~BLUE MOON~ / PART 1
Disclaimer : Naruto © Masashi Kisimoto
Judul : Blue Moon
Author : Ciel Bocchan a.k.a Febi N Maulida
Genre : Romance, Fantasy, Action, Drama, Supernatural, Comedy, AU, Drama
Pairing : NaruHina (Uzumaki Naruto dan Hyuuga Hinata)
Rating : T
_
Tinggalkan jejak ya ^ ^
"Tolong...jangan menangis. ...Aku tidak bisa meninggalkanmu dengan tenang jika seperti ini..."
"Kau pasti akan baik-baik saja. Luka seperti ini tidak akan bisa membunuhmu. Aku akan menemuinya dan memohon agar dia bisa menyembuhkanmu"
"Takdir tidak bisa diubah, Hinata. Kau...harus hidup dengan baik..."
"Darah ini akan berhenti dan kau akan selamat. Jadi, istirahatlah selama aku membawamu menemuinya"
"...K-kuharap...aku bisa bereinkarnasi kembali...agar aku bisa melihatmu lagi"
"Berhenti mengatakan hal seperti itu. Kau pasti akan selamat. Aku tidak bisa hidup tanpamu. Jadi, aku mohon, jangan tinggalkan aku sendirian, Ashura!"
Suara decitan pintu membuat Naruto terbangun. Pemuda Uzumaki itu bangun dalam keadaan kaget. Kedua matanya langsung terbuka dan menatap atap bus dengan wajahnya yang tegang.
"Bahkan di dalam bus kau bisa tertidur sangat pulas" gerutu Nagato sambil berjalan turun dari bus diikuti Naruto. Kening Naruto mengerut ketika ia mencoba mengingat kembali mimpi itu. Mimpi yang sama telah terjadi selama beberapa hari terakhir. Setiap kali ia tidur. Bahkan ketika ia hanya setengah tidur, mimpi itu bisa muncul. Naruto selalu merasa ia memimpikan hal yang sama. Mimpi yang terasa benar-benar seperti telah terjadi. Namun, ketika terbangun, mimpi itu sudah tak dapat ia ingat lagi dengan jalas. Tetapi, setiap kali ia memimpikan hal aneh tersebut. Tiba-tiba saja ada rasa rindu yang begitu dalam muncul dari hatinya.
"Katakan, Naruto. Apa akhir-akhir ini kau memimpikan hal yang aneh?" tanya Nagato ketika mereka sedang berjalan menuju sekolah.
"Mimpi yang aneh?" gumam Naruto. Ia merasa kalau ia tidak perlu menceritakan mimpinya pada Nagato, atau siapapun.
"Tidak. Lagipula, kenapa kau tiba-tiba datang dan menginap di apartemenku?" Naruto akhirnya mengalihkan pembicaraan mereka. Sudah dua hari berlalu sejak Nagato menumpang di apartemennya. Naruto tidak keberatan. Hanya saja, sepupunya itu datang dan bilang kalau dia harus terus mengawasi Naruto sampai beberapa hari ke depan dan situasi sudah menjadi aman.
"Bibi menyuruhku, kau tahu? Kami sudah memperingatimu tentang bulan biru itu, bukan? Musim gugur baru saja mulai dan bulan biru sepertinya akan muncul beberapa hari lagi"
"Kenapa keluarga kita sangat mengkhawatirkan tentang bulan biru? Lagipula, sejak kapan bulan berubah menjadi warna biru?" gerutu Naruto
"Kau pikir aku tahu? Aku hanya membantu Bibi. Dan kau seharusnya memikirkannya baik-baik. Tentang sejarah klan kita"
"Bukankah itu hanya mitos? Nagato, jangan bilang padaku kalau kau juga percaya" tanya Naruto curiga. Nagato langsung tertawa geli.
"Tentu saja tidak. Zaman sudah modern. Masa lalu tidak akan pernah terulang kembali. Yang penting, kita harus menuruti apapun tradisi dalam keluarga jika tak ingin dicap sebagai penghianat. Juga, sebaiknya kau jangan latihan dulu untuk sementara. Kau harus pulang sebelum malam"
"Hah? Jangan mengatakan hal yang lucu seperti itu" sahut Naruto. Nagato hanya menghela nafas. Memang selalu percuma kalau menyuruh Naruto untuk berhenti latihan Kyudo untuk sementara waktu tanpa alasan yang jelas.
"Ohayou"
"Ohayou, Nagato-san"
"Ohayou Naruto-san"
"Um. Ohayaou"
Mereka berjalan menuju kelas sambil saling bersapaan dengan teman-teman mereka. Kehidupan normal seperti ini sangat menyenangkan. Naruto tidak ingin kecemasan keluarganya tentang hal-hal mitos seperti itu mempengaruhi kehidupannya sosialnya.
"Kalau begitu, aku ke kelasku" kata Nagato lalu berjalan menuju kelasnya yang berbeda dengan Naruto.
"Dia mengawasimu lagi?" tanya Sasuke yang baru saja sampai. Seperti biasa, pemuda Uchiha itu selalu terlihat dalam suasana hati yang buruk. Tidak pernah tersenyum dan selalu menjaga jarak dengan oranglain kecuali teman-teman terdekatnya.
"Aaah, sebentar lagi bulan biru" gumam Sasuke
"Huh?" Naruto menoleh ketika mendengar Sasuke seperti sedang menggumamkan sesuatu.
"Apa?" Sasuke langsung balik melihat ke arah temannya itu.
Mengabaikan Sasuke yang memang selalu seperti itu, Naruto kemudian masuk ke dalam kelasnya. Sasuke bertopang dagu sambil menatap daun-daun pohon yang berguguran. Angin yang berhembus pagi ini cukup kencang sampai membuat udara terasa sedikit dingin dan suasan menjadi agar berisik.
"Apa dia akan kembali lagi?" tanya Sasuke sambil terus menatap pada daun-daun pohon yang berguguran. Lalu, sebuah suara yang sangat pelan menjawab pertanyaan Sasuke. Suara tanpa wujud. Sasuke menghela nafasnya dengan berat.
