SUMMARY :
Ada alasan tertentu yang membuat Chanyeol membenci Baekhyun. Dan alasan itu pula yang membuat keduanya merasakan hal aneh pada diri mereka. "Lawan dari cinta bukanlah benci, melainkan rasa ketidakpedulian—" —Robert Fulghum. BL/CHANBAEK
.
CONFESSION (고백)
.
CHAPTER 1
.
Tangan mungil seorang pemuda yang juga berperawakan mungil sepertinya terlihat kesusahan ketika membawa setumpuk buku tugas milik teman – temannya. Kadang ia merasa, menjadi ketua kelas hanya akan menyiksa kondisi fisiknya yang memang sudah lemah dari dulu. Dan sepertinya teman – temannya memang sengaja memilihnya menjadi ketua kelas, yeah, bahasa kasarnya memanfaatkannya saja. Menjadi anak dari presdir perusahaan besar tidak menjamin seorang Byun Baekhyun menjadi anak populer. Lain halnya dengan sang kakak, Byun Luhan. Pemuda yang lebih tinggi beberapa centi darinya itu sangat disegani bahkan di idolakan oleh seluruh sekolah. Well, walaupun seperti itu Baekhyun tidak pernah merasa iri, karena baginya, kakak dan seorang sahabatnya, Do Kyungsoo, sudah lebih dari cukup untuk mendukungnya bertahan di sekolah yang memuakkan ini.
Langkahnya terhenti saat sepasang sepatu menghalangi jalannya. Ia sedikit memiringkan kepalanya supaya dapat melihat siapakah yang tengah 'bercanda' dengannya ini. Matanya langsung membulat saat seorang pemuda berperawakan tinggi, dengan kulit yang lebih pucat darinya dan senyuman yang menawan baginya, Oh Sehun, menghalangi jalannya.
"Byun Baekhyun?" sapa pemuda tinggi itu. Baekhyun terdiam. Tak menyangka juga akan bertemu sang pujaan hati disaat ia tengah merenungi hidupnya. Ia bahkan tak bisa menyembunyikan rasa gugupnya ketika berhadapan dengan seorang Oh Sehun. Yeah, walau sebenarnya ia sering bertemu dengannya. Tapi hey, semua orang pasti akan mati – matian menahan degupan jantungnya yang menggila saat bertemu dengan orang yang disukainya selama ini, dan itu cukup membuat suara mu seperti tercekat di tenggorokan dan tak mau keluar walau hanya huruf A saja. "Hey, Baekhyun-sshi?" Sehun melambai di depan wajahnya.
"Ya?" Sehun terkekeh kecil.
"Mau kubantu? Kau terlihat kesusahan membawanya." Baekhyun tersenyum layaknya orang bodoh. Ia hanya menggeleng pelan. Jujur, suaranya benar – benar menghilang saat ini. "Ayolah, kau itu kan mungil, kau pasti keberatan membawa itu semua." Baekhyun menunduk dengan wajah yang sudah merona.
"Tak usah Sehun-sshi, kelas kita kan cuma tinggal menaiki tangga itu." Baekhyun menunjuk anak tangga ke lantai dua dengan dagunya dan tersenyum kecil.
"Heum, okay. Tapi jika kau butuh bantuan katakan saja." Baekhyun mengangguk dan pemuda tinggi itu pun berpamitan pergi. Well, mungkin Sehun akan menjadi nama baru dalam daftar orang terbaik di hidup Baekhyun. Eh tunggu, Sehun pergi disaat jam pelajaran? Oh, bisa ditebak, mungkin pemuda itu akan membolos dengan Park Chanyeol. Park Chanyeol? uh, memikirkannya saja Baekhyun tak sudi. Entah kesialan apa sehingga membuatnya harus sekelas lagi dengan Park Chanyeol di kelas dua. Yeah, walau pun dia sangat senang saat tahun kedua ini bisa sekelas dengan Sehun, tapi—oh, Park Chanyeol? dialah masalah paling berat di kehidupan remaja Baekhyun.
