BOY 'X' GIRL
(c)
Rui Megumi
/
VOCALOID
(c)
YAMAHA CORP. , CRYPTON FAMILY
Warning : Typo, chapter pertama saya edit sedikit di bagian lirik lagu dan typo. FF ini tidak sempurna dan banyak kesalahan.
Enjoy!
Live Concert Vocaloid,
Music mengalun dengan meriah. Sorak sorai terdengar memenuhi suasana. Hari ini, konser dari Girlband Vocaloid di adakan di Crypton City.
Lampu menyala, menampilkan 10 orang gadis yang bersiap di atas panggung. Suara riuh kian terdengar.
Hyaku-man DORU no yakei yori mo
TEN KARATTO no DAIYA yori mo
Tada soba ni ite hoshii dake yo
Wakaru? Hey Baby
Vocaloid. Girlband yang sedang naik daun. Beranggotakan 10 gadis manis nan menawan. Tubuh mulus nan menggoda. Suara emas yang merdu. Perawakan baik dengan ahlak terbina.
10 gadis. Mereka hidup bersama dalam satu rumah mewah hasil jeripayah mereka sendiri. Latar belakang mereka rata-rata memiliki masa lalu kelam. Mereka bersahabat. Girlband yang beranggotakan 10 orang. Tapi tidak setiap perform mereka akan bersepuluh. Sesuai lagu, bisa 3 orang, 5 orang, 8, berapapun sesuai lagu dan pembagian.
Daisuki daisuki daisuki daisuki dakara
Donna donna toki mo
Kimatte kimi no mikata
Aishiteru
Lagu berakhir. Musik berhenti. Lagu yang mereka cover dari salah satu girlband ternama darisudah usai mereka nyanyikan. Penampilan mereka luar biasa. Pakaian TDA School Uniform berwarna hitam. Dengan kacamata sebagai pelengkap.
Semua bersorak.
Semua,
Terkecuali 10 lelaki yang sedang menyamar.
Menyamar?
Tentu mereka harus menyamar. Karena mereka adalah—
―AHS.
Boyband yang sedang naik daun. Digemari semua orang.
Semua orang.
Boyband yang terdiri dari 10 lelaki tampan dan berbakat. Dengan suara indah, merdu dan beragam. Dengan pesona luar biasa. Dengan tubuh yang mampu membuat seluruh kaum hawa meneteskan darah dari hidung, mampu membuat seuruh kaum adam berlari ke tengah jalan guna menabrakkan diri.
10 orang lelaki. Entah hanya kebetulan atau apa, pembagian kelompok mereka sama dengan Vocaloid. Tidak menentu anggotanya saat perform.
Hm,
Apa yang mereka lakukan di sini ya?
"Lumayan." Komentar salah satu di antara mereka. Berambut putih.
"Begitu menurutmu? Aku suka pakaian mereka hari ini." Sahut temannya. Berambut honyeblonde.
"Hari ini? Cih. Seperti kau sering melihat mereka saja. Bukannya ini pertamakali kita melihat mereka perform?" Cibir lelaki berambut biru.
"Miku Hatsune, Rin Kagame, Luka Megurine, Gumi Megpoid, Teto Kasane, IA Aria, Meiko Sakine, Haku Yowane, Neru Akita, dan Lily Akai." Gumam lelaki berambut Yellow Gold.
Semua temannya menoleh dengan alis mengkerut.
"Kau mengabsen siapa?" Heran lelaki berambut Ungu.
"Ck. Tentu saja mereka!" Jari telunjuknya mengarah ke panggung. Tepatnya 10 gadis yang sedang –obrol-senyum-jumpa-fans-guna-akrabkan-diri-
"Hah?! Kau hafal nama mereka semua?! Serius? Jangan bilang kau stalker dari 10 gadi bodoh itu.." Hardik lelaki berambut merah. Temannya, yang mengabsen 10 gadis tadi mendengus.
"Kau kira aku tidak punya kerjaan? Aku baru saja mencarinya."
"Lalu, Miku Hatsune itu yang mana?" Tanya lelaki berambut magenta.
"Itu, yang―"
Vocaloid,
Miku Hatsune. Gadis berambut teal dengan iris senada. Rambutnya selalu ditwintail—biasanya, jika tidak perform—. Gadis manis. Dengan suara tinggi yang merdu. Senyum manis, suara lembut, murah sanyum, ramah, pintar, dan baik. Ah, deskripsi di atas sudah menunjukkan dia gadis baik-baik 'kan? Tunggu, dia itu gadis tsundere yang kadang cerewetnya minta ampun. Sungguh. Moody pula. Ah, dengan negi mungkin dia bisa ditaklukan.
