"Akashi-sama,"

Panggilan lirih itu mengalun lembut dari arah belakang, pemuda yang dipanggil tidak berpaling, masih berkutat dengan dasi hitam yang melilit lehernya. Cermin di depan pemuda yang sebelumnya dipanggil Akashi memantulkan satu sosok gadis bersurai aquamarine panjang sepunggung, jemari pucatnya mencoba menarik rok lipit pendek berwarna hitam yang dikenakannya, mencoba menutupi sepasang paha yang terpapar udara luar.

Sang pemuda hanya terkekeh meremehkan menatap sosok yang terpantul pada cermin di depannya, kemeja biru sang gadis terkancing pada sisi yang salah, pita hitam melingkar pada lehernya melilit hampir mencekik, rok mini hitamnya terlihat lebih pendek dari seharusnya karena tidak dikenakan pada pinggang yang seharusnya.

Selesai mengikat dasi hitamnya sendiri dan mengenakan jas putih sekolahnya, Akashi bergerak mendekati sang gadis yang masih berdiri mematung di dekat pintu kamar, "Apa-apaan penampilanmu itu? Bukankah aku sudah mengajarimu cara berpakaian yang benar?"

"Apakah ada yang salah dengan penampilanku Akashi-sama?" tanya sang gadis tertunduk malu, kedua jemari mungilnya bertaut gelisah sambil meremat ujung kemeja birunya.

Menurut sang gadis penampilannya saat ini sudah terbilang sempurna, dua bulan berlatih mengenakan pakaian modern —meninggalkan kebiasaan memakai kimono putih yang kebesaran, setidaknya dia sudah dapat membedakan mana garmen yang harus dikenakan di atas badannya, dan mana garmen yang harus dikenakan untuk menutupi area bawahnya.

Akashi berhenti tepat di depan sang gadis, menghela napas sejenak sebelum jemarinya bergerak lincah dan mulai merapikan penampilan gadis di depannya. Mulai dari merapikan surai aquamarine dan menambahkan bando berwarna putih sebagai penghias mahkotanya, dilanjutkan dengan mengancingkan kancing kemeja sang gadis pada lubang yang seharusnya, mengikat pita hitam pada lehernya dan terakhir merapikan rok hitam agar sesuai dengan posisi yang seharusnya.

"Kancing kemeja harusnya masuk pada lubang yang tepat, dasi jangan diikat terlalu kencang dan rok harus melingkar tepat pada pinggangmu. Mengerti?"

Sang gadis tertunduk diam selama jemari pemuda bersurai scarlet di depannya merapikan setiap jengkal penampilannya, dua bulan menetap satu atap dengan pemuda —yang ditemuinya di dalam hutan saat ibunya meninggal, membuat cinta yang tumbuh pada pandangan pertama menjadi semakin bersemi, menyeruak dan makin bergejolak.

Sentuhan yang selama ini diterimanya dari sang pemuda sangat berbeda, lengan hangat Akashi selalu menenangkan saat perasaan sedih menghantui dirinya. Lengan dan tubuh hangat yang dimiliki sang pemuda bersinergi dengan tubuhnya yang dingin —sedingin buliran salju, serta baritone yang mengalun menenangkan membuatnya hanya ingin mengunci suara berat itu selamanya dalam ingatan.

Apalagi ditambah dengan kebaikan yang pemuda itu berikan untuknya, membuatnya luluh lantah, membuatnya tak berdaya, membuatnya hanya akan bergantung pada pemuda itu selamanya. Ah... bukankah cinta memang membuat semua orang kehilangan logikanya.

Satu senyum dikulum Akashi pada gadis di depannya, "Kau sudah siap untuk berangkat?"

Dan anggukan kepala sebagai jawaban, dua bulan sudah cukup baginya hanya duduk diam di dalam mansion besar Akashi dan belajar bagaimana bersikap selayaknya gadis pada umumnya, dan saat ini adalah saat dimana sang putri akan keluar dari mansion besar sang pangeran untuk pertama kalinya.

"Tetsuna sudah sangat siap, Akashi-sama," lirihnya sambil meraih uluran tangan sang tuan muda dan menggengam tangan itu erat-erat.

.

.

.

.

.

*YUKI no HITOHIRA*

Disclaimer:

Kuroko No Basuke © Fujimaki Tadatosi

Story by Aoi-Umay

Pairing:

Aka x Fem!Kuroko

Warning:

Typo, OOC, AU, Yokai, Fantasy, Romence, Hurt/Comfort