"Kurasa, bukan hanya aku yang mengkhawatirkan Naruto bodoh itu" gumam Sasuke lagi.
OoooO
Naruto semakin tidak bisa berkonsentrasi pada apapun yang dilakukannya sejak memimpikan mimpi tersebut selama beberapa hari terakhir. Ia masih bisa mengingat dua suara itu meskipun hanya samar-samar. Tetapi, ia tidak bisa mengingat wajah mereka. Siapa yang sedang berbicara dalam mimpinya. Siapa mereka? Kenapa mimpi itu terus terulang? Siapa Ashura? Siapa Hinata? Nama itu terdengar sangat familiar di telinganya.
"Jangan pulang terlambat!" seru Nagato lalu beranjak pergi. Naruto berdecak kesal sambil bergumam pelan, "Kenapa dia menjadi seperti Ibu?." Pemuda itu kemudian berjalan menuju ruang latihan Kyudo. Naruto sering menghabiskan waktu sampai hari gelap dengan berlatih Kyudo. Ia tak pernah mengikuti kompetisi Kyudo meskipun semua orang di sekolah tahu kalau Uzumaki Naruto adalah pemanah terbaik yang pernah ada. Yah, Naruto hanya menjadikannya sebagai hobi. Bukan untuk dipertontonkan. Naruto berlatih setiap hari hanya sebagai pengisi dari banyak sekali waktunya yang luang akhir-akhir ini. Sekitar satu bulan lagi, ia mungkin tidak akan berlatih Kyudo untuk sementara karena ia harus mengikuti kelas tambahan untuk ujian masuk perguruan tinggi. Sebentar lagi ia akan lulus. Dan semakin dewasa dirinya, Naruto merasa kalau ada sesuatu yang mulai berbeda terjadi padanya. Sikap cerobohnya sedikit menjadi berkurang. Tapi sesekali kumat jika sudah berkumpul bersama teman-temannya.
"Anginnya kencang sekali!" kata beberapa siswa yang sepertinya hendak pulang tetapi memilih untuk menunggu sampai angin itu berlalu. Karena penasaran, Naruto akhirnya berjalan ke arah jendela untuk melihat.
"Astaga!" serunya kaget begitu berdiri di sana dan angin langsung menampar wajahnya sangat keras.
"Sebaiknya kau pulang dan menunda latihanmu." Suara Sasuke membuat Naruto langsung menoleh dan mendapati temannya itu, bersama Yamanaka Ino, sedang berjalan ke arahnya.
"Aku tidak akan menunda latihan hanya karena angin seperti ini" sahut Naruto lalu kembali melihat keluar jendela.
"Sebaiknya kau pulang bersama kami, Naruto. Sekolah mungkin akan sepi sore ini. Kau lihat angin itu, bukan? Siapa yang tahu kapan dia berhenti dan kau bisa terjebak di sekolah semalaman" kata Ino.
"Kenapa kalian tiba-tiba menjadi khawatir padaku?" tanya Naruto curiga. Sasuke dan Ino saling melihat sebentar. Apa yang mereka berdua pikirkan berbeda. Sasuke khawatir pada Naruto karena bulan biru sebentar lagi akan muncul. Sementara Ino, ikut mencemaskan Naruto karena Sasuke memberitahunya untuk mengawasi Naruto. Meskipun gadis itu tidak tahu mereka sedang mencemaskannya dari apa. Namun, jika yang mengatakannya adalah Sasuke, maka, sesuatu yang buruk mungkin akan terjadi.
"Jadi, kau akan tetap di sini sampai latihanmu selesai?" tanya Sasuke
"Tentu saja"
"Kalau begitu kami pulang dulu" ujar Ino. Naruto tersenyum sambil mengangguk. Pemuda itu kemudian kembali melihat keluar jendela. Angin yang mengenai wajahnya seperti sedang memberitahunya tentang sesuatu. Rasanya seperti deja vu. Angin dan langit sore itu.
OoooO
Sasuke baru saja sampai di rumahnya ketika ia melihat kakaknya, Uchiha Itachi, sedang melihat keluar melalui jendela ruang tamu. Wajah kakaknya itu tampak cemas. Ya, mungkin, sebagian klan merasakan hal yang sama selama beberapa hari terakhir ini.
"Tadaima!" seru Sasuke. Itachi menoleh sebentar pada adiknya itu lalu kembali melihat ke luar jendela.
"Ada apa?" tanya Sasuke sambil berjalan menuju kakaknya.
"Bagaimana dengan Naruto?" Itachi malah balik bertanya. Sasuke menghela nafas lalu menjawab pertanyaan kakaknya.
"Dia tetap seperti biasa. Tak ada yang berubah darinya meskipun bulan biru itu akan segera muncul"
"Sepertinya malam ini" ujar Itachi cepat
"Hah? Malam ini?" seru Sasuke kaget
"Angin yang bertiup setiap harinya semakin kencang. Itu berarti bulan biru akan segera muncul"
"Oniisan, apa kau yakin dia akan kembali untuk Naruto?" tanya Sasuke
"Tentu saja. Perjanjian yang tak pernah dibatalkan akan terus berlanjut meski ratusan kalipun dia dilahirkan kembali." Sasuke menoleh pada Aoda yang akhirnya memperlihatkan kembali wujudnya. Selama di sekolah, Aoda memang tidak boleh mengikuti Sasuke dengan memperlihatkan wujudnya. Tentu saja. Bagaimana mungkin seekor elang raksasa diperlihatkan pada orang banyak di zaman modern seperti ini?
"Aoda benar. Tengu juga mengatakan hal yang sama ketika aku bertanya tentang hal tersebut" sahut Itachi
"Aaah! Omong-omong, aku tidak melihatnya. Dimana dia?" tanya Sasuke ketika tidak melihat Tengu dimanapun. Biasanya yokai itu selalu bersama kakaknya setiap saat.
