Disclaimer © Om MK-Sensei
Written © Ghiena
Story © Ghiena
Warning : AU, OCC, Abal, Gaje, Typo bertebaran, Diksi bikin sakit mata, Etc…
Don't Like Don't Read…
Princess And The Hunter
By © Ghiena
Enjoy it…
.
.
.
Kau ingin tahu apa arti dirimu bagiku?
Kau…adalah jantungku
Sesuatu yang akan selalu kubawa ke manapun aku pergi
Aku bisa hidup tanpa mata, tangan, atau kaki, tapi aku tak akan pernah bisa hidup tanpa jantungku
Dan itulah dirimu
.
Takdir telah bermurah hati mempertemukan kita
.
.
.
Shikamaru harus menahas napasnya beberapa detik. Seakan hembusan napasnya itu akan terdengar dan akan membuat dirinya ketahuan dari tempat persembunyiannya. Sulur-sulur dari pohon tempatnya berlindung memang telah menghalangi pandangan matanya. Namun, dengan jarak yang cukup dekat seperti ini ia tetap dapat melihat dengan jelas. Betapa ia baru saja melihat bagaimana wujud seorang bidadari.
Gadis itu. Putih kulitnya bagaikan salju. Tanpa ada sedikitpun cela. Shikamaru bahkan merasa tidak rela bila kulit putih itu sedikit saja tersentuh dan tergores. Dan mahkota keemasan miliknya terasa mengingatkanmu akan kilauan hamparan pasir dipantai. Betapa besar kuasa tuhan yang telah menciptakan makhluk secantik itu.
Dari sudut Shikamaru bersembunyi, ia hanya dapat melihat punggung dan separuh dari tubuhnya. Namun, dapat ia pastikan bahwa gadis itu memiliki bentuk mata yang besar. Hidung yang mancung. Dan bibir tipis yang kemerahan. Bahkan tanpa melihat keseluruhan wajah gadis itu. Shikamaru merasa dirinya telah kehilangan duniannya untuk berpijak. Ia bagaikan telah terhempas ke dunia lain. Ke dunia yang tidak pernah ia kenal sebelumnya. Selama ini, tak ada seorang gadis manapun yang dapat masuk sampai kerelung hatinya dan memperkenalkan sebuah perasaan yang menimbulkan sensasi begitu aneh didalam dadanya. Ia sama sekali tidak tertarik untuk mempunyai sebuah hubungan yang spesial dengan gadis manapun. Karena baginya, mereka adalah makhluk yang tak dapat dimengerti jalan pikirnya. Ia tak mau sekalipun direpotkan oleh keinginan-keinginan tak masuk akal mereka. Ia sama sekali tidak merasa keberatan apabila dirinya disebut bukan seorang lelaki sejati. Bagi Shikamaru cintanya adalah dapat menikmati seluruh hidupnya yang tenang tanpa sedikitpun gangguan.
Namun, takdir berkehendak lain. Hanya dikarenakan tiupan angin yang tak bersahabat dengannya hari ini dan menerbangkan petanya. Ia jadi kehilangan arah dan tujuan. Ia tak menyangka langkah kuda yang dituntunnya untuk mencari tempat istirahat akan membawa dirinya bertemu dengan seorang gadis yang tengah duduk sendirian menatap birunya air sungai yang berada di pinggiran hutan. Gadis itu menengadah dengan raut wajah yang begitu murung menatap langit yang mulai kehilangan cahayanya. Terpaan sinar matahari yang mulai condong menimbulkan efek yang begitu mengagumkan bagi siapapun yang melihatnya.
Siapa gadis itu?
Gadis itu menurunkan pandangannya dan kembali menatap birunya air sungai yang begitu jernih. Namun, kali ini pandangan matanya berubah datar tak berekspresi. Gadis itu hanya duduk diam tak melakukan apa-apa. Shikamaru merasa heran. Dengan sikap gadis itu. Dan juga tentang keberadaannya di tempat ini sendirian. Shikamaru membulatkan matanya. Ia berhenti menatap gadis itu dan bersembunyi dibalik pohon. Banyak hal yang berkecamuk di dalam pikiran Shikamaru. Shikamaru kembali mengintip setelah beberapa saat terdiam dengan pikirannya sendiri.