Bruukk.
"Ups, jeosonghamnida Baekhyun agasshi, aku tak sengaja." Hell?! 'agasshi'? siapa lagi yang memanggil Baekhyun seperti itu kalau bukan manusia tiang, si telinga besar, senyum pepsodent (?), Park Chanyeol. Malaikat pencabut nyawa bagi Byun Baekhyun. Hanya orang gila yang memanggilnya dengan sebutan 'agasshi', heum seperti itulah pemikiran Baekhyun. Hey Park Dobi, Byun Baekhyun bukan seorang wanita, kay. Baekhyun menghela nafas, ia memilih diam dan berjongkok untuk memunguti buku – bukunya yang terjatuh karena ulah Park Chanyeol. Baekhyun tahu, sangat tahu malah, kalau Chanyeol memang sengaja menabraknya. Bahkan ia merasa hidup Chanyeol tidak akan tenang jika tak mengganggunya.
"Apa perlu kubantu agasshi?"
"Tidak." ketus Baekhyun. Chanyeol tertawa lebar, sepertinya ia sangat puas jika sudah melihat Baekhyun yang ketus dengan muka memerah menahan amarah. Saat tersisa satu buku untuk dipungut –dan terlebih itu buku bertuliskan nama 'Byun Baekhyun'–, tanpa menunggu lagi kaki Chanyeol sudah terangkat dan menendang jauh buku itu hingga menabrak tempat sampah di samping tangga. Chanyeol kembali tertawa.
"Aku pergi dulu ya Baekhyun agasshi. Aku berjanji kita akan sering – sering bertemu lagi." Manusia menyebalkan yang bahkan sangat diidolakan orang – orang itu melenggang pergi dengan senyuman lebarnya. Baekhyun tak habis pikir, bagaimana mungkin seluruh sekolahan menggemari seorang yang sangat menyebalkan seperti Park Chanyeol? Apa semua orang dibutakan oleh wajahnya yang rupawan. Yeah, sepertinya iya. Yang tampan selalu lebih diutamakan ketimbang yang pintar, selalu seperti itu kan? Dan buruknya, Baekhyun hanyalah seorang murid biasa yang tidak terlalu pintar. Pasti dan selalu dia yang akan menjadi barisan akhir –terpencil dan diacuhkan–. Baekhyun membuang nafasnya pelan, kemudian segera mengambil bukunya yang terlempar jauh.
"Baekhyun-ah" Suara lembut yang menyapanya dari belakang, membuatnya mengulum senyum termanisnya. Siapa lagi kalau bukan, kakak tercantiknya –menurut Baekhyun–. Pemuda cantik itu menghampiri Baekhyun. "Kau sedang apa heum?" Baekhyun berbalik dan tersenyum hingga matanya menyipit seperti bulan sabit.
"Oh Hyungie! Aku disuruh mengambil buku tugas anak sekelas."
"Heum, begitukah? Mau kubantu membawanya?" Inilah yang disukai Baekhyun. Walau pun kakaknya sangat populer dan disukai banyak orang, namun itu tak membuat kakaknya sombong atau pun melupakan dirinya yang—yeah, biasa saja. Mana mungkin ia bisa iri pada kakaknya yang selalu menyayangi dan memperhatikannya. Bahkan kakaknya juga yang selalu membelanya di depan orang tua mereka saat Baekhyun kena marah karena mendapat nilai merah di ujian matematikanya. Yeah, kakak kandungnya, hyung tercintanya, segalanya bagi Baekhyun. Eldorado dalam hidupnya.
"Tak usah hyung. Aku bisa sendiri kok." Luhan mengangguk – angguk paham.
"Kalau begitu hyung mau ke ruang kepala sekolah dulu ya. Bye bye baby byunnie." Luhan melambai dan berlari – lari kecil kearah ruang kantor sekolah. Baekhyun masih memandang punggung hyung nya yang semakin kecil tertelan jarak. Pasti hyung nya akan diikut sertakan dalam olimpiade matematika tahun ini. Luhan itu pintar, ia di anugerahi otak emas oleh Tuhan. Dan sekali lagi, Baekhyun sangat bangga memiliki hyung yang seperti itu. Selalu membanggakan orang tua mereka. Setidaknya, masih ada Luhan yang patut dibanggakan, bukan hanya Baekhyun yang selalu mengecewakan.
