Title: Sorry, Wrong Number!

Rate: T

Pair: CubaSe (Autor bego iseng bikin beginian)

Summary: "Halo? Bisa bicara dengan Thomas?" 'Suaranya Seksi~' Ujar Cuba dalam hatinya.

Warning: Cacat, gaje, abal, Typo, garing, sedia payung sebelum Kodok menguasai bumi(?)

Disclaimer: As Evil~(?) Hidekaz Himaruya Sensei, da yo~

Yosh~ Kushala Berlitz Karpusi kembali dengan tukang sampah berambut dread yang suka lewat depan rumahnya~(?)

Saya segera persembahkan untuk anda, ENJOY~~

Pada Pagi(1) itu, Seorang personifikasi negara Cuba baru saja selesai mandi di kos kosannya, yang notabene ia tinggali bersama dengan dua orang temannya, seorang Personifikasi negara Super Power atau diketahui sebagai United States of America, dan yang seorang lagi adik kembarnya, yaitu Personifikasi negara yang berada di atasnya, yang kalau tidak salah namanya Panada... atau Panda? Ah? Apa? Canada? Oh, baiklah, seingat saya dia hanya seorang Pawang Silmuan Beruang yang bertampang polos namun menyeramkan itu (bisa terbang kemana mana, bisa berbicara dengan tampang tak berdosa)

Sekarang, mari kembali ke Cuba.

Layaknya yang dikatakan di paragraf sebelumnya, dia baru saja selesai mandi(2) ketika telpon di ruang tamunya berdiri, rambutnya yang keriting masih berdiri acak-acakan, dia secara harfiah lebih terlihat seperti mutan kaktus yang diberi sinar Gamma secara berlebihan oleh seorang ilmuwan sarap nan sedeng yang tidak tidur 9 tahun lamanya, om nya sendiri adalah seorang imuwan jurusan Nuklir di sebuah Unversitas di suatu tempat yang dinamakan Moskow, namun tidak ada yang berani beransumsi untuk memberikan sebuah koneksi akan kedua hal tersebut, karena tidak satupun dari kedua temannya atau malah orang lain ingin bangun di suatu pagi dan mendapati jari kelingking mereka secara misterius menjadi 7 buah.

"Alfred! Angkat telponnya!" perintah Cuba layaknya seorang bos dari suatu perusahaan yang menangani jasa ekspor impor hingga dengan gampangnya memerintah seorang Personifikasi negara besar di dunia.

"...KRRIIIINNGG!" nihil, tidak terdengar suara Alfred, justru suara telpon sekali lagi berdering dan terngiang hingga sukses memecahkan gendang telinganya, oh? Oke, sepertinya Author terlalu memakai majas Hiperbola barusan.

"errhh... baiklah.." Cuba berjalan menuju telpon hanya dengan memakai sebuah boxer dan... sudah, hanya boxer.

Hei bung, sepertinya kau lupa menyebutkan nama seseorang, tapi siapa ya? Sepertinya saya sendiri agak merasa kelupaan.

Canada: orang yang kau maksud itu aku, da yo~

Author: ...dare?

Canada: Canada da yo...

Ah? Scene barusan terasa familiar? Terserah kalian lah, lagipula saya sudah terlalu pusing untuk memikirkan ini lagi.

Mari kita kembali, Dan selamat datang di bumi.

"Halo? Bisa berbicara dengan Thomas?" suara seorang wanita terdengar dari ujung telpon.

'Hmm... suaranya seksi juga..' batin Cuba dalam hati(3).

"Hmm.. maaf, salah sambung mbak, disini nggak ada yang namanya Thomas.. aduh, gatel.." kata Cuba sambil menggaruk garuk(4) bagian tertentu yang dapat menurunkan selera makan seorang penderita busung lapar hingga bersumpah tidak akan pernah menggaruk bagian tersebut hingga hidupnya diakhiri seorang Adolf Hitler.

"Masa sih? Bohong, ah.. serius dong.."

"Betulan mbak, gatel.."

"Yakin disitu nggak ada yang namanya Thomas? Ini bener 08xxxxxxxxxx kan?"

"Yakin mbak, disini ndak ada manusia berwujud dan bernama Thomas, saya gatel, dan itu memang nomor kami"

"Kok aneh ya? Yaudah deh, makasih ya.."

"Klik" telpon ditutup (5).

Dan Cuba melanjutkan garukannya(6)

"KRIIIINGGG!"

"Halo?" Suara wanita yang sama terdengar dari seberang sana, ya, sekali lagi, seberang.

"Halo, yang tadi lagi ya mbak? Cari Thomas?" Cuba mulai memancarkan sebuah lambang kecerdasan.

"Eh, heheh, i-iya, tadinya saya kira saya yang salah pencet nomor, tapi pada kenyataanya saya bener kok, kok aneh banget ya? Aneh deh.. kamu betulan seratus persen yakin dan percaya disana nggak ada yang namanya Thomas?"

