If You Ever Come Back

Pair : KaiHun

Disclaimer : EXO milik Tuhan, SM, dan orang tua masing-masing

Warning : Typo(s), BL, cerita pasaran, EYD berantakan

Terinspirasi dari lirik lagu yang dibawakan oleh Band asal Irlandia "THE SCRIPT"

Ini nggak sengaja nemu pas gue bongkar-bongkar kandang *read:kamar" dan terjatuhlah(?) album pas jaman gue masih SMA, gue masih inget, untuk mendapatkan ini album harus rela banting tulang(?) *read:nggak jajan, ngemis ortu*

Gue elus-elus, gue cium, gue gosok pake Cl*ng biar ngejreng(?)

Dan taraaa, jadilah SF abal ini hehe

Hope you like it, guys ^^

DLDR

HAPPY READING

Sinar matahari menembus tirai jendela yang memang terbuka, suara kicau burung yang bertenger di kusen, terdengar mengalun indah. Seorang Namja yang tengah terlelap mengerjapkan matanya perlahan. Penampilan acak-acakan khas bangun tidur. Yang membedakan hanya mata dengan lingkaran hitam yang sangat kentara pada wajah tampannya. Tubuhnya berbalik ke arah kanan, tangannya terulur menyentuh bantal disampingnya, masih sama, masih kosong.

Dibelainya permukaaan bantal tersebut, lalu setetes air mata lolos dari pelupuk matanya. Mengusap wajahnya kasar, lalu bangkit dari tidurnya dan mengamati kamar mereka, benar kamar mereka, sebelum dia pergi. Pergi karena kesalahnnya, karena keegoisannya.

If you're standing with your suitcase

But you can't step on the train

Everything's the way that you left it, I still haven't slept yet

And if you're covering your face now

But you just can't hide the pain

Still setting two plates on the counter but eating without you

Kakinya melangkah menuju stasiun kereta api. Mendudukan tubuhnya di bangku yang tersedia. Disudut tembok tertempel apik sebuah angka 8 yang tampak usang. Masih teringat jelas seorang Namja yang tengah berlari sembari membawa koper coklatnya. Menaiki kereta dengan tergesa dan berurai air mata. Tatapan mata yang memancarkan kekecewaan dan putus asa mampu membuatnya berdiri mematung menatap kepergiannya. Kakinya yang tiba-tiba terasa kaku, menyulitkannya untuk berlari mengejarnya. Bahkan tenggoraknnya terasa kering hingga tak satupun suara yang keluar dari bibirnya. Suara mesin kereta api berhasil membuatnya tersadar dari lamunannya. Namja tersebut-Jongin- berdiri dari duduknya, lalu melangkah keluar dari area platform 8, platform yang mengingatkan pada kekasihnya, Sehun.

.

.

.

"Jongin, jangan mengangguku memasak". Ucap Namja pale skin tersebut merasa terganggu ketika lengan kekar kekasihnya menempel indah di perut ratanya. Sedangkan Namja yang yang disebut namanya tadi hanya terkekeh pelan lalu melepaskan lengannya dan mencium pipi putih itu secara kilat. Membuat Namja pale skin tersebut-Sehun merona hebat.

Jongin mengangkat sudut bibirnya saat memorinya kembali memutar kejadian yang masih segar di otaknya. Disinilah Jongin, duduk di meja makan rumahnya, dengan dua piring yang tertata rapi diatasnya. Berharap bahwa Sehun akan kembali, dan mereka makan bersama, seperti malam-malam sebelumnya.

If the truth is you're a liar

When you say that you're okay

I'm sleeping on your side of the bed going out of my head now

And if you're out there trying to move on

But something pulls you back again

I'm sitting here trying to persuade you like you're in the same room

And I wish you could give me the cold shoulder

And I wish you could still give me a hard time

And I wish I could still wish it was over

But even if wishing is a waste of time

Even if I never cross your mind

Gemuruh suara petir saling bersahutan, disusul dengan hujan badai yang melanda di daerah Gangnam dan sekitarnya. Suara tersebut tak pelak membuat salah seorang Namja semakin meringkuk di kasurnya, badannya bergetar hebat saat petir kembali terdengar. Pergerakan Namja tersebut-Sehun berhasil membuat Jongin yang sedang memeluknya terbangun. Lalu mengusap punggung bergetarnya agar tenang.

"Tenanglah Sehun, aku disini". Jongin berucap sembari mengecup puncak kepalanya. Tangan besarnya tak henti-hentinya mengusap punggung sempit tersebut. Bisa dirasakan Namja yang berada dipelukannya mengangguk kecil dan merapatkan tubuhnya, tak lama terdengar hembusan nafas teratur dari Sehun. Membenarkan selimut yang menempel di tubuh mereka, dan mencium lebut keningnya sambil mengucapkan kata cinta, lalu segera menutup mata dan menyusul kekasihnya.

"Disini sedang hujan petir Sehun, apakah kau di sana baik-baik saja, tanpaku? Aku masih disini, sayang. Masih ditempat yang sama saat aku mendekapmu dan membisikan kata cinta untukmu". Ucap Jongin parau.