Confession © ChanBaek
Kantin di siang ini terlihat begitu ramai, padahal dentingan bel menunjukkan kalau ini jam istirahat kedua. Disalah satu meja di kantin itu telah terisi oleh dua makhluk mungil, Baekhyun dan Kyungsoo. Dua sahabat yang selalu bersama – sama. Dimana pun dan kapanpun. Baekhyun maupun Kyungsoo terlihat sedang menikmati ramen mereka. Yeah, mereka tak mau ambil pusing untuk memesan makanan berserat karena hanya akan memperlambat waktu makan mereka. Apalagi jam istirahat mereka hanyalah satu jam. Bukankah waktu lain –waktu setelah makan– sebaiknya digunakan untuk belajar lagi? Itulah menurut dua sahabat ini. Berhemat waktu lah. Apalagi Baekhyun bukan termasuk siswa pintar seperti Kyungsoo. Ia harus bisa meluangkan waktu untuk belajar, right?
"Baekkie-ya." Kyungsoo menggumam dengan sedikit nada ragu di dalamnya. Baekhyun menyeruput mie nya sedikit cepat dan mengunyahnya pelan.
"Ada apa?"
"Sebenarnya ada suatu hal penting yang ingin kukatakan padamu." Baekhyun menghentikan pergerakan sumpitnya. Ia menatap Kyungsoo dengan alis saling bertautan. Tak biasanya Kyungsoo akan mengucapkan hal serius dengannya. "Sebenarnya, aku—"
"Baby Soo!" Sebuah suara bass menggema di seluruh kantin. Baekhyun yang sangat tahu betul suara itu hanya mendengus kesal. Sang pemilik suara, Park Chanyeol, berlari kearah meja mereka dan langsung mendaratkan lengannya pada leher Kyungsoo, melingkar disana dengan sangat possesive, membuat Baekhyun hampir tersedak mie di kerongkongannya.
"Ka-kalian—" Baekhyun terbata. Chanyeol tersenyum meremehkan kemudian beranjak duduk disamping Kyungsoo.
"Kami berkencan. Jadi, mungkin Kyungsoo akan menghabiskan waktunya bersamaku mulai hari ini." Bagaikan dipukul tongkat baseball, kepala Baekhyun langsung pening. Kyungsoo? Sahabat satu – satunya yang dimilikinya berkencan dengan orang yang mengacaukan hidupnya? Apa Tuhan sudah tak menyayanginya? Oh tidak, Baekhyun tak boleh mempunyai pemikiran seperti itu. Ia harus mengubahkannya menjadi, 'Apa Tuhan terlalu menyayanginya hingga ia harus mendapati kenyataan seperti itu?'. Takut? Yeah, ia takut kehilangan Kyungsoo, satu – satunya yang dipunyainya selain Luhan tentunya. Apalagi sifat Chanyeol yang terkenal over protective pada setiap kekasihnya dulu dan satu poin sialnya, Chanyeol membencinya. Dan itu berarti, Chanyeol akan membuat Kyungsoo menjaga jarak dengannya. Meninggalkannya?
"Mianh, Baekhyun-ah. Aku tidak meminta pendapatmu dulu. Aku—"
"Sudahlah baby Soo, Baekhyun takkan marah. Benarkan Byun Baekhyun?" Chanyeol bertanya dengan senyuman walau setiap pelafalan katanya penuh dengan penekanan seolah memaksa Baekhyun untuk mengatakan hal yang sebaliknya dari kata hatinya.
"A-ah, terserah kalian lah." Berusaha tenang dan meneruskan makannya. Kyungsoo tersenyum hangat, sepertinya ia tak menyadari perubahan raut wajah Baekhyun. Chanyeol yang disampingnya pun menyeringai puas tanpa disadari keduanya. 'Ini baru permulaan Byun Baekhyun' batin Chanyeol.