Apa dia arwah yang menyerupai seorang gadis untuk mencelakaiku?
Tanpa sengaja Shikamaru melihat gadis itu tersenyum tipis. Entah apa yang membuatnya menjadi seperti itu. Shikamaru bergidik. Fantasi tentang gadis itu langsung lenyap. Ia pun melangkah mundur dengan perlahan dan berharap bahwa gadis itu tak menyadari keberadaannya.
.
.
.
"GROOOOOAAAA"
"Sial!". Shikamaru mengumpat karena telah kehabisan tenaga menghadapi makhluk-makhluk buas ini. Mereka itu terus saja menyerang Shikamaru beserta teman-temannya.
"Shikamaru, bagaimana ini?". Teriak Naruto.
Shikamaru menutup matanya perlahan. Waktunya untuk memikirkan strategi baru.
.
Shikamaru terdiam cukup lama. Saat diajak untuk minum bersama dengan teman-temannya yang asyik menikmati sake. Sebenarnya ia sama sekali tak tertarik dengan hingar- bingar pesta yang tengah berlangsung di desanya. Hari ini mereka telah berhasil menangkap buruan yang sudah diincar berpuluh-puluh tahun oleh mereka. Karena itulah, mereka membuat pesta besar-besaran untuk merayakannya. Shikamaru hanya duduk dan menikmati rokoknya. Tanpa ada niat untuk menyentuh sake yang telah dituangkan untuknya.
.
.
.
Kau tidak boleh mengkhianati kaummu.
.
.
.
Ayah, tidak tahukah kau aku sangat membenci pekerjaan kita ini.
Shikamaru menatap sosok ayahnya yang berdiri membelakanginya. Ia tahu meskipun ayahnya tidak mengatakannya dengan sangat jelas. Namun, dengan senyum yang tadi ditampilkan oleh ayahnya ia mengerti bahwa ayahnya merasa sangat bangga terhadapnya.
"Ayah akan keluar, beristirahatlah". Ayahnya pun keluar dari kamarnya dan meninggalkannya sendirian.
.
Shikamaru menenteng sebungkus rokok miliknya. Dan ditangan kanannya sebatang rokok yang sudah terbakar setengahnya. Ia berjalan agak sedikit membungkuk karena ia sedang menanjaki sebuah bukit dekat rumahnya untuk bersantai di tempat favoritnya. Ia tertegun saat mengetahui ternyata disana sudah ada seseorang yang tengah menatapnya sambil tersenyum.
"Bagaimana kabarmu, si ahli strategi?".
Shikamaru terkekeh mendengar panggilan barunya. Ia sangat tahu sebenarnya panggilan itu untuk meremehkannya. Ia pun berjalan mendekati sosok itu. Lalu berbaring disebelahnya dengan menjadikan kedua lengannya menjadi bantalan kepalanya.
"Aku mau tidur dulu". Ujar Shikamaru sambil menutup matanya perlahan.
"Ck, dasar menyebalkan. Tidak bisakah kau menjawab pertanyaanku dulu?".
"Aku baik". Jawab Shikamaru singkat. Setelah itu ia benar-benar tertidur tanpa memperdulikan ocehan sahabat wanitanya Ino Yamanaka.
.
.
.
"Ayah mempercayakan semuanya padamu. Cobalah, dan percayalah pada hatimu. Kau pasti bisa. Karena kau adalah puteraku"
.
.
.
Di tengah malam yang begitu sunyi. Shikamaru duduk termenung menatap langit gelap dari arah jendelanya. Tidurnya terusik karena mimpi tentang gadis cantik yang pernah ditemuinya. Bukan mimpi buruk yang sudah biasa setiap malam menghantuinya. Hatinya mengatakan ingin bertemu lagi dengan gadis tersebut. Namun, akal sehatnya menolak. Ia pun terus berpikir, siapa gadis itu sebenarnya?