Rin Kagame, berambut honeyblonde dengan iris cerulean. Selalu memakai pita putih besar di kepalanya—jika tidak perform.Gadis ini pendek. Sungguh. Tapi galaknya itu yang, yah tadi dia gadis yang manis polos dan penurut 'kan? Easygoing, ramah, ceria, energik, suaranya merdu, tinggi baik rendah oke. Lumayan tomboy. Dia suka dengan jeruk. Suka sekali. Dia juga suka Road Roller. Dia punya satu. Di garasi.
Luka Megurine. Dengan rambut gulali dan iris aquamarine yang menawan. Tubuh menggoda iman. Suara dan aura kedewasaan yang menguar dari tubuhnya, sunggguh membuat para pria mabuk kepayang. Paras cantik nan manis. Gadis ini dewasa. Penyuka tuna, aku tidak bohong. Dia juga yang paling calm mungkin? Atau entahlah, mungkin ganas? Ini baru deskripsi biasa 'kan?
Gumi Megpoid. Berambut hijau lumut dengan iris darkgreen. Memakai google merah di matanya. Ah, iya. Dia minus. Suaranya lembut dan luas. Manis, tsundere, kuudere? Dia cerdas. Paling cerdas di antara yang lain. Perfect girl. Oh iya, dia suka wortel kau tau? Heran, mengingat dia memakai kacamata. Hm?
Teto Kasane. Trademarknya 'Kasane's Teritory!'. Berambut magenta dengan model drill. Lucu. Iris senada dengan rambutnya. Gadis yang imut dan manis. Namun suaranya agak berat dan kuat, namun imut di waktu yang bersamaan. Ceria dan murah senyum. Pencinta roti, terutama roti perancis. Ah, kakaknya 'kan berada di perancis. Mungkin ia bisa minta dibawakan?.
IA Aria, panggilannya IA. Rambutnya berwarna pirang platina. Dengan iris azure yang indah. Senyum manis, suara melengking yang indah di berbagai bahasa. Paras tak kalah dengan yang lainnya. Mungkin dia juga personil yang calm? Auranya begitu. Tapi siapa yang tau? Dia gadis baik. Apapun yang baik itu dia. Hm..
Meiko Sakine. Gadis Brunette, iris darkbrown. Body yang Oh so Sexy! Menggiurkan! Senyum menggoda dan tatapan hangat. Benar-benar sempurna bukan? Haha, sayang. Dia benci lelaki mesum, bukan hanya lelaki, perempuan juga. Dia benci yang seperti itu. Suaranya ambigu sekali. Maksudnya? Dia punya 2 pengertian suara. Suara dewasa atau suara imut yang kekanakan? Keduanya juga bisa. Gadis ini dewasa, seperti Luka. Terkadang mereka berdua yang jadi pengurus Vocaloid di rumah. Oh sayang. Dia punya kebiasaan yang, yah sedikit buruk? Dia suka minum sake dan mabuk-mabukan di rumah. Tetapi jarang mabuk.
Haku Yowane. Berambut putih dengan iris ruby. Rambutnya biasanya diikat satu rendah dengan pita biru. Wajahnya gloomy. Dia sama seperti Meiko, pemabuk. Dia juga sama seperti Meiko dan Luka, dewasa. Tapi dia gadis yang sopan dan ramah. Dengan tubuh yang sebelas duabelas dengan Luka dan Meiko. Dia gadis sopan, sekali lagi.
Neru Akita. Gadis berambut Yellow Gold dengan iris keemasan. Gadis imut, ceria, manis dan tsundere. Rambutnya diikat kuda di samping, biasanya. Ah, dia tidak pernah bisa lepas dari handphone kuningnya. Tidak pernah. Tidak. Ini serius.
Lily Akai. Berambut kuning panjang. Dengan iris azure. Body wow, aura dewasa. Suara luas. Ramah dan murah sanyum. Pandai dalam segala hal. Perfect. Sungguh. Dalam berbagai hal. Dia gadis baik-baik. Sungguh. Oke. Aku tau.
―
"―Itu mereka" Lelaki tadi menunjuk kesepuluh gadis yang masih asyik bercengkrama dengan fansnya.
"Sekumpulan gadis bodoh penggila popularitas, huh?" Dengus lelaki berambut hijau lumut. Pandangannya meremehkan.
"Hah. Ayo pulang. Aku malas ada di sini. Aku juga lelah habis jumpa pers. Besok kita sekolah, sekolah kita yang baru." Ajak lelaki berambut pirang pucat.
"Sekolah baru kita ada mereka 'kan? Hooo.. ini akan menarik, heh?" Seringaian muncul di wajah tampan lelaki berambut pink pudar.
Dengan itu, kesepuluh lelaki yang memakai jaket hoodie dan kacamata hitam pergi meninggalkan gedung konser itu.
Konser sudah usai. Para bintang tamu sudah pulang. Bintang utama kelelahan.