"Ada America, Alfred, Alfie, Alf, Arufuredo, Alpret, Kampret, Kambing(7), Canada, Matthew, Mat, Mattheo, Mati, sama saya sendiri Cuba, tapi saya betulan yakin dan percaya akan ketidak hadirannya orang bernama Thomas disini." Ujar Cuba panjang lebar, singkat padat namun tak jelas sembari mengabsen teman teman kos nya.

"oke deh, makasih banyak, maaf udah ngerepotin"

"Klik" sekali lagi telpon ditutup.

Cuba lantas mengambil spidol besar dan menulis besar besar di atas white boardyang berada tepat di atas telpon tak berdosa tersebut.

PENGUMUMAN:

ADA YANG JALAN JALAN DAN ML SAMA CEWEK SAMBIL NGAKU NGAKU BERNAMA THOMAS DI KOS AN SINI? ADA CEWEK NELPON, ITU BOCAH BILANG DIA HAMIL DAN MAU MINTA TANGGUNG JAWAB

N.B: AKU MAU JUAL SANYO 300W PUNYAKU, KONDISI LECET, HARGA NEGO, BARU SEKALI JATOH DARI TANGGA.

Lantas Cuba kembali ke kamarnya.

"Siapa sih Ba?" tanya America kepada Cuba yang sedari tadi belum memakai bajunya itu.

"Entah, ndak ngerti gue.." ujarnya sambil memakai bajunya yang sedari tadi tertunda dikarenakan sebuah telpon konyol tersebut, kepada America yang sedang mengerjakan tugas dari dosennya, entah tugas apa itu, Cuba sendiri tidak mau tahu dan memang malas untuk mencari tahu.

"KRRRIIIINGG!"

Cuba kembali menoleh kearah sumber suara itu.

"Suaranya sih lumayan seksi, mudah mudahan dia lagi." Harap Cuba, yang kemudian kembali beranjak dan berjalan menuju telpon tersebut, kali ini hanya dengan baju dan boxer, tanpa celana.

"Besar di hutan kau ya?" Ledek America kepada Cuba yang berpenampilan tidak senonoh seperti itu, layaknya seekor Tarzan kelas kakap yang akan menangkap mangsanya, walau sebenarnya Tarzan tidak memburu hewan, maksud dari kata kata diatas saya sendiri pun tidak mengerti, teehee~

"Halo? Thomas?"

"Bukan, Barack Obama"

"Eh? Yang tadi ya? Mas.. C-Cuba kan?"

"Iya, eh mbak, mendingan sepertinya saya sarankan mbak menyerah aja nyari orang ghaib ini deh, kasian mbak nelponin melulu, kayaknya emang itu bocah salah ngasih nomor deh.."

"Berpotensi sih, ini rumah daerah mana sih?"

"Disini Washington D.C mbak"

"Bener ah, adduuuuhh~~ ini orang susah amat sih dicari~~"

Cuba mulai terbuai akan keseksian suara di seberang sana, lantas seketika terbitlah rasa ingin menolongnya.

"Mungkin saya mbisa mbantu mbak? Mbak namanya sopo dan opo masalahne?"

"Nama Saya Sey, dan saya menemukan si Thomas ini di koran dalam bagian kolom iklan berita.."

'Pijat Erotis?' Harap Cuba dalam hati.

"Les Privat."

'Yah...' Cuba kecewa(7).

"Saya sedang mencari guru les privat buat adik saya.."

"Kelas berapa adiknya?"

"Tiga SMP"

"Kalau mbak Sey sendiri?"

"Saya udah kuliah, mas~"

"Kenapa nggak Mbak Sey aja yang ajari~?"

Sulit dipercaya, saudara saudara sebangsa setanah air sesama para umat manusia di seluruh dunia dan jagat raya, dengan absurdnya, terbentuk sebuah koneksi di antara mereka berdua dimana berujung dengan Cuba yang mengobrol dengan penelepon gelap itu selama lebih dari 40 menit, selama itu juga Cuba duduk di kursi telpon yang perlu dicatat bahwa ini dekat dengan pintu masuk kosan tersebut, dan secara otomatis, mulai menjadi tontonan anak anak kampung dari pintu depan kos tersebut yang terbuka.

"HEEEEE~~~ NGGAK PAKE CELANAAAA~~~" mereka menuding Cuba dengan tampang nyeleneh, namun suara yang terdengar cukup imut hingga bisa membuat seorang Netherland mati impoten.

"Siapa itu, Cuba?"

"Bocah bocah kampung, teriak teriak nggak jelas..."

"Siapa yang nggak pake celana?"

"Err... ummhh.. t-temenku..." untuk pertama kalinya seumur hidup, sebuah abstraksi berlabel ETIKA merasuki tubuh, jiwa dan raga Cuba, tiba tiba dia merasa malu kepada Sey bahwa dia tidak memakai sebuah penutup wajib yang konon disebut Celana, sembari melanjutkan konversasi mereka yang semakin menit menjadi semakin akrab dan intim, Cuba memberi sinyal kepada Canada yang (tumbennya) sedang tidak terlupakan untuk memberinya sebuah Celana, sinyal ini ditangkap oleh Canada, namun hal bodohnya adalah dia salah menangkap dan mengira bahwa Cuba meminta sebuah Jangka, kemudian dia mengambilkan dan melemparkannya.