Confession © ChanBaek
Suasana ramai di kelasnya membuat hati Baekhyun makin dongkol. Ia baru saja dimarahi wali kelasnya karena tidak mau mengontrol keadaan kelasnya. Yeah, yang dimaksud sang guru adalah keadaan yang ramai seperti pasar kebakaran, lalu para murid yang rajin membolos seperti Chanyeol dan Sehun. Terlebih di jam kosong seperti ini. Ia sudah terlalu sering menggunakan suara oktaf nya, namun semua mengabaikannya. Mungkin mereka akan terlihat diam untuk beberapa saat, namun hanya berlangsung lima menit dan keadaan akan gaduh kembali. Ia membenamkan wajahnya pada lengannya yang terlipat. Ingin sekali ia mengigit murid – murid bandel itu. Tapi apa daya, mereka pasti akan mengacuhkannya. Anugerah suara yang terlampau tinggi pun tak bisa menyembuhkan 'ketulian' mereka. Mungkin dapat terhitung jari berapa banyak siswa yang menurut. Contohnya saja para murid nerd yang pendiam?
Baekhyun benar – benar mengutuk Jongdae yang seenak jidat saja mengajak Kyungsoo pergi ke perpustakaan. Bukannya bermaksud apa, hanya saja Kyungsoo adalah guru belajar private bagi Baekhyun. Kyungsoo juga menjabat sebagai tempat curhat dan teman mengobrol bagi Baekhyun. Tak ada Kyungsoo, matilah dia. Mati bosan, –maybe.
"Baekhyun-sshi." Seseorang menepuk pundak Baekhyun, membuatnya mau tidak mau mendongakkan kepalanya.
Pluukk.
Hoapph.
Baekhyun kelabakan. Baru saja wajahnya menjadi sasaran tepung yang dihadiahkan seseorang itu. Ia mengusap wajahnya yang sudah memutih. Tepung itu berhasil masuk ke dalam mulut, hidung, serta matanya, membuatnya terasa perih. Matanya juga berair. Namun sepertinya penderitaannya tak berhenti disitu karena beberapa butir telur sudah mendarat di kepalanya. Bau amis langsung menyeruak ke dalam hidungnya, membuatnya sedikit mual. Walau matanya memburam karena tertutup tepung, namun ia mendengar dengan jelas gelak tawa disana. Semua orang menertawakannya.
"Chukkae Baekhyun-sshi!" Seseorang berucap. Dari suaranya, Baekhyun yakin kalau itu manusia tiang menyebalkan yang selalu membully nya, Park Chanyeol. "Kerja bagus Tao-ya." Chanyeol kemudian berteriak. Kini Baekhyun tau, kalau Huang Zitao, pemuda asal China itulah yang menghadiahi tepung tadi. Baekhyun sedikit heran, padahal Zitao sangat ramah padanya, apa sekarang dia sudah menjadi anak buah si Chanyeol itu?
"Apa maksud semua ini, Park Chanyeol?" Oh lihatlah Baekhyun, wajahnya benar – benar tertutup tepung, rambut yang lengket dengan tetesan – tetesan telur di ujungnya. Ia sudah cukup bersabar dengan ulah Chanyeol, namun sepertinya ia tak dapat mentoleransi kelakuannya yang satu ini. Bukankah Chanyeol telah menganggu kenyamanan waktu belajarnya? Chanyeol melipat kedua tangannya dan memandang remeh kearah Baekhyun.
"Bukankah kau ulang tahun hari ini?"
"Mwo?!" Mata Baekhyun membulat. Bagaimana bisa? Ini bulan September, Chanyeol benar – benar harus ke dokter saraf untuk memperbaiki ingatannya. Itu pun kalau dia memang peduli dengan hari ulang tahun Baekhyun.
"Eh? Aku salah ya?" Chanyeol bertanya dengan nada mengejek.
