Pairing :

Gakupo Kamui as Gareth Lucio de Calliope

KAITO as Kyros Finn la Cyrvat

Genre :

Action || Fantasy || Shounen Ai


ONE : Something That He Had Forgotten

Kyros membuka kedua matanya. Sorot cahaya matahari yang mengenai lensa matanya begitu mengganggu pandangannya. Reflek, pemuda itu menggunakan lengannya untuk menahan serangan sinar matahari pagi itu.

Ia menoleh kearah jam weker yang ada di samping kanan kasurnya. Dalam hatinya ia merasa aneh.

-Sejak kapan kau berhenti membangunkanku, weker jelek! Apa kau menganggap tugasmu itu sudah selesai dan tewas begitu saja?

'Sang weker jelek' yang Kyros pegang tidak menjawab. Namun dari 'bahasa tubuhnya', Kyros dapat mengerti kalau sumber pembangkit benda pengingat untuk bangun pagi itu 'sudah pada masanya'.

"Sudahlah.." Kyros membanting benda itu ke kasurnya dan beranjak berdiri untuk membuka jendela kamarnya.

Hamparan padang rumput yang luas begitu memanjakan mata pemuda berambut biru pagi itu. Kyros tersenyum seraya berteriak 'selamat pagi dunia' didalam hatinya. Aroma tanah yang basah akibat embun pagi itu masih terasa eksistensinya.

Tersirat sebuah senyuman lebar dari bibir pemuda itu. Ia memandang sebuah bingkai frame platina yang tergantung di dinding kamar dengan sangat indahnya.

"Akhirnya kau pulang juga.." gumamnya.

Sebuah ketukan pintu yang Kyros tunggu-tunggu akhirnya datang juga. Kyros yang saat itu sedang berada didalam rumah kayu mungil kesayangannya segera berlari kearah pintu.

"Yaa.." sahutnya dengan gembira. Ia tidak bisa menyembunyikan senyumannya. Pipinya begitu merah merona.

Bagaimana tidak?

Seseorang yang sangat dihormatinya, yang sangat dikaguminya, telah kembali.

*ckrek*

"Yo!" sahut sosok yang berdiri diambang pintu seraya menebarkan senyum paling mempesona dan elegannya. Ia berdiri dengan tegap layak seorang prajurit perang yang pulang dengan selamat. Ia berpakaian penuh dengan armor disetiap persendiannya. Selintas, pemuda tinggi itu nampak konyol sekali.

"Ga-Gareth!" tukas Kyros seraya tersenyum gugup.

"Aku pulang.." sosok Gareth yang berdiri diambang pintu itu lagi-lagi menebarkan senyumannya.

"S-selamat datang.." jawab Kyros malu-malu. Ia menundukkan kepalanya untuk mengontrol kebahagiaannya agar tidak terlihat berlebihan dihadapan sosok yang sangat dihormatinya itu.

"Hei-"

"Eh?"

"Kau ini tidak membiarkanku masuk kedalam?"

Kyros grogi. Ia segera menyingkir kesisi seraya memegang gagang pintu dan tertunduk malu. Ia tidak tahu bagaimana cara untuk menyambut seseorang yang sudah hampir setahun tidak kembali hidup bersamanya. Ia merasa berbeda. Tapi sejujurnya ia ingin merasakan hal yang sama seperti setahun yang lalu bersama orang itu. Ia tidak bisa jujur. Kyros memang lebih suka menyembunyikan perasaannya dibanding mengungkapkannya.

"Hei jelek!" cela Gareth seraya berdiri dihadapan Kyros yang ia rasa begitu berbeda dari Kyros yang sebelumnya ia kenal.

"U-uh.."

"Kenapa kau? Kau merindukanku? Kau mau peluk aku?" tanya Gareth dengan nada bercanda. Kemudian ia membuka lengannya lebar-lebar. "Silahkan.." kemudian tertawa.

Kyros tahu itulah yang sebenarnya ia inginkan. Namun mau bagaimana lagi, ia lebih memilih untuk membohongi dirinya sendiri. Dan lagi..

