Shi (): One

.

Yuri bergegas menyambar jaketnya dan kemudian memakainya. Ia keluar dari cafe tempat ia bekerja. Hari itu sudah cukup malam, pukul sebelas tepat. Ia melangkahkan kakinya dengan cepat. Rumah yang ia tinggali bersama kekasih dan adik dari kekasihnya itu hanya tiga blok dari cafe tempatnya bekerja, maka dari itu ia memilih pulang dengan berjalan kaki.

Drrt… drrt… drrt… drrt…

Yuri segera mengeluarkan handphone-nya ketika dirasakan ada sebuah panggilan masuk, terbukti dari handphone-nya yang bergetar. Yuri memandang layar ponselnya... dan ia terdiam.

Incoming call

Kwon Yuri

Yuri menghentikan jalannya. Napasnya tercekat. Kwon Yuri? Panggilan masuk dari Kwon Yuri? Hanya ada satu Kwon Yuri yang ia kenal! Ia sendiri!

Apa yang harus ia lakukan? Mengangkat telpon itu? Tetapi siapa?

Dengan seluruh keberanian, Yuri menekan tombol hijau di layar touch screen handphone-nya. Keraguannya datang disaat ia mencoba mendekatkan handphone-nya ke telinganya.

Hening.

Yuri diam. Ia menunggu sang penelpon yang pertama berbicara.

Diam.

Kemudian diam.

Detik selanjutnya tetap diam.

Yuri mematung. Angin malam berhembus kencang. Hawa menakutkan muncul di sekelilingnya. Dan keringat dingin mulai membasahi tubuhnya. Kemudian...

"Yoboseyo." sebuah suara tipis dan rapuh terdengar dari ujung telpon. Yuri tak mengenal suara itu.

"Yo-yoboseyo," balas Yuri perlahan.

"Yul, kapan pulang?" tanya suara itu.

Benar-benar pelan nadanya. Dingin dan sedikit... menakutkan.

"S-siapa ini?"

Tidak ada suara.

"Siapa?"

Yuri menelan ludahnya.

"Ini Jessica," dan suara itu kembali menjawab.

Jessica? Jessica menelponnya namun layar handphone bertuliskan panggilan masuk dari Kwon Yuri bukan Jessica Jung?

"Jes..sica?"

Yuri tidak mendengar suara lagi.

"Da-darimana kau menelpon?" tanya Yuri kembali memberanikan diri.

Lagi-lagi tidak ada balasan dari sebrang. Yuri sedikit panik.

"Hallo?"

"Dari telpon rumah."

Yuri bersumpah ingin menerjunkan diri ke dalam jurang ketika mendengar jawaban dari Jessica. Ia baru ingat! Nomor telpon rumah mereka ia namakan Kwon Yuri di kontak handphone-nya. Ia benar-benar menyesal telah mengira Jessica adalah... makhluk halus mungkin?

"Jessica! Ya ampun! Aku sampai ketakutan begini!" Yuri berteriak histeris diselingi dengan tawaan kecilnya. Ia kembali melanjutkan jalannya. Hanya sekitar satu blok ia dapat sampai di rumahnya.

"Sica-baby, kenapa telpon? Mau aku belikan sesuatu?" tanya Yuri manis.

Hening lagi.

"Sica?"

"Aku kangen Yul... pulang dan temani aku..." jawab Jessica perlahan, nadanya datar sama seperti awal ia menelpon.

"Oke, Honey. Sebentar lagi aku sampai di rumah."

"Bye, Yul."

Tutt.

Telpon terputus dari sebrang. Yuri memasukan handphone-nya kembali kesaku celana. Ia memukul kepalanya pelan lalu tertawa kecil.

"Pabbo Yul! Kau jadi penakut seperti itu! Aigo~"

Yuri mempercepat jalannya. Ia hanya ingin cepat pulang dan bertemu kekasihnya.

Tap.

Yuri berhenti, tepat di depan sebuah rumah yang sederhana namun terkesan tenang dan damai. Ia melangkahkan kakinya dan masuk ke dalam rumah.

Cklek

"S-Sica?"

Yuri mendapati Jessica sudah berdiri tepat ketika ia membuka pintu. Jessica tampak pucat, mungkin karena ia menunggu Yuri hingga selarut ini. Jessica mengenakan pakaian tidur berwarna putih dan ukurannya panjang, sampai ke mata kakinya jika Yuri tak salah lihat.

"Sica, Krystal sudah tidur?" tanya Yuri.