Cuba menghindar dan melakukan gerakan akrobat ala Chun Li, eh? Apa? Oh, ralat, Jelly(8)! Eh? Masih salah? Oh tuhan, ya, Jet Li! Itu dia, Jet Li!

Ya, gampangnya dia melakukan gerakan putar akrobat ala Jet Li tanpa melepas gagang telpon yang sedari tadi ia pegang, dan dalam 40 menit yang ajaib itu, Sey dan Cuba sudah saling menghetahui Kampus mereka, daerah rumah mereka dan kenyataan dasar bahwa mereka berdua suka mentimun muda, sebuah kesamaan yang terbilan cukup aneh untuk dijadikan Pesona, namun manusia memang penuh dengan abstraksi yang disebut dengan Misteri(8), untuk manusia dengan intelegesia setingkat dengan Terong atau malah kacang tanah, hal seperti ini terjadi sekali saja seumur hidup (atau dua jika orang tersebut di dalam lindungan dewi Fortuna)

Cuba terus memberi Sinyal bertandakan "Celana" kepada Canada, namun kesemuanya ditangkap Canada dengan salah, Jangka, Bantal, Remote TV, Buku Rekayasa Pondasi, Tomat, Keju, dua ekor Kelinci, sample beton dan sebagainya, barulah ketika Cuba melihat Canada menggulung karpet untuk dilempar, dia berteriak..

"PIYE THO MAT! AKU MINTA CELANA! CE-LA-NA! CE LA NA! PANTS! YOU KNOW! CELA—" mendadak Cuba diam, menyadari kekonyolan nya akan informasi yang dia bocorkan dengan tidak perlu.

"Yang gak pake celana itu kamu ya? Daritadi?" Sey menuduh, sikap hangatnya yang sedari tadi Cuba rasakan terasa mulai surut, percikan api asmara di hati Cuba nyaris diapadamkan akan situasi kikuk nan konyol ini.

"...i-iya..." Cuba mengaku, "tapi aku bukan tipe orang yang selalu dan harus buka celana waktu nerima telpon loh Sey, percaya deh.." Cuba berusaha membangun argumen pada Seychelles bahwa menerima telpon tanpa celana adalah hal awam yang dilakukan di zaman modern seperti ini, justru bahkan menjadi sebuah Trend tersendiri.

"Jadi itu tadi anak kampung ngetawain kamu?"

"Nggak lah, mereka ngetawain temenku, si America, di sini kalo hari Minggu, kita nggak boleh pakai celana(9)" sergah Cuba, sembari mencoba membeli kembali pesona yang dia nikmati selama 40 menit itu.

"Buat apa?"

"Sirkulasi darah"

"Kenapa kompakan hari Minggu?"

"Soalnya hari lain, kita Kuliah"

"Hahaha, kamu lucu deh~"

"Eh, Sey, hmmm... boleh ndak? Kalo misalnya Sey ndak keberatan, saya nelpon kamu besok besok?"

Suara hening di seberang telpon, bahkan jangkrik pun tidak ada yang bersuara(dikarenakan ini adalah pagi hari), dan hal itu sempat membuat Cuba sedikit takut dikarenakan tidak adanya reaksi dari Sey sampai beberapa detik kemudian..

"Boleh.." lalu, Sey memberikan nomor telponnya.

Hari itu adalah hari yang indah bagi Cuba, suara misterius telah membuainya, dan secara ajaib, seorang anak manusia telah jatuh cinta.

"Hati hatilah dude, suara bisa menipu!" Ujar America kepada Cuba, mungkin Cuba tidak lebih pintar dari seekor Anoa, atau Babi Rusa, tapi dia dapat mencerna secara kasar bahwa nasihat America ada benarnya.

PENGUMUMAN:

SAYA LEBIH INGIN SEPERTI INI SAJA.

Sebuah Balasan dalam White Board:

SANYO 300W? INI RADIO ATAU POMPA AIR?

4 hari setelah Cuba jatuh cinta, tubuh dan raganya mulai terjadwal untuk menelepon Sey secara teratur, ini dia lakukan berdasarkan nasihat Francis, temannya yang sudah berpengalaman soal cinta dan wanita.

-TBC-

Footnote:

Ya, benar, Pagi.

Secara Harfiah, kegiatan yang melibatkan sebuah sabun, shampoo, dan pasta gigi.

Gampangnya: membatin.

Ya, Benar, Garuk.

Terputusnya suatu hubungan lewat jaringan komunikasi.

Ya, Lanjut lagi.

Suatu perasaan dimana dia merasa tidak puas.

Makanan yang kenyal dan kaya akan serat.

Peminat(Jika ada): pria_sehat_tanpa_

Np: Melt – Miku Hatsune (Di Project Diva, sambil nyiksa jempol kakak saya #jeleger)

YAK~~ GAJE KAN~~~? XD #dikemplangsekampung

Nah, berhubung kalian sudah buang buang waktu, tenaga, dan ilmu untuk membaca tulisan gak jelas ini, sudikah kalian untuk Review~? *wink wink*