"Aku menyuruhnya berjaga-jaga di gunung untuk memastikan apakah bulan biru benar-benar akan muncul malam ini"
"Kalau begitu, apa Aoda juga perlu ke sana untuk membantu?" tanya Sasuke
"Tidak. Dia harus tetap menjagamu. Tengu bisa mengatasinya sendiri jika sesuatu yang buruk mungkin saja terjadi malam ini"
Itachi kemudian menyuruh Sasuke untuk segera mengganti seragam. Sementara ia terus menatap keluar jendela. Bulan biru hanya akan bertahan selama tiga hari. Jika selama tiga hari itu dia tidak juga muncul. Maka, dia mungkin akan keluar ketika bulan biru berikutnya. Yang berarti seratus tahun lagi. Karena bulan biru hanya muncul satu kali dalam seratus tahun. Itachi adalah salah satu dari beberapa orang yang tidak ingin apa yang pernah terjadi di masa lalu kembali lagi. Karena zaman telah berubah. Namun, reinkarnasi membuat semuanya mungkin saja masih terhubung. Tetapi, tidak semua orang bisa bereinkarnasi seperti Uzumaki Naruto. Itachi dan Sasuke bukan berasal dari adanya reinkarnasi. Mereka memang lahir di zaman ini. Hanya saja, yokai yang menjaga mereka ada karena tradisi keluarga di masa lalu yang bahkan tidak pernah terputus sampai saat ini. Beberapa klan mungkin beruntung karena masih memiliki yokai yang bisa melindungi mereka. Meskipun dalam banyak hal, mereka sama sekali tidak pernah digunakan untuk masalah apapun di zaman modern seperti ini. Kecuali mereka yang mengendalikan yokai adalah klan jahat. Yokai tidak lagi berada pada masa kejayaan mereka dimana pada masa lalu, mereka menjadi makhluk yang ingin dimiliki oleh siapapun untuk melindungi manusia tersebut. Tidak ada bayaran untuk manusia yang memelihara yokai. Selama Yokai percaya pada manusia, maka, mereka akan menuruti apapun yang diinginkan manusia tersebut. Namun, sebagian manusia dan yokai akan membuat perjanjian agar mereka tidak bisa menghianati satu sama lain meskipun mereka telah saling mempercayai. Walaupun beberapa yokai menjadi penghianat karena alasan mereka yang tak pernah orang lain tahu.
"Sasuke, tetaplah di rumah. Aku mau melihat keadaan di luar sebentar. Aoda, jangan biarkan dia keluar sendirian" kata Itachi ketika melihat Sasuke baru saja keluar dari kamarnya.
"Baik. Itachi-sama"
OoooO
Naruto selesai mengganti kembali pakaian Kyudo-nya dengan seragam sekolah. Pemuda itu melihat sebentar pada jam yang tergantung di dinding ruang latihan. Hampir pukul tujuh malam. Beberapa siswa ternyata masih ada di sekolah saat ia berjalan menuju pintu utama sekolah.
"Naruto-kun, kau latihan lagi?." Teman satu kelasnya, Tenten, tiba-tiba menyapanya.
"Seperti biasa. Kukira kau sudah pulang. Klub radio menjadwal pertemuan sampai malam seperti ini?" tanya Naruto.
"Tidak terlalu sering. Kau seharusnya sesekali mengikuti kompetisi Kyudo dengan kemampuan yang...luar biasa seperti itu. Semua orang di sekolah ini ingin melihatnya, kau tahu?" kata Tenten. Mereka berjalan bersama menuju pintu utama sekolah. Naruto hanya tertawa kecil. Yah, semua teman-temannya sudah pernah mengatakan hal yang sama tentang mengikuti kompetisi Kyudo.
"A-Apa...itu?" seru Tenten tiba-tiba ketika mereka baru saja keluar dan langkahnya berhenti sebelum menginjak tanah. Naruto yang sedikit kaget langsung mengikuti arah pandang gadis bercepol dua itu.
Kedua mata Naruto langsung membulat sempurna begitu menatap ke arah langit dan melihat bulan telah berubah menjadi warna biru lembut. Benar-benar warna biru. Tiba-tiba, semua perkataan keluarganya melintas di kepalanya. Pembicaraan mereka tentang bulan biru.
"Jadi, ini nyata?" gumam Naruto tanpa sadar.
Salah seorang siswa yang sedang terburu-buru untuk pulang tiba-tiba berbicara pada Naruto dan Tenten dengan suara setengah berteriak.
"Ramalan cuaca hari ini buruk. Sebentar lagi akan ada angin yang lebih kencang dari sore tadi. Badai angin. Sebaiknya kalian segera pulang." Beberapa siswa-dan siswi kemudian berjalan keluar dari gedung sekolah dengan cepat. Tenten bergegas menyuruh Naruto pulang sementara gadis itu sendiri langsung berjalan cepat menyusul beberapa murid lainnya.
Naruto berjalan seperti biasa sambil terus memandang bulan biru itu. Angin terasa benar-benar berbeda sekarang. Lembut dan udara menjadi lebih dingin. Naruto tiba-tiba merasakannya lagi. Perasaan deja vu itu. Seperti semuanya telah terjadi. Angin dan bulan biru itu seakan memberitahunya tentang apa yang sedang terjadi sekarang.
"Ponsel!" serunya tiba-tiba ketika mengingat kalau ponselnya ia matikan selama latihan. Ibu pasti cemas padanya setelah melihat apa yang terjadi malam ini. Pemuda itu kemudian berjalan cepat menuju halte sambil mengaktifkan kembali ponselnya. Benar saja. Ada beberapa email masuk. Bukan hanya dari Ibunya. Bahkan Nagato dan Sasuke? Ponsel itu tiba-tiba berdering lagi.
"Bu?" sahut Naruto setelah menjawab panggilan Ibunya.
"Kenapa ponselmu mati? Nagato baru saja Ibu suruh untuk menjemputmu" omel Kushina. Cemas.
"Maafkan aku. Aku mematikan ponselku selama latihan. Aku sedang menunggu bus untuk pulang sekarang. Beritahu saja pada Nagato untuk tidak menjemputku."