"Chanyeol-ah, kau jangan mengada – ada. Baekhyun-sshi ulang tahun atau tidak?" Zitao menepuk bahu Chanyeol sedikit lebih keras. Takut kalau – kalau pemuda yang lebih darinya itu berbohong. Chanyeol hanya tertawa kemudian menggedikkan bahunya dan melenggang pergi begitu saja. Kelas yang tadinya riuh berubah hening seketika. Zitao akhirnya ikut membantu menghilangkan tepung disekitar mata Baekhyun. "Baekhyun-sshi, jeosonghaeyo. Aku pikir kau benar – benar ulang tahun. Ternyata Chanyeol hanya berbohong. Maafkan aku." Baekhyun tersenyum lalu menggeleng pelan. Ia menghela nafas ketika tatapan mata semua temannya seolah menatap iba padanya.
"Aku permisi." Baekhyun bergeser sedikit lebih jauh agar badannya yang penuh dengan tepung itu tak mengenai jas sekolah Zitao. Ia segera keluar dari dalam kelas. Ia harus membersihkan diri bukan? Baekhyun sedikit gusar ketika ia melewati lorong, semua murid yang melihatnya terkikik, menertawakannya.
Setelah meenghabiskan sekitar 20 menit untuk mandi dan berganti seragam –ia terpaksa menggunakan seragam olah raganya–, ia kembali ke kelasnya. Hatinya tambah dongkol mana kala sang guru, Park sonsaengnim sudah berada di dalam dan menjelaskan pelajaran. Mungkin ia harus membolos untuk kali ini. Ia tak ingin guru killer itu menendangnya hari ini. Saat matanya menangkap tubuh jangkung Chanyeol di dalam, ia tersenyum puas. Berarti takkan ada yang menganggunya kalau pun ia membolos. Akhirnya ia berjalan santai menuju lantai paling atas gedung sekolahnya –atap sekolah, tempat para murid yang membolos–.
Cklek.
Angin musim gugur langsung menerpa tubuh mungilnya, ia sedikit terhuyung ke belakang mengingat kerasnya tamparan angin di atap ini. Ia merasa sedikit bergidik saat angin dingin itu menguliti bagian tubuhnya yang terbuka. Ia pun memeluk lengannya dan berjalan kearah pagar pembatas. Ia sedikit terlonjak saat melihat ada orang lain disana. Tengah membelakanginya, seperti tengah menikmati pemandang di belakang gedung sekolah mereka yang bisa dikatakan cukup indah. Baekhyun tahu benar siapa itu. Dengan ragu ia melangkahkan kakinya mendekati siswa itu. Jantungnya berdetak makin cepat saat tangannya terulur akan menepuk pundaknya. Namun sebelum tangan mungil itu berhasil menyentuhnya, sang pemilik sudah terlebih dahulu membalikkan badannya.
"Eoh, Byun Baekhyun-sshi, kau membolos?" Pemuda itu bertanya dan Baekhyun hanya mengangguk. "Kenapa memakai baju olah raga?" Pemuda itu bertanya dengan alis yang saling bertautan. Baekhyun hanya mengulum senyum simpul.
"Hanya masalah kecil di kelas tadi."
"Chanyeol?"
"Yeah, seperti yang kau tahu, Sehun-sshi." Sehun terlihat menghela nafas pelan. Sehun sendiri juga tak habis pikir, kenapa sahabatnya itu selalu membully pemuda manis di depannya ini. Padahal setahunya Baekhyun hanyalah seorang murid pendiam yang bahkan jarang berkomunikasi dengan orang lain. "Aku yakin dia tak bermaksud jahat padamu. Mungkin dia hanya—"
"Aku sudah terbiasa." Baekhyun memotong perkataan Sehun. Ia menatap Sehun dengan wajah yang menenangkan, membuat Sehun mau tak mau juga ikut tersenyum tipis. "Aku sudah biasa diperlakukan seperti ini."
"Jangan sok kuat."
"Eh?"