"Ugh. Aku lelah." Keluh Meiko.
"Watashi mo." Miku mengamini perkataan Meiko.
"Hei Miku-" Miku menoleh pada Luka.
"-kau tidak menyimpan cutter lagi di kamarmu 'kan? Habis hobymu menggoreskan cutter atau silet ke pergelangan tangan." Membingungkan. Miku hanya tersenyum tipis. "Tergantung siskon."
Semua yang ada di sana mendengus.
"Kau sendiri jangan mabuk-mabukan. Heh? Hari ini dia telepon, mungkin."
"…" Meiko tediam. Matanya melirik gadis berambut putih dengan iris ruby.
"Apa?" Sahutnya, Haku.
"Kau yang dimaksud." Ucap Meiko.
"Itu kau. Aku 'kan suka mabuk setiap hari kalau senggang." Haku membalas dengan santai.
"Argh! Sudahlah. Kalian ini apa tidak lelah? Aku saja lelah setengah mati. Ayo pulang!" Lerai Lily dengan frustasi.
"Er.. kau sudah pakai baju yang benar, Lily?" Tanya Teto.
"Apanya? Kancingnya? Haduh. Toh aku pakai mantel. Aku sudah terlalu lelah." Jawabnya acuh tak acuh.
Teto sendiri hanya menggelengkan kepala. Bagaimana tidak? Kemeja yang mungkin kekecilan di bagian dada Lily tidak dikancing dua ke atasnya. Kalau ada yang lihat bagaimana? Bahaya 'kan.
"Cepat-cepat. Apapun yang dipakai Lily tak usah dipikrkan. Aku ngantuk. Gumi! Sudah buat pr matematika?" IA menatap Gumi penuh harap. Oh, dia bahkan sudah memakai piyama.
"Sudah kok sudah." Jawab Gumi dengan senyumnya.
Semua menoleh serentak.
"LIHAT!"
Gumi sweatdrop.
"O… oke. Di rumah." Semua mengangguk antusias. Lalu melesat pulang menggunakan mobil pribadi tanpa supir.
Mereka pulang.
Tanpa mengucapkan salam.
Bahkan pada manager sendiri.
"Hei! Mereka sudah pulang? Huh. Kebiasaan. Kapan mereka akan pernah berpamitan padaku. Yare yare." Keluh sang manager, Sweet Ann. Tersenyum tipis, lalu kembali ke ruangannya untuk,
Ah, itu rahasia.
Blam.
Pintu ditutup.
"Saa anata, hajimemashou."
Ceklek.
Pintu dikunci.
xXxXx
"Tadaima." Kesepuluh gadis itu sudah kelelahan. Harusnya mereka makan, lalu tidur, lalu besoknya sekolah.
Tapi, mereka langsung menuju kamar masing-masing, mengambil buku, pergi ke kamar Gumi, lalu menyalin pr Gumi.
Mereka rajin 'kan?
"Arigatou nee Gumi." Ucap mereka, dibalas senyuman oleh Gumi.
"Minna, Aku tidur dulu ya!" Lily dan IA bangkit, berjalan menuju pintu.
"Tidak makan dulu?" Tanya Rin.
"Ngantuk. Oyasum.i"
"Sou ka? Oyasumi mo!"
Blam.
Pintu ditutup.
"Mau makan apa malam ini? Aku yang buatkan." Luka bangkit, hendak membuka pintu kamar Gumi, menunggu jawaban.
"Err.. apapun itu. Yang penting kenyang." Jawab Neru, yang lainnya menggangguk setuju.
"Baiklah, nasi goreng. Ayo turun."
"Err, aku lansung tidur ya? Sungguh. Aku tidak kuat melek lagi" Pinta Haku.
"Bilang saja kau mau mabuk." Cibir Meiko, dijawab cengiran oleh Haku.
"Iya. Asal besok bisa bangun. Hemat air, tiap pagi boros air hanya untuk membangunkanmu karena kemarinnya mabuk." Haku mengangguk.
Mereka semua turun.
Ruang makan,
Hening. Hanya dentingan alat makan yang terdengar, diikuti suara detakan jam.
Mereka makan dengan pikiran maisng-masing.
Kring….
Kringgggg…
Kringgggggg…
"…"
Kring…
Kringgggg…..
Kringgggggggggg…..
"Argh! Okay, Okay, I come!" Miku berjalan dengan kesal ke telepon rumah.
Inginnya dia berteriak pada si penelpon.
Tapi, Hey!
Dia 'kan gadis baik-baik.
"Moshi moshi?" Sapanya sopan.
"Moshi moshi, kediaman Meiko Sakine?" Miku yang paham, segera memanggil Meiko.
Tap.
Tap.
"Sudah kubilang 'kan, malam ini dia telepon." Miku tersenyum dan menyerahkah telepon pada Meiko, yang memutar bola matanya.
