BAD AFFECTION
Disclimer : Masashi Kishimoto
Story by : DinahSaurus47
Rate : T semi M
i am a good girl with bad habbit
.
.
HARUNO Sakura tampak bosan menggerakkan jemarinya di permukaan keyboard. Irisnya menatap jengah layar komputer yang menyala, lembaran aplikasi pengolah kata itu masih kosong, otak jenius seorang Haruno sedang mempat.
Dia memaju mundurkan kursi kantor beroda, menimbulkan bunyi 'grek'yang mengganggu aktifitas teman disampingnya. Gadis itu mendecak, suara-suara yang ditimbulkan Haruno ini memecah konsentrasinya, deadline sudah di depan mata, dia kelelahan! Dengan kasar, ia mencabut bulu tangan Sakura hingga gadis itu berteriak pelan dan mengusap tangannya kasar.
"Untuk apa itu tadi Matsuri?!" Sakura memajukan bibirnya, mengaduh dan merintih.
"Sakuraku sayang, tidak bisakah kau diam?" Matsuri mendengus, "Jiraiya sudah menagih proposalku. Aku sudah berusaha mengerjakannya selama seminggu, kau tidak liat kantong mata ini?!"
Sakura menaikkan alis, menatap Matsuri yang menunjuk-nunjuk bawah matanya yang menghitam. Gadis itu bersiul terkejut, "wow. Make-upmu bagus, terlihat nyata."
Matsuri menyerah, gadis berambut cokelat sebahu itu mengangkat kedua tangan dan tersenyum kecut. Ia berusaha mengabaikan kekehan memuakkan Sakura dan berkutat dengan komputernya, lagi.
"Oh~hidupku membosankan." Beberapa menit tenang yang berharga, kini Sakura bersuara lagi. Matsuri menautkan alisnya, berusaha tidak menanggapi apapun.
"Eng, kerja-kerja-kerja. Aku ingin sesuatu yang menantang, teman kencan contohnya.."
"Hah! Kau baru saja mencampakkan Deidara begitu saja beberapa jam yang lalu," Matsuri menyunggingkan senyum sinis. Namun pandangan mata masih tertuju pada pekerjaannya.
"Itu beda, Aku sudah tidak menyukainya. Dia pria pelit, Aku seolah menjalin kasih dengan pemuda bernama Kakuzu itu," gerutu Sakura dengan bibir yang dikerucutkan.
"Pelit?! Deidara adalah salah satu mahluk paling dermawan yang pernah ada," Matsuri meninggikan suara. "Dia menyumbang beberapa panti dan rumah sakit, kau idiot."
"Yeah,mungkin dia baik pada panti dan rumah sakit. Tapi Aku kekasihnya, permintaanku saja tidak dia berikan!"
Gadis berambut cokelat itu menaikkan alis, meraih gelas cup kopinya. "Benarkah? Apa yang kau minta?"
"Hanya hal kecil," ucap Sakura enteng. "Aku ingin rumah di Hawaii dan Unicorn."
PYUR
"Tuhan!" Matsuri kelabakan mencari tissue dan melap tangannya yang terkena muncratan minumannya sendiri. Sakura mengerutkan kening, mengamati gadis itu menggerutu membersihkan baju kantor yang ia pakai.
"Kau kenapa?" Berusaha membantu Sakura menggunakan kain lap untuk membersihkan lengan gadis itu.
"Kau gila Sakura! Sedermawan apapun Deidara, bukan berarti dia bisa membelikan apapun! Kau meminta rumah di Hawaii, untuk apa sih, kau juga tidak pernah ke Hawaii," Matsuri mengambil lap itu kasar, membersihkan dagu dan mulutnya.
"Yeah, bagaimana dengan unicorn? Mahluk itu sangat menggemaskan. Hampir mengalahkan kecantikanku," ujar sakura dengan senyum tolol.
"Itu hanya mitos, Haruno Sakura," Matsuri meninggikan suaranya.