"Chanyeol takkan berhenti sampai kau menangis di depannya." Baekhyun tertawa kecil lalu mengedarkan pandangannya pada sekitarnya.
"Aku takkan menangis." Sehun kembali tersenyum hangat dan mengusak rambut Baekhyun. Membuat pemiliknya tersipu dan menundukkan wajahnya. Mengabaikan detakan hebat di dada kirinya. Ia memalingkan wajahnya, menghindari kontak mata dengan hazel Sehun yang meneduhkan. Beberapa menit mungkin akan mereka habiskan dalam diam sembari menikmati hembusan angin dan pemandangan yang disuguhkan di depan mereka.
Confession © ChanBaek
"Baekhyun-ah!" Baekhyun menoleh dan mendapati Kyungsoo yang tengah berlarian kearahnya. Ia mengerutkan dahinya heran. Kyungsoo langsung saja menerjangnya dan memberikan pelukan yang entah apa maksudnya. Ia dapat merasakan tangan Kyungsoo yang semakin erat saat memeluknya. "Maaf, maafkan perlakuan Chanyeol. aku mohon maafkan dia, Baekhyun-ah." Baekhyun tersenyum kecut. Ternyata ini maksud dari pelukan Kyungsoo. Kenapa juga sahabatnya ini rela meminta maaf untuk orang seperti Chanyeol? Sebegitu cintanya kah? –molla.
"Aku tidak apa-apa, Kyungsoo." Kyungsoo melepaskan pelukannya dan mengenggam kedua tangan Baekhyun.
"Aku akan memutuskannya kalau dia masih menganggumu. Kau sahabatku, Baekhyun-ah. Dan aku tak mungkin menerima seseorang yang terus saja menyiksamu." Baekhyun menggeleng pelan.
"Aku takkan melarangmu, Kyungsoo-ya. Hubunganku denganmu dan dengan Chanyeol itu berbeda. Aku memang membencinya, tapi kebencian ku itu takkan berlaku untukmu walau pun kau menjadi kekasihnya. Sudahlah, jangan bahas ini." Baekhyun berdalih tak suka. Ia mengerucutkan bibirnya lucu.
"Tapi—"
"Aku akan benar – benar marah padamu kalau kau masih membicarakan masalah ini." Baekhyun berujar dingin walau pun ada nada candaan di dalamnya.
"Gomawo Baekhyun-ah." Kyungsoo tersenyum singkat. Saat melihat Luhan sudah menantinya di depan gerbang, Baekhyun langsung berpamitan pada Kyungsoo dan berjalan kearah hyung nya. See, kakaknya tampak manly saat melipat kedua tangannya dan menyandarkan punggungnya di tembok gerbang. Apalagi ia menjadi pusat perhatian karena memang banyak siswa yang lalu lalang akan pulang. Bukankah itu terlihat keren? Kalau saja bukan saudara kandung, Baekhyun pasti sudah menyimpan perasaan pada Luhan hyung nya. Luhan menyerngit heran, saat Baekhyun datang dengan kikikan tawa.
"Kenapa eoh?"
"Wah, kau terlihat seperti seme jika berpose seperti itu hyung." Baekhyun kembali terkikik, membuat Luhan mempoutkan bibirnya karena kesal.
"Loh, tak tahu ya kalau aku ini seme sejati?" Luhan menyeringai membuat Baekhyun tertawa semakin keras. Ia bahkan sampai memegangi perutnya yang serasa di kocok oleh kata – kata Luhan.
"Cih, bohong. Saat berkencan kau selalu menjadi uke. Well, jika kau berkencan dengan wanita, kau pasti seme sejati, hhahah. Itu pun kalau gadis yang kau kencani tidak canggung karena wajahmu lebih cantik dari mereka."
Bletak.
"Awww!"
"Baekhyun!" Luhan menghentak – hentakkan kakinya kesal. Membuat para gadis di sekitar mereka menjerit tertahan, dan para pemuda berjiwa seme langsung mimisan. Oh, betapa menggemaskannya Luhan saat bertingkah kekanakkan seperti itu. Tak urung seorang pemuda berperawakan tinggi dengan kulit seputih susu tersenyum memperhatikan Luhan dari dalam mobilnya.