"Kami sudah memperingatimu berulangkali, Naru-chan. Selama bulan biru itu muncul, kau tidak boleh keluar sembarangan dari apartemenmu." Pembicaraan mereka berhenti setelah Naruto mendengar sedikit omelan lagi dari Ibunya. Ia langsung naik begitu bus datang.
Beberapa penumpang di bus sedang membicarakan tentang fenomena bulan biru tersebut. Naruto melihat keluar melalui kaca mobil dan untuk kesekian kalinya menatap ke arah bulan biru itu. Ada perasaan rindu yang tiba-tiba pemuda itu rasakan jauh di dalam lubuk hatinya. Perasaan itu lagi.
"Bulan biru hanya muncul satu kali dalam seratus tahun, bukan? Apa kalian percaya kalau yokai akan muncul di depan manusia saat bulan itu muncul?"
Naruto mendengar dengan jelas percakapan siswi-siswi SMU yang duduk tidak jauh dari tempatnya.
"Aku pernah membaca buku sejarah kuno tentang yokai. Di sana tertulis kalau hanya yokai penghianat yang akan muncul saat bulan biru"
Kening Naruto mengerut. Kenapa ia tidak tahu tentang bulan biru dan yokai penghianat yang bahkan telah tertulis di buku sejarah kuno jepang? Jadi, bulan biru yang dikatakan oleh keluarganya memang hal yang pernah terjadi dan nyata. Naruto tidak terlalu percaya pada yokai atau makhluk semacamnya. Namun, jika tentang yokai bahkan tertulis di buku. Maka, mereka memang benar-benar ada. Karena Naruto tidak pernah melihat mereka secara langung, jadi, pemuda itu tidak pernah benar-benar percaya. Lagipula, Naruto bukan tipe orang yang rajin membaca. Apalagi membaca buku-buku sejarah. Aah, dan pemuda itu batal mampir ke toko Dango untuk membeli beberapa tusuk makanan manis tersebut karena akan ada badai. Padahal ia sudah memikirkan akan membeli Dango setelah pulang latihan tadi.
OoooO
"Itachi-sama. Dia belum sepenuhnya terbangun" kata Tengu sambil terbang rendah dan berdiri di samping Uchiha Itachi.
"Jadi bukan malam ini?"
"Ya"
Itachi menatap waspada pada yokai di depannya. Yokai dengan bentuk anjing yang sangat besar berwarna merah. Itachi tidak pernah melihat yokai itu sebelumnya. Namun, mereka tidak tahu apakah dia musuh atau tidak. Jadi, Itachi dan Tengu membiarkan yokai itu pergi. Menurut informasi Tengu, yokai anjing itu juga sedang berjaga-jaga di gunung ini begitu bulan biru muncul dan tak sengaja bertemu dengan Tengu. Karena bahkan Tengu tidak mengenal yokai jenis anjing itu, jadi, Tengu tidak memiliki alasan untuk mencurigai yokai tersebut sebagai musuh mereka. Apalagi Itachi yang sama sekali tidak tahu tentang yokai berbentuk anjing besar berwarna merah itu.
"Akan ada badai angin malam ini. Sebaiknya kita segera pulang. Badai angin itu sudah jelas bahwa dia memang benar-benar akan keluar meskipun tidak malam ini"
"Tengu, apa yang terjadi pada bulan biru dua ratus tahun yang lalu? Ketika bulan biru itu tetap muncul satu kali setiap seratus tahunnnya"
"Dua ratus tahun yang lalu aura kemunculannya tak pernah sekuat ini. Mungkin karena reinkarnasi orang itu belum terlahir bahkan setelah dua kali kemunculan bulan biru. Namun, saat ini, anda sudah mencurigai seseorang sebagai reinkarnasi orang itu, bukan? Anda sangat yakin meskipun anda tak pernah mengenal orang itu. Memang seperti itulah ketajaman pikiran seorang Uchiha yang terpilih"
"Apa kau mengetahui semua yang terjadi di masa lalu?" tanya Itachi. Mereka akhirnya memutuskan untuk meninggalkan gunung tersebut. Karena sepertinya orang yang mereka tunggu tidak akan muncul malam ini.
"Saya tidak terlalu mengenalnya. Tapi kami pernah bertarung beberapa kali. Selain kekuatan yokai yang dimiliki sangat kuat, saya tidak mengetahui bagaimana dia bisa tertidur sampai waktunya bangkit kembali untuk mencari orang itu"
"Orang yang kau maksud itu, siapa dia sebelum bereinkarnasi?"
"Seorang pemanah. Juga seorang pangeran."
OoooO
Bulan biru di malam pertama akhirnya berlalu. Malam tadi badai angin benar-benar terjadi seperti yang telah diperkirakan. Sekitar pukul setengah sembilan malam. Minato dan Kushina hampir tidak bisa tidur semalaman karena terjaga di rumah mereka sendiri. Mereka tetap mengkhawatirkan Naruto meskipun Nagato ada di sana dengan tujuan untuk mengawasi dan Naruto. Sebenarnya, kedua orang tua Naruto itu tidak tahu apapun tentang kejadian di masa lalu. Tetapi, tetua klan Uzumaki menyuruh Minato dan Kushina untuk memberitahu Naruto tentang bulan biru itu. Yang mereka tahu adalah, bahwa jika bulan biru itu muncul maka Naruto akan diincar oleh makhluk yang sangat berbahaya. Ketika Minato dan Kushina bertanya lebih jauh tentang hal tersebut. Tetua klan Uzumaki tidak menjelaskan apapun lebih detail karena rahasia di masa lalu tak boleh dibongkar begitu saja. Meskipun mereka adalah orangtuanya. Namun, belum saatnya, dan juga bukan hak orang lain untuk membeberkan apapun yang sebenarnya tentang putra mereka walaupun mereka berasal dari klan yang sama. Beliau hanya berkata kalau Minato dan Kushina yang tak boleh meninggalkan rumah mereka sembarangan, sebaikanya menyuruh Uzumaki Nagato untuk mengawasi Naruto. Mereka tidak tahu kenapa harus Nagato yang seusia dengan Naruto sementara masih banyak anggota klan Uzumaki lainnya yang lebih hebat. Tetua klan Uzumaki hanya mengatakan pada Minato dan Kushina kalau Nagato adalah orang yang cocok untuk saat ini. Meskipun pemuda itu belum menyadari kalau dia memiliki yokai yang terus bersamanya.