"Tapi Aku ingin itu, sudahlah. Lagipula Deidara sudah kubuang, untuk apa membicarakannya?" Sakura tersenyum angkuh dan Matsuri memutar mata imaginatif.
"Sakura-san?" Dua gadis itu menoleh, mendapati Ayame tersenyum ramah kearah mereka.
"Ya, ada apa Ame?" Ame adalah panggilan sayang Sakura pada gadis ini.
"Bisa berikan lap bekasnya, Aku perlu membersihkan tumpahan kopi disana."
"Uhuk!" Matsuri menutup mulutnya dan menyerahkan lap itu pada Ayame. Dia menatap horor Sakura yang menyengir canggung. "Kau memberiku lap meja?!"
"H-hey, Aku hanya berusaha membantu," Sakura mengerucutkan bibirnya. Matsuri memijat pelipis dan mengusir Sakura dengan gerakan tangan. "Kau keluarlah dulu dari kantor, Aku lelah."
"Kau lelah, perlu kupijat?"
"Tidak!" Matsuri menatap tajam tangan gadis itu yang tergantung di udara ingin menyentuh bahunya. "Tidak Sakura, beli saja beberapa cemilan, pergilah."
"Oke!" Sakura mengambil tasnya dan menggantungkan di bahu, ia melambai dan berlarian menjauhi meja kerjanya.
Matsuri menjatuhkan kepala ke meja dan memejamkan mata, "Tuhan.. apa yang harus kulakukan dengan anak itu?"
-BAD-
Keranjang berukuran sedang berwarna biru gelap tergantung di tangan putihnya. Dia menyusuri rak berisikan makanan ringan dan memilih-milih makanan yang cocok dan dirasa enak. Dalam sekejap, keranjang itu sudah penuh setengahnya.
Dia tersenyum sumigrah, Matsuri pasti akan sangat tersanjung dengan kemurahan hatinya. Ah, dia memang sahabat yang sangat baik dan perhatian. Lihatlah, sekarang dia sudah membelikan beberapa bungkus makanan ringan extra pedas.
Eh?
Matsuri kan tidak suka pedas. Terakhir kali memakan sambal gadis itu mencret selama dua minggu, dia bahkan tidak bisa makan dengan baik. Sakura menghela napas, dia salah lagi. Sakura menyusuri lemari pendingin dengan jemari lentiknya, dia mengambil tiga botol air mineral dan memasukkan ke keranjang. "Nah, jika Matsuri kepedasan dia bisa minum air," ujarnya dengan wajah bangga.
Dia berjalan anggun menuju kasir, petugas dengan seragam merah itu tersenyum ramah mengambil alih belanjaannya. Mengatisipasi keheningan yang terjadi, si pemuda berwajah ramah mencoba membuka percakapan.
"Anda akan mengadakan pesta, nona?" Sakura menggeleng.
"Benarkah, makanan yang cukup banyak untuk dimakan seorang diri. Anda ingin berpiknik dengan teman anda?" Sakura menggeleng, lagi.
"Hah~ anda makan semua ini sendiri. Pasti anda menyukai pedas." Sakura menggeleng dan mencebik kesal.
"Kenapa kau penasaran dengan hidupku? Kau penguntit, hah!"
Pemuda itu menggeleng, "bukan begitu nona, hanya saja.."
"Aish, sudahlah!" Sakura melenggang melewati kasir dan membuka pintu kaca, berniat keluar.
"Nona, bagaimana dengan belanjaanmu?" Pemuda itu memanggilnya heran.
"Makan saja untukmu, Aku tidak berniat dari awal." Dengan ketus ia membuka pintu dan berjalan cepat menuju mobil Audi yang terparkir di bahu jalan, mengabaikan pemuda yang berteriak memanggilnya.