"Jangan lupakan kata 'mungkin'."Miku mendengus.
"Sudah berapa kali kubilang? Bisa kau tidak menelponku? Urusi saja pacar pacarmu di club malam! Aku tidak mengenalmu!" Hendak Meiko tutup telepon itu dengan sekali banting. Sebelum,
"Wow! Begitu caramu mengangkat telepon dari kakak kandungmu? Berbeda sekali dengan gadis tadi. Ckck. Hei, malam ini datang ke apartemenku. Aku tunggu."
"Aku ya aku. Miku ya Miku! Cih! Untuk apa? Kau mau melecehkanku lagi? Sh*it! Aku tidak pernah berharap punya kakak sepertimu! Bermimpilah aku akan datang tengah malam lalu membunuhmu dengan bazooka" Sekali lagi, Meiko hendak menuntup telepon dengan sekali banting. Sebelum,
"Aku akan terus manunggumu. Itu artinya aku tidak akan tidur sebelum kau datang. Kau tidak mau membuat kakakmu ini sakit 'kan?"
"Hei breng*sek, peduliku apa kau akan menungguku sampai malam bahkan tidak tidur? Kau mau matipun aku tidak peduli!" Sudah keberapa kalinya ini? Meiko selalu gagal membanting telepon. Kenapa tidak langsung tutup saja? Itulah sebabnya Meiko ingin sekali mencekik 'kakak'nya itu.
"Aku bisa melaporkanmu atas tindakanmu ini. Kau sama saja seperti akan membunuhku."
"... Hei lelaki pedofil pengidap incest! Aku juga bisa melaporkanmu atas pelecehan seksual kepada adikmu sendiri, Meiko Sakine. Tutup mulutmu dan jangan pernah menelpon lagi kemari! Urusi saja club malammu itu!"
Tut.
Meiko menatap Miku yang menatap tajam telepon, yang baru saja diletakkannya.
"Terimakasih." Satu kata yang keluar dari mulut Meiko, dijawab anggukan dari Miku.
.
.
.
.
.
"Minna, Oyasumi nee."
"Hoaamm.. Ayasumi mo!"
Blam.
7 pintu kamar ditutup.
Kamar itu gelap. Yang ada hanya cahaya terang yang berasal dari handphone milik gadis berambut honeyblonde.
Matanya menatap datar sederet kalimat dalam pesan singkat yang didapatnya semenit lalu.
Pengirimnya adalah,
Rinto Kasashi.
Rin, bagaimana konsermu? Lancar. Ayah lihat tadi di TV. Kau hebat, suaramu tetap merdu. Teman-temanmu juga sama mempesonanya. Ayah bangga padamu. Ah, sudah makan? Sudah buat pr? Besok kau sekolah 'kan? Belajar yang rajin ya! Ayah selalu mendukung dan mendoakanmu. Walau ayah masih tidak tau kau sekolah di mana. Huh, ayah sudah mengerahkan banyak orang untuk melacakmu. Masih tidak ketemu. Yah, ayah sayang padamu.
Oyasumi, boku no hime.
Gomenasai
Sret.
Duk.
Handphone canggih itu dilemparnya dengan asal di atas nakas. Hingga membentur figure foto, membuat figure itu bergeser beberapa senti.
Rinto Kasashi.
Siapa itu?
Ah, itu ayahnya. Ya, 'Ayah'nya.
Namannya Rin Kagame, bukan Rin Kasashi.
Dia bukan anak Rinto Kasashi. Dia anak Lenka Kagame.
Yang sudah meninggal 5 tahun lalu.
Umurnya sekarang berapa tahun? Ah, 18 tahun. Berarti, saat umurnya 13 tahun, ibunya sudah meninggal. Dan saat itu dia sudah kehilangan kedua orang tuanya.
Lalu siapa itu Rinto Kasashi, ya?
Oh, dia ingat. 3 bulan setelah ibunya meninggal, 'Ayah'nya menikah lagi dengan seorang pelacur yang katanya sudah 'tobat' berkat kebaikan 'ayah'nya.
Mudah sekali orang menikah dan berpisah ya? Janji suci itu kemana hilangnya.
Sret.
Rin berbalik, memeluk boneka jeruk besarnya. Lalu terlelap dengan wajah datar.
A/N
Hai. Saya Rui, syaa mengedit chapter satu ini. Karena saya tau ini pelanggaran guidelines. Saya hanya menyertakan dua bait kalau tidak salah/heh/ dari lirik lagu itu. Saya menyertakan lagu One Two Three! milik Morning Musume.
Semoga kalian nyaman dengan perubahan ini. Dan maafkan saya untuk kesalahan ini. Ohya saya hiatus dulu sementara. Terimakasih.
Review Please!
