Warning: Shonen-ai, Possible OOC, Typo, etc

Disclaimer : Nakamura Shungiku. Bila Sekaiichi Hatsukoi punyaku, habislah sudah Ritsu *evil's smile*


/Beethoven-Für Elise/

"Apakah kau akan benar benar pergi Ritsu?"

Takano mengeratkan rangkulan tangan kanannya pada pinggang Ritsu, sedangkan jemari kirinya sibuk mengiringi jemari ritsu membentuk sebuah melody crescendo(1).

"Hanya setahun takano-san tidak lama, dan lagipula aku pergi bersama ann-chan dan keluarganya jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan"

Ritsu mencoba menekan tuts berkunci nada A minor sesuai dengan transcription(2) namun langsung dicegah oleh jemari besar Takono. Bisikan ejekan terdengar pelan dikuping kiri Ritsu, Ritsu menengadah memandang atasannya—ah tidak mungkin lebih dari atasan, entahlah—yang hanya ditanggapi senyuman jahil oleh Takano.

"Setahun itu bukanlah waktu yang sebentar Ritsu—" Takano menghela nafas pelan sembari kembali mengiringi permainan piano Ritsu "—dan lagi Los Angeles itu jauh dari Jepang"

Jemari telunjuk Ritsu berusaha mengimbangi permain Takano yang kian cepat, sesekali jemarinya terpeleset dan menekan tuts yang salah dan langsung diberi hadiah sebuah kecupan dipipi jika Ritsu melakukan kesalahan sekecil apapun sesuai perjanjian mereka sebelumnya.

"Ukhh... ayolah Takano cuma setahun. Lagi pula pembelajaran bisnis ini penting bagiku untuk meneruskan perusahaan ayah nanti. Tidakkah kau ingin melihatku jadi orang hebat?"

Helaan nafas kembali dikeluarkan oleh Takano, jemarinya masih asik berkutat dengan tuts piano. Seluruh perhatiannya tertuju pada wajah Ritsu yang hanya bisa ia lihat sebagian dari sudut pandangnya kini. Dentingan piano memenuhi ruangan, harmonisasi nada yang tercipta dari penggabungan beberapa accord dan chord begitu memanjakan telinga.

Takano tidak memberikan jawaban. Mereka berdua terdiam. Hanya suara dari dentingan piano yang menyeruak dalam keheningan.

"Aku berjanji akan menghubungimu secara rutin Takano-san" Ritsu masih asik berkutat dengan not balok yang terpampang dihadapannya.

Alih alih menjawab pertaan Ritsu, takano lebih memilih membenamkan wajahnya diantara helaian rambut Ritsu, menikmati wangi harum yang tadi hanya tercium samar samar oleh hidungnya. Ritsu menghentikan permainannya beberapa saat karena terkejut , dan lagi lagi Takano memberikaannya sebuah hadiah kecupan dipipi.

"Lanjutkan" perintah Takano, yang kini sedang sibuk memeluk Ritsu dengan kedua tangannya.

"Nee Takano-san kau benar benar berlebihan, kan bukan berarti aku akan pergi selamanya. Apasih yang sebenarnya kau khawatirkan?"

Takano terdiam sejenak "Kau akan menghilang lagi dari hadapanku secara tiba-tiba—"

Perkataan Takano sukses membungkam Ritsu. Sebenarnya Takano tidak masalah bila harus menunggu Ritsu selama setahun toh 10 tahun ia telah menunggu Ritsu meski selama ini ia tidak tahu apakah ia diijinkan untuk bertemu dengan Ritsu kembali atau tidak. Hanya saja rasanya berat untuk melepaskan Ritsu pergi ke Los Angeles kini, mungkin trauma akibat masa lalu, atau mungkin juga karena kini ia sudah mendapatkan Ritsu kembali—dengan penuh perjuangan tentunya —dan khawatir bila ia sedikit saja melepaskan gengamnya, Ritsu akan menghilang untuk kedua kalianya.

"—dari situ decrescendo(3) Ritsu" sebuah kecupan kembali mendarat dipipi Ritsu

"Ah maaf aku lupa" Ritsu menarik nafasnya perlahan "Maafkan kebodohanku waktu itu, tapi kini aku berjanji tidak akan pergi jauh lagi dari sisimu"

"Baiklah kalau begitu berbaliklah, lihat aku"

Ritsu membalikan badannya. Mengubah posisi duduknya berhadapan dengan Takano. Dilihatya mata coklat Takano merefleksikan bayangan dirinya, begitu pula Takano yang mendepati bayangan dirinya terefleksikan dengan sempurna pada iris hijau Ritsu. Kedua tangan takano menyentuh pipi Ritsu secara perlahan.

