkendali. Ia menelan ludahnya dengan kesulitan.

'Apa yang akan terjadi jika aku mengerjainya sekali lagi?' kali ini Kris merasakan wajahnya memanas.

Laju motornya memelan. Delapan puluh satu kilometer per jam... Tujuh puluh kilometer per jam... Enam puluh dua kilometer per jam... Empat puluh kilometer per jam...

Kaitan lengan Tao pada pinggangnya mengendur. Keringat mengalir di pelipisnya dan jantung Kris terasa menggila.

Motornya kembali meraung—Kris menaikkan kecepatannya secara tiba-tiba untuk kedua kalinya.

"YAAAAAAA!" Tao berseru dengan keras. Kembali ia eratkan pelukannya.

"Ngh!"

Kris menggeram rendah—antara terkejut dan merasa nikmat. Sementara di belakang sana Tao merasakan wajahnya memanas.

Oh, ia sangat sadar telah mencengkeram sesuatu di bagian yang salah. Dengan cepat ia melepaskan 'pelukan'-nya pada Kris.

"—AH!"

Tapi urung karena motor Kris melaju terlalu cepat.

.

.

.

.

.

To be continued

.

.

.

Couphie's Note :

Wohooo! (/O_O)/

Halo! Finnaly jadi juga ngepost ini ff. Well, saya adalah Kristao shipper dan udah tergila-gila sama pair ini. Tapi yang paling disuka adalah Tao! Karena dia sangaaaatttt adorable dengan mata panda dan bibirnya itu... kyaaaaaaa! *lari ke arah Tao* XD #duagh *ditendang Kris*

Oke. Dari awal sudah diperingatkan ini YAOI. Yup, yaoi. Bukan sho-ai kayak biasanya. Temanya aja yaoi, cuy! Pasti ada Lime atau bahkan LEMON. Dan saya sangat doyan baca ff Taoris/Kristao. Apalagi kalo ada lemonnya, wuih pasti semangat! #plakplak

So, saya ingatkan dari sekarang karena mulai chapter depan ff ini akan makin absurd, mungkin juga akan plotless. Jika sudah nonton Hey, Class President! Pasti tau kalo lemonnya dimulai pada bagian mendekati akhir di OVA 1. Untuk lemon, tergantung pada readers, maunya dicepetin atau tidak. Karena btw, chapter 2-nya belum diketik sama sekali :P *digantung* Makanya review ya!

Saya gak akan mencantumkan "UNDER 18, STAY AWAY!" nantinya. Percuma, bro. Ngapain juga, paling juga tetep nekat baca. Lagipula yang nulis ff ini umurnya aja belum ada 17 :P *dibuang ke laut*

.

.

.

Click the "Review" button, guys! Please~ ^^