"Apakah ini berhubungan dengan masa lalu?" gumam Kushina serius
"Sepertinya begitu. Jika tidak, tak mungkin tetua sampai langsung memanggil kita begitu Naruto lahir tujuh belas tahun yang lalu. Klan Uzumaki masih sangat berkaitan dengan apapun yang pernah terjadi di masa lalu, bukan?" kata Minato. Kushina mengganguk.
"Itulah yang telah diceritakan pada setiap keturunan klan Uzumaki. Tentang yokai atau sejenisnya. Tetapi, kenapa Naruto? Ada apa dengan putra kita?"
OoooO
"Sasuke, sebenarnya aku ingin menyanyakan ini sejak tiga minggu yang lalu" kata Naruto ketika mereka sedang bersantai di dalam kelas saat jam istirahat.
"Huh? Apa?"
"Apa kau sama sekali tidak merasa kalau ada sesuatu yang terus mengawasimu? Mengikutimu" tanya Naruto serius. Mendengar pertanyaan itu membuat Sasuke, bahkan Aoda, sangat keget. Pasti karena Naruto mulai merasakan keberadaan Aoda yang selalu bersama Sasuke. Naruto sepertinya sudah mulai peka terhadap keberadaan makhluk lain yang bisa menjadi tak kasat mereka. Seperti yokai yang beberapa jenis di antara mereka bisa menghilangkan wujud aslinya agar tak terlihat oleh manusia. Atau yokai tingkat tinggi yang bisa menyamar menjadi manusia atau dalam bentuk lain.
"Tidak. Kalaupun ada yang terus mengikutiku sejak tiga minggu lalu, aku pasti sudah menyadarinya"
"Kau tidak akan bisa dengan mudah menyadarinya jika sesuatu itu bukan manusia"
Naruto akhirnya menanyakan hal tersebut pada Sasuke. Ia memang merasakan seperti ada sesuatu yang terus mengawasi Sasuke sejak tiga minggu lalu. Naruto tidak tahu itu apa. Tetapi, ia merasa kalau sesuatu itu bukan manusia. Ternyata, sekarang Sasuke menjawab kalau ia tidak merasakan apapun. Kenapa hanya ia yang merasakannya?
"Kalau kau tidak merasakan ada yang aneh, mungkin hanya perasaanku saja" kata Naruto mengakhiri perkiraannya yang tak terbukti. Sasuke melirik pada Aoda disampingnya dengan senyumnya yang terlihat tegang.
"Naruto!" sebuah suara menyerukan namanya. Naruto melihat ke arah pintu ke kelasnya dan temannya yang lain, Sabaku Gaara, sedang berjalan ke arah mereka.
"Gaara? Kau sudah masuk sekolah lagi?" tanya Naruto heran. Sebab beberapa hari lalu, temannya itu mendadak sakit. Gaara kemudian duduk di kursi kosong di samping Uchiha Sasuke.
"Kau tahu kalau aku akan ikut kompetisi Kyudo, bukan?"
"Ya"
"Aku mau kau membantuku latihan lagi setelah pulang sekolah nanti. Seperti biasa. Kompetisinya sebentar lagi" mohonnya.
"Tentu saja. Kenapa kau memohon padaku dengan wajah menyedihkan seperti itu? Karena aku yang mengajarimu, jadi, kau harus menang. Kalau tidak, aku akan menagih kembali banyak waktuku yang terbuang karena melatihmu"
"Baiklah-baiklah. Oya, Sasuke, apa tadi malam kau mendengar suara..." Gaara langsung berhenti berbicara ketika menyadari kalau Naruto sedang mendengarnya. Pemuda itu kemudian berbisik pelan ke arah Sasuke.
"Suara yokai mengaum. Itu pasti yokai anjing karena aumannya hanya terdengar oleh orang-orang yang memelihara yokai seperti kita." Kening Sasuke mengerut. Ternyata, memang bukan hanya ia dan Itachi yang mendengar auman itu selama badai angin malam tadi.
"Apa yang kau bisikkan padanya, Gaara? Kalian merahasiakan sesuatu dariku?"
"Ck! Tidak ada apa-apa. Gaara hanya bilang kalau dia ada janji kencan"
"H-hah? Kenapa kau merahasiakan itu dariku?." Gaara langsung tertawa hambar sambil menatap kesal pada Sasuke.
"Itu bukan hal yang penting" sahut Gaara sambil mengibaskan tangannya. Naruto pasti percaya pada perkataan bohong Sasuke tadi. Untung saja Naruto cukup bodoh untuk membaca situasi sebenarnya.
OoooO
Uchiha Obito menatap bulan biru di malam kedua itu dengan pandangan dingin. Pikirnya, ini sudah malam kedua dan kenapa belum juga ada tanda-tanda kalau dia akan keluar? Masih tersisa satu malam lagi sebelum bulan biru itu menghilang. Meskipun nanti ketika dia benar-benar keluar dan mencari kembali reinkarnasi orang itu. Pasti tidak ada satu yokai pun yang bisa mendeteksi keberadaannya walaupun aura kemunculannya pasti akan benar-benar kuat. Biar bagaimanapun, dia adalah mantan pelayan dewa. Yokai yang sangat kuat yang pernah mengalahkannya dengan Inugami di masa lalu. Namun, masa lalu adalah hal yang jauh berbeda dengan sekarang. Mereka telah bereinkarnasi menjadi manusia yang lebih lemah. Karena itulah, Uchiha Obito mengumpulkan kembali kekuatan sebanyak yang ia bisa untuk mendapatkan kembali yokai mantan pelayan dewa itu. Karena yokai itu telah kehilangan tuannya. Jadi, kali ini, ia dan Inugami harus bisa mengalahkan lalu merebutnya kembali dari orang itu. Walaupun Inugami sebenarnya sangat tidak menyukainya.