"Baiklah aku akan mengijinkanmu tapi ingat hubungi aku secara rutin setiap hari minimal tiga kali pagi, siang, dan malam—"

"Takano-san jangan bercand—" Takano meletakan jari telunjuknya didepan bibir Ritsu, menyuruhnya agar mendengarkan hingga akhir sebelum memberikan sanggahan.

"Telefon aku minimal seminggu sekali, kirimkan fotomu lewat e-mail setiap dua minggu sekali, jaga kesehatanmu, dan... ingatlah aku selalu dimanapun kau berada"

Ritsu tertawa renyah "Hahahaha Takano-san lihat betapa sentimentilnya dirimu"

"Ya dan semua itu karenamu"

Takano memajukan wajahnya. Ritsu hanya bergeming, matanya terkunci pada sorot mata Takano. Hidung dan dahi mereka berdua saling menempel, menjelarkan sensai hangat ke dahi masing masing. Takano dapat merasakan hembusan nafas hangat pada pipinya. Ritsu memejamkan matanya ketika Takano semakin memajukan wajahnya, ia masih saja merasa grogi jika ia dan Takano begitu dekat seperti saat ini.

Takano dapat merasakan bibirnya telah menyentuh sesuatu yang lembut. Ritsu lebih merapatkan matanya ketika sesuatu yang basah mulai menyapu bibirnya. Takano melepaskan kecupannya dan memandang Ritsu yang wajahnya memerah semerah warna apel fuji.

"Remember Ritsu, don't shut your lips so tight"

"Huh?! Hey—"

.

Annpui

Proudly Present

Chapter 1 : Bye

.

.

.

/Chantal Kreviazuk-Leaving on A Jet Plane/

"This is final boarding call for Airline flight 705 with non stop service to Los Angeles, all comfort passenger should be in bording this time for allow"

Takano memegang tangan Ritsu erat, tidak ada niatan untuk melepaskannya hingga penerbangan Ritsu menuju Los Angeles. Tidak peduli tatapan iri Ann-chan dan tatapan bingung keluarga Ann-chan yang melihatnya terus menggandeng Ritsu.

"Takano san, lepaskan" bisik Ritsu berusaha melepaskan gengaman Takano yang begitu erat pada tangannya. "Aku ingin ke kamar kecil"

"Tidak. Kalau kau ingin ke kamar kecil aku akan mengantarmu"

"TIDAK!"

Melihat kedekatan mereka berdua Ann-chan tertawa kecil memperhatikan. Ia begitu menyukai ekspresi Ritsu ketika bersama Takano begitu apa adanya, walau sebenarnya ia iri kepada Takano yang seseorang dibutuhkan oleh Ritsu.

"Andaikan aku Takano-san" bisik Ann-chan kepada dirinya sendiri. "oh tidak Ann-chan jangan mulai. Ingat, kebahagian Ricchan adalah kebahagianmu juga"

"Ada apa Ann-chan? Ayo cepat kita harus ke gateway sebentar lagi penerbangan kita"

"A-ayah? Tidak ada apa, baiklah"

Ann-chan berjalan menghampiri Ritsu yang berada didepannya. Sesekali ia melirik tangan Takano yang sedang menggenggam tangan Ritsu. Bila boleh egois sebenarnya ia ingin menyambar tangan Takano, tapi itu berarti jahat dan Ann-chan tidak mau dirinya menjadi jahat.

"Nee Ricchan"

"Hmm?"

Ritsu memutar tubuh ke arah Ann-chan yang berada disebelahnya. Sedangkan Takano hanya bersikap tak acuh memperhatikan dan terus menggenggam tangan Ritsu

"Aku merasa deg degan ini pertama kalinya aku pergi jauh keluar negri"

"Tenanglah Ann-chan kan ada aku?"

Ritsu memberikan senyuman kepada Ann-chan. Melihat hal itu Ann-chan merasa sedikit tenang. Diliriknya tangan kanan Ritsu yang menggantung bebas diudara. Ia ingin megenggamnya seperti yang Takano lakukan pada Tangan kiri Ritsu.

"Ricchan..."

"Ya Ann-chan?"

"Bolehkah aku menggenggam tanganmu?"

Takano membelalakan matanya kaget tidak menyangka Ann-chan akan berkata seperti itu. Bukankah Ann-chan sudah merestui hubungannya dengan Ritsu.

"Jangan salah paham Takano-san. Jika memang tidak boleh tidak apa apa" Ann-chan segera mengintrupsi kalimatnya begitu melihat mimik wajah Takano yang menunjukan tidak suka. Ritsu yang melihatnya hanya menghelakan nafas kemudian tersenyum kepada Ann-chan.