Confession © ChanBaek
"Baca ini." Sehun menunjukkan sebuah halaman buku yang dibacanya pada Chanyeol. Chanyeol mendengus kemudian menaruh playstation nya dan meraih buku yang diberikan Sehun.
"Ck, sejak kapan kau suka membaca novel seperti ini. Memalukan." Chanyeol mencibir dan Sehun hanya memutar kedua bola matanya.
"Dibaca dulu sahabatku yang tampan." Mendengar penuturan Sehun membuat Chanyeol tersenyum puas. Kalau Sehun sudah berkata seperti itu, ia merasa dirinyalah seme sejati disini. Tingkah Sehun bahkan terlihat seperti perempuan, bertutur dengan nada manja dan membaca romansa. Ck, menjijikan sebenarnya. Chanyeol melihatnya, namun masih enggan membacanya. "Itu bukan novel. Itu kiasan yang diambil dari kisah – kisah nyata." Chanyeol mengerutkan dahinya, akhirnya ia pun membaca sederet tulisan yang ditunjukkan Sehun.
'Lawan dari cinta bukanlah benci, melainkan rasa ketidakpedulian. Itulah mengapa cinta dan benci hanya berbeda tipis. Kita bisa membenci semudah kita mencintainya, dan kita bisa mencintai sekeras kita membencinya." –Robert fulghum (–dengan tambahan dari saya. Kkk.)
"Apa maksudnya?" Chanyeol bertanya dengan nada bingung, membuat Sehun menunggingkan senyum puas. Tak sia – sia dia menunjukkan filosofi hidup pada sahabatnya ini. Setidaknya dia mulai tertarik sekarang. Yeah, walau pun ia tak yakin cara ini akan berhasil menyadarkan seorang Park Dobi—ups, Park Chanyeol yang sangat keras kepala ini.
"Jangan terlalu membenci Baekhyun." Alis Chanyeol bertautan. "Kau bisa sangat mencintainya kelak." Chanyeol tertawa mengejek. Tak membenarkan sama sekali ultimatum memuakkan dari Sehun.
"Cih, omongan lama. Aku tak percaya. Lagipula aku punya Kyungsoo. Lihat saja mata bulatnya yang menawan dan bahunya yang sempit seperti anak gadis. Sungguh menggiurkan, membuatku ingin menerkamnya saja." Chanyeol memperagakan lekukan tubuh Kyungsoo dengan kedua tangannya dan Sehun hanya mendengus pelan. "Beda dengan Byun Baekhyun si pencinta eyeliner itu. Dia begitu menakutkan dengan mata yang sipit seperti seorang sadako. Tubuhnya juga biasa saja. Tak ada yang menarik darinya, terasa hambar dipandang mata."
"Tak tahulah. Kita lihat saja nanti." Sehun menggedikkan bahu. "Dan kurangi kadar kemesumanmu itu Park Chanyeol. Kurasa kau juga akan 'memakanku' jika kau sedang kehabisan stok." Chanyeol tertawa.
"Well, mungkin saja Thehunnie sayang." Ia tertawa lebih keras dan Sehun hanya memandangnya datar.
"Ck, sialan."
Chanyeol terkekeh. Ia kembali menyibukkan diri dengan game nya. Namun beberapa saat bermain, ia mempause nya dan berbalik menatap Sehun yang kembali menyelami bukunya.
"Hun-ah, kau—apa kau menyukai Luhan hyung?" Badan Sehun yang semula menempel pada sofa langsung menegak dan matanya membulat sempurna. Melihat ekspresi Sehun yang berlebihan, membuat perut Chanyeol serasa dikocok. Sehun sangat lebay (?) –menurutnya. "Lihat ekspresimu Hun-ah, hhahaha. Seperti seorang gadis yang ketahuan berpacaran dengan om – om." Alis Sehun langsung mendatar. Ia menggeplak kepala Chanyeol sedikit lebih keras, membuat sang pemilik meringis kesakitan. "Hey kawan, kau benar – benar menyukainya? Kukira kau takkan tertarik pada orang yang sama populernya denganmu."