"Obito-sama." Obito menoleh pada Inugami yang baru saja kembali dari gunung seperti biasanya. Anjing besar berwarna merah itu benar-benar menunjukkan ketidaksukaannya pada rubah itu akhir-akhir ini.
"Apa kau sudah bertemu Kabuto dan Guren?" tanyanya
"Ya. Tapi, mereka belum menemukan dimana reinkarnasi Ashura"
"Kita bahkan sangat sulit untuk menemukan reinkarnasi orang itu. Apakah dia benar-benar berinkarnasi seperti yang kau katakan?" suara Obito mulai meninggi. Ia menatap Inugami dengan kesal.
"Saya sangat yakin. Karena rubah sialan itu pasti akan bangkit kembali saat ini. Berarti, Ashura benar-benar telah dilahirkan kembali"
"Hei, Inugami. Kenapa masa lalu masih bisa terhubung hingga saat ini?"
"Banyaknya manusia dan yokai yang saling menghianati telah membuat tali takdir menjadi semakin panjang. Dendam kita pada rubah sialan itu adalah salah satu alasan kenapa anda bisa dilahirkan kembali. Saya sangat membenci Ashura. Bukankah anda juga membencinya? Anda kehilangan rubah itu hanya karena orang lemah seperti dia. Karena rubah sialan itu lebih memilih Ashura daripada Indra"
"Inugami, kau bisa membakar rumahku" kata Obito. Yokai anjing itu sangat marah sampai tidak menyadari kalau tubuhnya telah mengeluarkan api. Inugami langsung menahan amarahnya ketika mendengar suara tenang Obito. Setiap kali dia membicarakan rubah itu dengan Obito. Entah kenapa yokai itu tidak melihat adanya dendam yang berlebihan di mata Obito terhadap rubah itu. Obito sepertinya jauh lebih membenci Ashura. Manusia memang seperti dia, tidak mudah melupakan saat diri mereka pernah menyayangi dan mempercayai seseorang. Tetapi, dia tidak akan membiarkannya. Inugami bersumpah atas jiwanya, meskipun Obito bisa memaafkan rubah itu. Tetapi, dia tidak akan pernah memaafkan penghianatan itu. Rubah itu harus mati. Juga manusia lemah bernama Ashura. Dia akan mencari reinkarnasi Ashura lalu membunuhnya. Dia akan terus membunuhnya sampai dewa menjadi bosan untuk membuat orang itu bereinkarnasi lagi.
OoooO
"Hanya tinggal malam ini saja aku tinggal di apartemenmu, Naruto" kata Nagato sambil mengerjakan tugasnya di atas meja rendah di atas tatami. Padahal besok hari libur. Sementara Naruto masih asyik membaca manga sambil memakan beberapa tusuk Dango yang baru saja dibelinya. Naruto lebih suka makan Dango daripada belajar. Pemuda itu tidak pernah belajar. Sangat malas. Ia hanya berminat untuk berlatih Kyudo ketika di sekolah. Naruto hanya berlajar ketika memang ada tugas dan sudah sangat mendesak.
"Yah, sebaikanya kau segera pulang karena aku tidak mau dianggap sebagai orang dewasa yang masih diawasi oleh keluarganya"
"Sebenarnya aku bingung. Sudah dua malam bulan biru muncul. Dan ini adalah malam terakhir. Namun, kenapa tidak ada apapun yang terjadi padamu?" kata Nagato. Naruto berhenti membaca dan melihat sebentar pada Nagato dengan wajah malas. Ia menelan kunyahan Dango terakhirnya.
"Jadi, kau mau sesuatu terjadi padaku?"
"Menurutmu, apa yang sebenarnya terjadi dalam klan kita? Sesuatu yang mungkin berhubungan dengan masa lalu. Karena itulah Bibi menyuruhku untuk mengawasimu. Bahkan situasi klan kita saat ini menjadi sangat waspada"
"Hei, Nagato. Apakah kejadian di masa lalu bisa terhubung sampai sekarang?" tanya Naruto tiba-tiba serius. Nagato langsung mengangkat wajahnya dari buku lalu melihat Naruto dengan kaget.
"Kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu?"
"Tidak. Aku...sebenarnya merasa sedikit aneh akhir-akhir ini..." Naruto terdiam beberapa detik ketika akhirnya ia menyadari kalau ia sedikit harus bertanya pada Nagato yang mungkin saja tahu. Ini lebih baik daripada bertanya pada Ayah dan Ibunya.
"Ada apa?" tanya Nagato. Sepupunya itu mulai terlihat lebih serius. Naruto mulai merasakan ada yang aneh. Apakah itu berarti kecemasan mereka selama ini tentang sesuatu yang tidak ia ketahui itu apa memang benar-benar ada?
"Aku...sering bermimpi melihat seorang laki-laki dan perempuan. Aku tidak bisa mengingat wajah mereka. Tetapi, aku mendengar suaranya samar-samar. Hinata. Ashura. Laki-laki itu terbaring di atas tanah dengan...dada yang dipenuhi darah...Lalu, perempuan itu menangisinya..." Naruto berhenti karena sudah tidak bisa mengingat lebih jauh lagi. Mendengar sedikit cerita Naruto membuat Nagato sangat kaget. Ia tidak yakin apakah itu hanya mimpi bunga tidur atau mimpi yang menjadi sebuah pertanda. Jika mimpi Naruto benar-benar pertanda. Maka, semuanya sudah jelas bahwa alasan kenapa Minato dan Kushina menyuruhnya untuk mengawasi Naruto adalah karena sepupunya itu pasti terlibat dengan masa lalu. Nagato tidak tahu apapun tentang semua kebenaran yang telah terjadi. Namun, ia tahu tentang cerita yang beredar dalam klan mereka bahwa beberapa orang dari klan mereka mungkin masih terhubung dengan masa lalu. Entah masa lalu yang seperti apa. Tapi, melihat bagaimana cemasnya orangtua Naruto. Pasti sesuatu yang buruk pernah terjadi dahulu.