I'll leave the door on the latch

If you ever come back, if you ever come back

There'll be a light in the hall and a key under the mat

If you ever come back

There'll be a smile on my face and the kettle on

And it will be just like you were never gone

There'll be a light in the hall and a key under the mat

If you ever come back, if you ever come back now

Oh if you ever come back, if you ever come back

Jongin mengunci pintu rumahnya. Lalu meletakkan kunci tersebut dibawah karpet birunya. Kebiasaan lama, saat dulu mereka masih bersama. Sehun tidak mau mempunyai kunci cadangan, terlalu merepotkan baginya yang sering melupakan sesuatu. Maka dari itu, Jongin memberi inisiatif meletakkan kunci dibawah karpet mereka, dan dengan senyum cerahnya Sehun menyetujuinya. Jongin masih ingat, saat itu Sehun langsung memeluknya dan bergumam, 'tidak akan pernah ku temukan pria lain sepengertian dirimu'. Jongin tersenyum remeh, masihkah aku menjadi pria yang paling mengerti dirimu? Lalu mengapa kau pergi jika kau telah menemukan pria yang mengerti akan dirimu? Kembalilah, dan mari kita mulai dari awal lagi, buatlah aku tersenyum akan tingkah konyolmu. Dan aku akan akan membuatmu tersenyum dengan kasih sayangku.

Now they say I'm wasting my time

Cause you're never coming home

But they used to say the world was flat but how wrong was that now

And by leaving my door open

I'm risking everything I own

There's nothing I can lose in the break in that you haven't taken

"Jongin-ah, lupakan Sehun, dan jalani hidupmu dengan baik. Sehun pasti juga tidak mau kau menjalani hidupmu seperti ini. Gunakan waktumu untuk memikirkan masa depanmu". Chanyeol menepuk pelan pundak sahabatnya. Merasa kasihan dengan hidup Jongin. Seakan kehilangan cahanyanya. Bukan masalah untuk Jongin, jika dia ingin mencari pengganti Sehun, mengingat Namja dengan kulit tan tersebut merupakan mahasiswa yang populer.

"Jika itu bukan Sehun, aku tidak bisa". Putusnya final, lalu meninggalkan Chanyeol yang hanya bisa menatapnya nanar.

If it's the fighting you remember or the little things you miss

Iknow you're out there somewhere, so just remember this

If it's the fighting you remember or the little things you miss

Oh just remember this, oh just remember this

Jongin terlihat mengendap-endap masuk ke dalam rumahnya, jam di ruang tamunya menunjukkan pukul 4.30, masih terlalu pagi untuk si Namja kesayangannya bangun. Keringat dingin menetes melalui pelipisnya saat Jongin membuka pintu kamarnya. Membukanya secara pelan agar tidak membangunkan kekasihnya. Tepat saat Jongin membuka pintu tersebut, terlihatlah sesosok Namja manis yang tengah berkacak pinggang di atas tempat tidur mereka.

"Se-Sehun".

Apa bocah ini tidak tidur semalaman dan menungguku? Batinnya.

"Kenapa kau baru pulang? Kenapa nomormu tidak bisa dihubungi? Dan kenapa kau tidak menghubungiku?". Serentetan pertanyaan lolos sudah dari bibir tipis Namja manis tersebut, membuat Jongin gelagapan sendiri. Bingung harus menjawab apa.

"Sehun, aku bisa jelaskan". Ujarnya, lalu menelan ludahnya gugup.

"A-aku semalam mengerjakan tugas di Lab kampus, aku harus memeriksa ulang apakah-"

"Sudahlah, terserah kau saja". Sehun memotong ucapan Jongin lalu merebahkan tubuhnya membelakangi Namja yang masih berdiri di depan pintu. Mengatupkan rahangnya lalu menghembuskan nafasnya kasar, Jongin berjalan menghampiri Sehun. Diusapnya helaian rambut pirangnya.

"Maafkan aku, karena tidak memberitahumu". Ucapnya pelan. mengetahui jika orang yang diajak bicara tak merespon ucapannya, Jongin membalik tubuh kurus tersebut ke arahnya. Menyingkirkan helaian poni yang menutup mata hazelnya. Sehun masih enggan membuka mata, Ngomong ngomong.

"Aku tak bermaksud membuatmu khawatir. Aku janji lain kali akan menghubungimu jika sewaktu waktu aku ada urusan di kampus".

"Kau selalu begitu". Akhirnya Sehun membuka mata dan menyerukan protesnya. Bibirnya dimanyunkan beberapa senti. Tak ayal membuat Jongin tersenyum geli.

"Arra, kita beli Bubble Tea sebagai permintaan maafku, kau mau?". Tawar Jongin.

Mendengar kata 'keramat'nya, membuat Sehun melebarkan mata dan tersenyum riang hingga membuat matanya melengkung bak bulan sabit.

"Tunggu apa lagi?". Jawab Sehun lalu bangun dari acara tidurnya.

"Kau lupa? Ini masih pagi Sehun, kedai langgananmu belum buka". Jongin lalu menunjukkan Jam digital di meja nakasnya.

Sehun kembali mempotkan bibirnya, membuat Jongin gemas dan mengecup bibirnya, memberikan sedikit lumatan sebelum melepasnya. Kemudian menyeret Sehun untuk kembali tidur berbantalkan lengannya.

"Sekarang kita tidur, nanti kau bangunkan aku". Jongin berucap sambil memejamkan mata. Sungguh, Jongin benar-benar lelah, setelah semalaman mengerjakan tugasnya. Sehun mengangguk mengerti dan semakin menyamankan diri di pelukan hangat kekasih tan-nya.

"Tak bisakah kesalahanku ku tebus dengan seluruh seribu Bubble Tea?". Jongin menunduk melihat tangannya yang tengah memegang segelas Bubble Tea rasa coklat, kesukaan Sehun.

Sehun-ah, Saranghae~

And it will be just like you were never gone

And it will be just like you were never gone

And it will be just like you were never gone

If you ever come back, if you ever come back now

End

Mind to Review, baby? ^^

Jangan jadi hantu ya *wink*