-Gareth bertingkah seperti itu pasti hanya bercanda! Ia tidak mungkin serius mengatakan hal-hal konyol semacam itu, apalagi kepadaku..

"Aih! Kau ini kenapa? kau benci ya aku tinggal bertugas diluar gerbang selama setahun?"

-Diluar gerbang? Ya.. Gareth memang baru saja kembali dari gerbang pemisah dunia itu. Bukankah seharusnya aku bangga? Mengenal sosok yang dapat pulang dengan selamat dari gerbang pemisah kehidupan, dan.. apa mungkin seharusnya aku banyak bertanya? Tentang kehidupan diluar gerbang Lynx, seperti itu?

Kyros dan Gareth hidup disebuah daerah kerajaan yang begitu terisolir dari masing-masing jenis kehidupan. Mereka dan penduduk lain hidup terpisah-pisah oleh gerbang yang begitu terjaga keamanannya. Terdapat beberapa gerbang yang memisahkan kehidupan disetiap manusia yang hidup di kerajaan itu. Yang pertama adalah gerbang Phoenix, gerbang pintu utama menuju kerajaan inti; gerbang Lynx, gerbang bagi daerah untuk pemuda yang dikarantina; gerbang Irina, gerbang bagi daerah penduduk biasa; dan gerbang Sheridan, atau gerbang menuju dunia luar dimana mahluk-mahluk non-human hidup berkembangbiak serta rawan penyusup.

Daerah tempat tinggal Gareth dan Kyros berada dibalik gerbang Lynx. Mereka tinggal bersama seperti kebanyakan pemuda yang tinggal disekitarnya. Lynx adalah daerah tempat dimana para pemuda yang sudah berumur diatas 17 tahun tinggal. Mereka harus terpisah dari keluarga dan meninggalkan segala harta bendanya demi menjadi seorang swordsman yang bertugas melindungi kerajaan. Sebagai swordsman, mereka yang sudah meraih ke-4 peringkat dari setiap pelatihan, akan ditugaskan diluar gerbang Sheridan selama kurang lebih 10 bulan untuk diuji kemampuannya dalam melawan bangsa non-human. Dan Gareth, baru saja berhasil menuntaskan tugasnya sebagai seorang swordsman pengguna pedang platina miliknya yang bernama Finley Hallen.

"Lihat, Kyros!" Gareth mengambil pedang platinanya dan mengarahkannya ke langit-langit. "Aku sudah banyak membunuh orc dengan alat ini."

Gareth terlihat begitu bangga seraya memamerkan senyumnya. "Kau akan merasakannya ketika pertama kali memegang si platina ini ditanganmu. Aura untuk membunuh manusia pemusnah manusia akan mengalir didarahmu."

Mata Kyros terlihat begitu berbinar-binar ketika memandang pedang platina milik Gareth. Meski begitu, ia tidak mengerti apa yang teman serumahnya itu katakan. Bagaimana ia dapat mengerti si platina kebanggaan setiap prajurit dikala ia masih menggunakan pedang silver bernama Konane Locke.

Sebenarnya Gareth dengan Kyros seumur. Mereka adalah teman seperjuangan dari masa karantina pertama tinggal didalam naungan gerbang Lynx. Umur mereka masing masing sudah 19 tahun, namun kemampuan berpedang Gareth jauh diatas Kyros dan murid-murid sepantarannya. Itulah mengapa Gareth menjadi orang yang sangat dihormati dan disegani oleh Kyros yang masih berlatih dengan menggunakan pedang silvernya.

Tingkatan setiap murid dibedakan dari pedang yang digunakannya. Sama seperti pada umumnya, terdapat tingkatan dari bronze yang paling terendah, silver, gold, lalu platina. Lalu untuk nama setiap masing-masing pedang yang dipegang oleh setiap murid sudah ditentukan oleh pihak berwenang yang langsung berhubungan dengan kerajaan. Penamaan senjata diberikan langsung oleh sang paduka raja. Seperti seolah-olah nama disetiap pedang memiliki hubungan erat dengan pencerminan dari penggunanya.