"Apa kau tahu itu mimpi apa?"
"...Tidak. Tapi, sepertinya ini sudah mulai jelas kenapa paman dan bibi menyuruhku untuk mengawasimu. Mungkin masa lalu masih mengejarmu" kata Nagato serius.
"Mengejarku?" seru Naruto kaget. Tidak mengerti. Masa lalu apa? Mengejarnya? Kenapa?
"Aku mau masuk ke kamar. Kau tidurlah" kata Nagato sambil terburu-buru membereskan buku-buknya di atas meja. Meninggalkan Naruto yang masih terbengong-bengong karena perkataannya. Sementara itu, Nagato masuk ke kamar untuk menghubungi Minato dan Kushina. Ia harus menceritakan tentang mimpi aneh putra mereka.
OoooO
Naruto berbaring di tempat tidurnya dengan kedua tangannya yang terlipat ia gunakan sebagai alas untuk kepalanya. Pemuda itu menatap keluar jendela yang tak ia tutupi tirai. Ia selalu memandangi bulan biru itu sejak bulan aneh itu muncul. Semua hal yang terjadi beberapa hari terakhir ini benar-benar mengganggu pikirannya. Dari orangtuanya yang tiba-tiba menyuruh Nagato untuk mengawasinya. Perasaan anehnya ketika mengira kalau Sasuke seperti diikuti oleh sesuatu yang tak kasat mata. Sejak dua hari yang lalu ia juga merasakan hal yang sama terjadi pada Nagato. Mimpi aneh yang terus muncul setiap kali ia tertidur. Siapa Hinata. Siapa Ashura. Siapa dua orang yang selalu muncul dalam mimpinya itu. Bulan yang juga tiba-tiba berwarna biru. Percakapan siswi-siswi SMU di bus dua hari yang lalu tentang yokai. Bahkan angin yang berhembus pun membuatnya gelisah. Naruto merasa seperti deja vu. Dan ia tiba-tiba merasakan kalau ia sedang merindukan sesuatu. Benar-benar merindukannya. Tetapi, ia tidak tahu sesuatu itu apa. Ia tidak tahu ada apa dengan perasaan rindu yang begitu kuat ini.
Pemuda berambut kuning itu akhirnya tertidur dengan sendirinya karena terlalu lelah berpikir. Dalam alam bawah sadarnya, ia ingin melihat mimpi itu lebih jelas lagi. Siapa dua orang itu. Siapa perempuan yang menangis dalam mimpinya?
Naruto akhirnya tertidur sudah sangat lama. Jarum jam sudah menunjukan pukul tiga pagi. Bulan biru menjadi lebih terang dari biasanya. Angin yang tiba-tiba berhembus sangat kencang membuat kedua jendela kamar Naruto terbuka hingga daun-daun momiji masuk ke dalam kamarnya. Namun, pemuda itu terlalu lelah untuk membuka matanya dan melihat kalau jendela kamarnya terbuka sangat lebar. Tirai berkibar sangat kencang. Dan momiji berwarna merah, juga kuning, menyeruak masuk ke dalam kamarnya. Buku-buku di atas meja belajarnya terbuka karena tertiup angin. Beberapa anak panah yang ia letakkan di atas meja belajarnya sebagai penghias juga berjatuhan. Lalu, beberapa detik kemudian, angin berhenti berhembus dan udara kembali seperti semula. Tenang seperti malam-malam sebelumnya.
OoooO
Pukul enam pagi ketika Naruto membuka matanya karena ia merasa kedinginan. Pemuda itu menoleh pelan ke arah jendela kamarnya yang terbuka. Pikirnya, kenapa jendela itu bisa terbuka? Naruto menguap pelan dan ingin mengangkat tangan kanannya untuk menutupi mulut ketika tangan tersebut tak bisa ia gerakkan. Naruto terdiam sesaat karena bingung dan entah kenapa merasa cemas. Sebab ia merasa kalau tangan kanannya seperti tertindih. Naruto juga baru menyadari, kalau ada sesuatu di atas dadanya. Ia bahkan merasakan ada angin yang berhembus pelan di lehernya. Entah itu hantu atau apapun. Pemuda itu memejamkan matanya sebentar lalu menoleh dengan wajah tegang ke sisi kanannya.
Naruto tidak bereaksi apapun ketika ternyata, yang membuat tangan kanannya seperti tertindih. Dadanya juga. Dan lehernya yang seperti ditiup oleh angin. Pemuda itu terdiam cukup lama. Naruto kaget ketika ia menyadari kalau air matanya sedang mengalir. Ada apa dengannya? Kenapa ketika ia menatap wajah putih itu ada rasa sedih dan rindu yang tiba-tiba bangun dari hatinya. Naruto mengalihkan tatapannya pada dadanya yang ternyata dipeluk sangat erat. Pantas saja ia merasa seperti tertindih. Itu bukan hantu. Itu bukan yokai. Itu bukan makhluk apapun yang menyeramkan. Bukan juga benda. Itu adalah...seorang gadis.
"Gadis?" gumam Naruto yang akhirnya sadar kalau ia terlalu lama kehilangan kesadarannya karena menatap perempuan aneh yang tiba-tiba telah berada di sisinya sambil memeluknya erat. Dengan satu teriakan yang sangat keras, Naruto langsung bangun dan duduk dengan tegang di atas tempat tidurnya.