"Tenju saja boleh Ann-chan. kemarikan tanganmu"

"Bolehkah?"

"Tentu, ya kan Takano-san?"

Takano hanya membuang mukanya sebal. "Terserahlah"

Pintu masuk gateaway mulai terlihat dihadapan mereka. Takano kembali mengeratkan genggamannya. waktu telah tiba untuknya melepaskan Ritsu. Ritsu yang menyadari kegelisahan Takano, memberikan senyumannya kepada Takano dan membalas genggaman Takano. Jika Takano ada wanita maka saat ini ia pasti akan menangis meraung raung meminta Ritsu agar jangan pergi, namun ia bukanlah wanita.

"Takano-san..."

"Sudah saatnya berpisah ya Ritsu?" ujar Takano sedih

"Maaf..."

Takano mengacak Rambut Ritsu lembut, mencubit pipinya gemas, menatap dengan intens kedalam mata Ritsu dan kemudian memeluknya.

"jaga dirimu baik baik disana, jangan merepotkan Ann-chan dan keluarganya, jangan nakal, kemudian begitu urusanmu disana sudah selesai cepatlah kembali Ritsu"

Ritsu mengelus kepala Takano-san. Ia juga sebenarnya berat untuk berpisah, namun hal ini harus ia lakukan demi menjamin masa depannya. Ia ingin agar suatu saat dirinya dan Takano menjadi seseorang yang sukses dalam bidang pekerjaan.

"Tentu Takano-san, akan ku ingat perkataanmu"

Takano mengalihkan pandangannya kepada Ann-chan yang sedang memandang mereka.

"Tolong jaga Ritsu disana, hanya kau yang bisa menjaganya"

Ann-chan tersenyum mendengarkan "Baiklah Takano-san aku akan menjaganya degan segenap jiwa dan ragaku"

"Hey Ann-chan bukankah terbalik seharusnya aku yang menjagamu"

"Tapi Ricchan aku ingin menjagamu juga"

"Baiklah baiklah bagaimana kalau kita saling menjaga satu sama lain"

"Oke!"

Takano terkekeh memperhatikan mereka berdua. Jika diperhatikan seperti ini mereka benar benar seperti sepasang kekasih yang sedang bertengkar. Entahlah Takano selalu merasa resah jika Ann-chan berada disekitar Ritsu.

"Bolehkan kau tinggalkan Ritsu sebentar ada yang ingi kubicarakan dengannya" ucap Takano kepada Ann-chan yang masih asik berdebat dengan Ritsu.

"Oh— maaf aku tidak peka. Baiklah Ricchan aku pergi duluan segeralah menyucul"

Kini tinggal Takano dan Ritsu berdua dalam diam, dua duanya merasa enggan untuk mengucapkan kata perpisahan. Takano hanya memperhatikan Ritsu dari ujung rambut hingga ujung kakinya, sedangkan Ritsu menunduk memandang kopernya.

"Aku mencintaimu Ritsu—"

"Aku mencintaimu Takano-san—"

Ucap mereka serempak. Ritsu dan Takano saling memandang seraya menahan tawa geli yang sebentar lagi terpecah. Ritsu memegangi perutnya yang sakit karena tertawa terbahak bahak dan Takano menutup mulutnya berusaha meredam tawanya.

"Hahahaha... hati hati ya Ritsu"

"Terimakasih Takano-san, sampai berjumpa lagi nanti"

Ritsu menarik kopernya, berjalan menjauh dari Takano-san. Baru saja lima langkah Ritsu berjalan Takano memanggilnya, menarik tangannya kemudian mengecupnya singkat.

"Selamat jalan Ritsu"

To be Continued


Yuhu~ akhirnya fanfic Sekaiichi Hatsukoi beres juga

Untuk fanfic ini entah kenapa inginnya fanfic bersambung

Awalnya fanfic ini untuk Fai dan Kurogane, namun karena beberapa alasan jadinya Ritsu dan Takano

Mungkin nanti aku akan buat Fai dan Kurogane edisi bersambung XD

Cobain deh dengerin Leaving On A Jet Plane versi Justin Timberlake

bener deh aransemennya! meski nuasansanya lebih ceria X)

akhir kata semoga yang membaca menikmati cerita ini :D

Mind to give me some review maybe?


Footnote:

Crescendo(1) : Suara menjadi keras secara bertahap.

Transcription(2) : Sheet musik.

Decrescendo(3) : Suara menjadi lembut secara bertahap.