"A-aku tidak mengerti apa yang kau katakan.." Kyros memalingkan wajahnya.

"He?" Gareth memasukkan kembali Finley Hallen-nya. "Tidak mengerti? Memangnya sudah sejauh mana kemampuan berpedangmu itu, Kyros? Jangan-jangan kau masih menggunakan Kokane Locke?!"

Kyros menutup pintu rumahnya tanpa menjawab pertanyaan Gareth. Ia tidak bisa menanggung malu-nya sendiri.

"Sudah 10 bulan sejak kutinggal kau didalam gerbang, kenapa kau belum meningkatkan kemampuanmu, Kyros?!" tanya Gareth agak geram. Baginya, 10 bulan adalah waktu yang cukup bagi seorang untuk menaikkan kemamuan berpedangnya setingkat, bahkan 2 tingkatan sekaligus.

"J-jangan samakan aku denganmu, bodoh! Kau 'kan jenius! Tidak sepertiku.."

Gareth menggertakkan giginya. Kemudian membalikkan tubuh Kyros dengan kasar dan memojokkannya ke pintu. Ia menatap Kyros tajam.

"Aku tidak suka dipanggil jenius, bahkan sekalipun kata itu terucap dari mulutmu."

"T-tapi kenyataannya memang begitu. Kau tidak bisa menyamakan diriku dengan dirimu."

"Kyros.." Gareth semakin geram. "Ternyata kau melupakan janji dan perkatanmu sendiri, hah.."

"H-ah? Janji?" Kyros tidak merasa memiliki janji apapun, apalagi dengan Gareth. Dan lagi, ia tidak merasakan pernah mengucapkan suatu kalimat penting dihadapan Gareth. "Memangnya apa yang telah kuperbuat? Janji apa? Aku bilang apa?"

"Kyros.." Gareth menggenggam lengan Kyros erat. Kyros sedikit merintih karena genggaman Gareth begitu kencang.

"Kau—k-au ini kenapa, Gareth-?! S-sakit!"

"Apa kau tidak ingat satupun?!" bentak Gareth. "Janjimu, perkataanmu.."

-Apa? aku pernah berkata apa? Kenapa aku tidak ingat apapun?!

Gareth menatap wajah Kyros yang sudah begitu kebingungan, sehingga ia berniat untuk tidak akan memaksa Kyros mengingat tentang memori 10 bulan yang lalu itu. "Sudahlah.."

Pemuda tinggi berambut ungu itu segera melepaskan genggamannya pada tangan Kyros dan membalikkan badannya. "Aku lapar, Kyros.."

Kyros memegang bekas lengan yang Gareth pegang. Terasa ngilu yang tidak cepat menghilang dari sana. "Aku membuat kari. Kau pernah bilang kau suka kari, 'kan.." Kyros berusaha untuk menstabilkan emosinya.

-Gareth baru saja pulang dari perjalanannya. Mungkin ia sedikit kelelahan sehingga berkata yang aneh-aneh sampai menyuruhku untuk mengingat sesuatu yang aku sendiri sama sekali tidak ingat pernah melakukannya.. dasar!

"Aku bersyukur kau masih mengingat makanan kesukaanku, Kyros.." Gareth berjalan kearah ruang makan.

Kyros tersenyum. Ia bersyukur Gareth tidak membalas ucapannya dengan kata-kata anehnya lagi.

*criing... criing...*

"H-ah.." Kyros terdiam setelah mendengar suara kerincing yang begitu nyaring dari arah tubuh Gareth.

-Suara ini..

Kyros segera mencari sumber suara itu dengan memperhatikan punggung Gareth. Entah kenapa, ia tercengang ketika melihat ikat rambut yang Gareth gunakan.

-B-bagaimana bisa.. bagaimana bisa aku melupakannya?!

Kyros menjatuhkan tubuhnya dan duduk bersimpuh didasar rumahnya. "Bodohnya aku.."

TBC


Author:

yak! abaikan saja nama "casting" mereka di The Gate saya ini -_-

intinya Gakupo si Gareth, KAITO jadi Kyros /jadi inget kerberos CCS :v lol