"Kau pikir aku populer? Oh, terima kasih Tuan Muda Park."
"Dasar! Kalau aku sih, aku takkan tertarik dengan orang yang sama populernya denganku." Ekspresi Sehun langsung berubah menjadi sangat datar. Kenapa ia bisa lupa kalau dia memiliki sahabat dengan tingkat ke-PD-an yang akut? "Kau ingin tahu kenapa?" Sehun hanya mengangguk, walau sebenarnya tak begitu tertarik juga sih. "Karena aku tak mau tersaingi. Hahaha." Jawaban konyol. "Apa kau tak ingin mendekatinya Oh Se?" Mendengar penuturan sahabatnya, tiba – tiba seringaian muncul di bibir tipis milik Sehun.
"Dia akan mendatangiku dengan sendirinya nanti."
"Eh, sepertinya aku melewatkan sesuatu." Sehun tersenyum tipis.
Confession © ChanBaek
Bruukk.
"Ah, jeosonghamnida agasshi, aku tidak sengaja. Mari kubantu." Kyungsoo menyerngitkan alisnya. Dha'hell! Siapa yang berani memanggilnya 'agasshi'? Jelas – jelas dia itu seorang laki – laki. Pasti orang ini sama gilanya dengan Baekhyun –karena Baekhyun selalu mengatakan kalau dia itu cantik–. "Kau tidak apa-apa? Maaf. Aku terburu – buru tadi." Kyungsoo mengangguk pelan, memunguti bahan – bahan makanannya yang berserakan di trotoar karena orang asing ini berhasil menabraknya.
"Jeosonghamnida." Pemuda yang menabraknya itu membungkuk kearahnya. Kyungsoo yang memang belum sempat melihat wajah pemuda itu langsung berdiri dan ikut membungkuk. Saat mereka telah berhadapan, pemuda itu tersenyum lembut, membuat hati Kyungsoo tiba – tiba menghangat. Jantungnya berdebar dan wajahnya memanas, padahal udara malam ini sangatlah dingin. Jatuh cinta? Mungkinkah? Bahkan Kyungsoo masih mematung karena terlalu terpesona oleh sosok di depannya. "Hey, apa kau baik – baik saja?" Pemuda itu melambai di depan wajahnya, membuat Kyungsoo tersadar dari fantasinya beberapa menit yang lalu.
"A-ah ne." What?! Kenapa suaranya terdengar begitu gugup?
"Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu." Pemuda itu membungkuk sekali lagi dan segera melangkahkan kakinya pergi. Namun, tiba – tiba saja mulut Kyungsoo langsung terbuka dan memanggilnya.
"Hey tuan!" Pemuda itu menghentikan langkahnya lalu berbalik dan tersenyum. "Jangan panggil aku 'agasshi'! Aku ini lelaki tulen." Walau dari jarak yang cukup jauh, Kyungsoo dapat melihat pemuda itu terkekeh kecil.
"Jeosonghaeyo, geurom, siapa namamu?!" Pemuda itu berteriak. Kyungsoo mengulum senyum kemudian menjawab.
"Kyungsoo, Do Kyungsoo!"
"Senang mengenalmu Kyungsoo-sshi, aku Kim Jongin! Panggil saja Kai!" Pemuda berkulit tan yang sangat mempesona –menurut Kyungsoo– itu melambai kearahnya dan ia pun membalas dengan lambaian pula. Sampai akhirnya pemuda itu memutuskan kontaknya dengan Kyungsoo dan melanjutkan langkahnya.
'Kim Jongin ya. Kenapa jantungku seperti ini? Ah Kyungsoo, kau kan sudah punya Chanyeol. Apa – apaan aku ini?!' Kyungsoo meruntuk dalam hati.
.
"To be continued—"
.