Jessica mengangguk sebagai jawaban. Jessica berbalik memunggungi Yuri dan berjalan ke arah sebuah kamar yang mereka berdua tempati. Jessica masuk ke kamar terlebih dahulu sedangkan Yuri mengekor di belakangnya. Sebenarnya Yuri merasakan sesuatu yang... sedikit ganjil. Biasanya Jessica akan menyambutnya dengan sebuah pelukan, ciuman ataupun omelan. Tapi malam ini? Apa mungkin ia kelelahan?

Jessica merebahkan tubuhnya di ranjang. Ia mengeratkan sebuah pelukan pada tubuhnya sendiri.

"Kedinginan?" tanya Yuri.

Jessica mengangguk, tatapan matanya meminta Yuri untuk melakukan sesuatu kepadanya agar ia mendapatkan kehangatan. Yuri segera naik keatas ranjang dan berbaring di samping Jessica. Ia menarik sebuah selimut putih untuk menutupi tubuh mereka berdua. Dipeluknya tubuh kecil Jessica.

"Kau benar-benar kedinginan, ne? Badanmu dingin sekali." gumam Yuri.

Jessica tak meresponnya. Ia malah memejamkan kedua matanya. Mungkin ia sudah tertidur.

Yuri memandangi wajah polos kekasihnya. Jessica cantik, manja namun terkadang dingin. Itulah yang membuat Kwon Yuri sangat mencintai gadis itu. Dikecupnya kening Jessica penuh sayang.

"Aku mencintaimu selamanya, Jung Sooyeon." bisik Yuri lembut.

BRAKK!

Pintu kamar terbuka, lebih tepatnya seperti dibuka atau mungkin ditendang secara paksa. Yuri menoleh kearah pintu dan mendapati Krystal, adik Jessica berdiri di muka pintu dengan wajah yang berlinang air mata.

"Krystal, waeyo?" tanya Yuri lembut.

Krystal segera berlari kearah Yuri dan menariknya hingga terjatuh dari atas ranjang.

"Eonni!" teriak Krystal. Dia menangis. Yuri tidak tahu mengapa.

"Jangan berisik Krystal. Jessica sedang tidur." ucap Yuri lembut seraya bangkit dari duduknya.

Krystal menunjukkan reaksi terkejutnya dalam linangan air mata, "Apa yang eonni bicarakan?" tanya Krystal keras

Krystal menarik tangan Yuri dan membawanya keluar kamar.

"Krystal! Jangan berisik!" seru Yuri, "Jessica sudah tid—"

Yuri mengalihkan pandangannya ke ranjang.

Dan.. tak ada Jessica disana.

"—ur."

Krystal membawa Yuri ke kamarnya. Dan betapa terkejutnya ia, Jessica terbaring di atas ranjang. Terbaring lemah… seperti tanpa nyawa.

"A-apa yang..."

"Sica eonni pingsan sejak tadi sore! Aku panik! Aku mencoba menelponmu tetapi tak kau angkat! Aku tak bisa meninggalkan Sica eonni sendiri dan aku berharap kau cepat pulang dan melihat kondisi eonni!" tangis Krystal.

Yuri masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Didekati tubuh lemah itu dan Yuri terjatuh di samping ranjang.

"Jessica menelponku beberapa menit yang lalu dan... dan aku baru mencium keningnya beberapa detik yang lalu..."

"Jangan bercanda, eonni! Daritadi dia hanya tidur di ranjang! Sica eonni tidak mau bangun! Dan tidak ada satu orang pun yang mau mengangkat telponku, termasuk rumah sakit... dan KAU! Kau tega eonni... hiks..."

Yuri menyentuh lengan Jessica. Dingin. Seperti mayat. Perlahan Yuri memegang pergelangan tangan Jessica. Berusaha menemukan denyut nadi, namun...

"Tidak mungkin..." bisik Yuri perlahan.

Yuri segera mendekatkan jari-jarinya ke arah hidung Jessica... dan ia… tak merasakan sosok di hadapannya bernapas. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa Jessica tiba-tiba meninggal? Berbagai pertanyaan berkecamuk di kepala Yuri dan Krystal.

Sebenarnya, kita harus mengetahui satu hal. Seseorang bisa mati tiba-tiba. Dimana dan kapan saja. Memang sudah takdir Jessica pergi. Namun, Jessica masih sempat menemui Yuri... walau bukan dengan raganya melainkan arwahnya.

"Jes...sica."

.

死死死

.

.

.

.

HOLLAAAAA

SAYA DATENG MAU POSTING EPEP INI

Ini ff dibuat 29 Juni 2011

Yep, 2011

Aku publish disini karena belum ehehe

FF ini ada 4 chapter, err, series sebenernya

Nyeritain tentang 4 kisah kematian

Begitulah

Ehhehe

Siapa cast selanjutnya?

Mind to RnR?