"K-k-k-kenapa...a-a-a-a-ada...g-g-g-gadis...d-d-d-di tempat tidurku?...Aaaaaakh!" Naruto berteriak sekali lagi dan meloncat turun dari tempat tidurnya. Daun-daun momiji yang tadinya bertaburan di atas tempat tidurnya langsung berterbangan. Kedua matanya terbelalak menatap seorang gadis yang sedang menggeliat di atas tempat tidurnya. Seorang gadis yang sangat cantik, terlihat seusianya, dengan gaun panjang dan terlihat merepotkan. Gaun dengan dua warna. Putih dan biru. Gadis itu lalu duduk dengan kedua matanya yang masih terpejam. Naruto melongo menatap gadis dengan pakaian aneh itu. Apa dia sedang bercosplay? Gadis itu terlihat seperti seorang putri kerajaan dalam cerita-cerita manga. Bagian depan rambut panjangnya terurai hingga hampir menyentuh lantai. Sebagian rambutnya menggulung dan dihiasi oleh sebuah Kanzashi putih yang terlihat menancap kuat pada rambut tersebut. Sebuah Kanzashi dengan lambang kepala rubah diujungnya. Rambutnya berwarna biru gelap. Naruto menebak, mungkin ketika gadis itu berdiri, rambutnya dapat mencapai pinggang atau bahkan lebih panjang lagi. Pemuda Uzumaki itu langsung menggeleng cepat begitu mengingat posisinya saat ini. Apa yang sebenarnya sedang terjadi? Ketika ia melihat kembali ke arah jendela yang terbuka. Naruto yakin kalau gadis itu pasti masuk melalui jendela. Tapi siapa? Kenapa ia masuk sembarangan ke rumah orang? Kenapa dia berani tidur di tempat seorang laki-laki tak dikenal sambil memeluknya? Tunggu. Naruto yakin kalau dia sama sekali tidak mengenal gadis itu. Tapi, apa mungkin gadis itu mengenalnya? Naruto kemudian baru menyadari kalau kamarnya berantakan. Buku-bukunya yang tertata rapi di atas meja berserakan dan ada beberapa yang jatuh di atas lantai. Anak-anak panah pun tergeletak begitu saja. Daun-daun momiji berwarna merah dan kuning juga berserakan di lantai kamarnya. Juga di atas tempat tidur. Kamarnya menjadi seperti tempat pembuangan sampah satu malam.
"Hei!" seru Naruto akhirnya. Ia berjalan sedikit lebih dekat ke arah gadis aneh yang masih duduk dengan mata terpejam di atas tempat tidurnya. Naruto tiba-tiba menjadi gugup karena gadis aneh itu. Ia tidak tahu harus memulai dengan pertanyaan apa. Naruto baru saja akan membuat gerakan satu langkah lagi ketika gadis itu tiba-tiba berkata pelan namun tegas.
"Aku mencium bau anjing gunung di sini" ujarnya lalu mengangkat kepalanya yang dari tadi sedikit menunduk dan kedua matanya akhirnya membuka.
Entah apa yang terjadi selanjutnya, semuanya terjadi begitu cepat di depan matanya. Naruto mendengar suara Nagato berteriak memanggil namanya sambil membuka pintu kamar dengan kasar. Lalu, gadis di atas tempat tidurnya tiba-tiba...menghilang? Tidak. Gadis itu tidak menghilang. Gadis itu...berubah menjadi...seekor rubah putih dengan tiga ekor. Ketika Naruto menoleh ke arah Nagato, ia melihat seekor anjing besar berwarna coklat di samping sepupunya itu. Naruto, bahkan Nagato, tidak sempat untuk berteriak karena rubah dan anjing itu langsung saling menyerang. Yang Naruto pikirkan saat itu adalah...kamarnya. Ya. Kamarnya yang sebentar lagi akan hancur karena perkelahian dua binatang aneh yang tak dikenalnya.
"Naruto! Apa yang terjadi?" teriak Nagato yang tubuhnya sudah menempeli tembok untuk menjauhkan diri dari perkelahian rubah dan anjing itu.
"Bukankah seharusnya aku yang bertanya seperti itu?" Naruto juga berteriak. Mereka harus berteriak. Karena perkelahian dua binatang itu menimbulkan suara yang sangat berisik.
Melihat kamarnya yang semakin berantakan. Naruto sudah tidak bisa menahan emosinya. Pemuda itu langsung berteriak sangat kencang.
"KENAPA KAU SELALU BERKELAHI SETIAP MELIHAT ANJING?"
Teriakan Naruto membuat rubah itu langsung berhenti. Naruto sendiri tidak tahu kenapa kalimat seperti itu yang harus keluar. Kenapa ia bisa tahu kalau rubah itu selalu berkelahi ketika melihat anjing. Yokai anjing milik Nagato pun langsung berhenti pula. Rubah putih itu kemudian kembali menjadi gadis tadi. Sementara Naruto dan Nagato semakin kaget dengan apa yang sedang terjadi sekarang. Nagato kaget melihat anjing besar yang tiba-tiba berada di sampingnya tepat ketika beberapa menit yang lalu Naruto berteriak untuk kedua kalinya dan mereka segera berlari menuju kamar sepupunya itu. Nagato juga sangat kaget karena melihat rubah putih itu berubah menjadi seorang gadis manusia. Sementara Naruto yang sejak awal memang kaget, semakin kaget ketika rubah putih itu berubah kembali menjadi gadis tadi. Ini bukan mimpi. Mimpi tidak mungkin terasa sangat nyata seperti ini. Naruto tidak ingin percaya pada apa yang baru saja terjadi. Tetapi, semuanya terjadi tepat di depan matanya. Semuanya benar-benar terjadi. Mereka adalah yokai. Pasti yokai. Mereka benar-benar nyata. Dan Naruto sudah tidak tahu lagi ia harus berbuat apa saat ini selain rasa kagetnya yang semakin meningkat.
"Hei, kau. Siapa kau?" tanya Naruto serius pada gadis dengan gaun aneh itu. Akhirnya, ia harus memperjelas semua ini. Gadis itu seperti datang dari masa lalu. Pakaiannya yang aneh. Rambutnya yang terurai dan sebagian lagi tergulung sangat rapi. Dan tatapan matanya yang berwarna putih itu sangat lembut, juga tegas. Semuanya benar-benar seperti berasal dari masa lalu.
"Bagaimana caramu sampai bisa melupakanku, Ashura" katanya dengan wajah tegang dan menatap Naruto seperti ingin menerkamnya saat itu juga. Bahkan sebelum Naruto mengerjap, gadis itu sudah berdiri tepat di depannya.
OoooO
[ to be continued ]