-BAD-
Sakura kembali ke kantor dengan tangan kosong, dia menemui Matsuri yang kini duduk bersandar di kursi kerjanya dengan sebelah lengan dia gunakan untuk menutupi mata. Komputernya sudah dimatikan, mungkin pekerjaannya sudah selesai.
"Hai Matsuri!" Sakura tersenyum ringan, melangkah kaki dan duduk di kursi kosong miliknya sendiri. "Sudah menyerahkan proposalnya?"
Matsuri mengangguk kecil, "sekarang Aku lapar, mana makanannya?" Ia mengintip dari sela-sela lengan dan mendapati Sakura menggaruk tengkuknya sendiri, tersenyum canggung. Matsuri menghela napas kasar dan memejamkan mata, "apa yang harus kulakukan padamu?"
"Aku tadi sudah belanja banyak, tapi kasir minimartnya sama sekali tidak sopan. Aku meninggalkannya, biar saja." Sakura berucap angkuh, kecanggungan luntur dari wajahnya.
"Dia menggodamu?"
"Tidak juga.. dia tidak berhenti bertanya, mulutnya menyerocos seperti pantat bebek!" Ujar gadis itu berapi-api.
"Kau tidak sadar kau sendiri seperti bokong ayam," Matsuri menghela napas. Dia mengacuhkan Sakura yang melotot tajam, toh itu tidak masalah baginya.
"Sakura-san, Matsuri-san.." Sakura yang membuka mukut hendak membalas menutup kembali mulutnya, melirik kearah Tayuya yang berdiri tepat disampingnya entah sejak kapan.
"Ah, Tayuya-san.." Matsuri menegakkan duduknya dan tersenyum sopan, sementara Sakura menatap gadis itu horor seolah sedang menatap mahluk astral dan sejenisnya.
"Kalian berdua diundang dalam acara ulang tahun kantor yang ke-5, nanti sore di Grand Konoha. Aku berharap kalian mau datang," ujar Tayuya dengan seulas senyum anggun. Gadis itu begitu profesional, bahkan dengan Sakura yang tak henti menatapnya seperti sepiring dadar gulung.
"Tentu saja Tayuya-san, kami akan datang. Iya kan, .ra?"
Sakura tersentak ketika namanya disebut dengan penuh penekanan. "Oh, tentu saja. Siapa yang akan melewatkan pesta menarik ini?"
Matsuri mendengus, padahal Sakura sendiri melewatkan peringatan ulang tahun sebelumnya dengan dalih dia baru saja memecahkan balon anak kecil dan sedang di interogasi oleh aparat. Awas saja jika dia kini menghindar lagi untuk datang.
"Kurasa itu saja, jam setengah tujuh. Oke?" Matsuri mengangguk.
"Oke."
-BAD-
Sakura berputar-putar, terlarut dalam dunianya hingga tidak sadar menyenggol siku Matsuri. Alhasil, gadis yang sedang menggambar alisnya terganggu dan gambarnya keluar garis. Dia mengerjap, menatap wajahnya yang kini terdapat garis cokelat memanjang seolah kedua alisnya sedang bersalaman.
"SAKURA!" Matsuri menjerit histeris, mengambil tissue dan membersihkan garis memalukan itu. Yang dipangil berhenti berputar dan menatap Matsuri penuh tanya. "Apa?"
"Apa, apa. Pantatmu yang apa!" Gadis berambut cokelat lurus yang kini sudah ia beri gelombang kecil dibawahnya menaikkan suara keras. "Duduk dengan tenang, Aku mau berias!"
Sakura mengerucutkan bibir, mendudukkan diri serampangan di pinggir ranjang cokelat madu sahabatnya itu. Dia dengan bosan mengamati Matsuri yang kini menggambar ulang alisnya. "Kenapa wanita sangat merepotkan, alis harus digambar dan segala macam. Buang-buang waktu, jika bercinta toh riasannya akan luntur," Cerocos gadis itu yang disambut dengan tatapan tajam Matsuri.
"Kau juga wanita, bodoh! Tidak usah banyak tanya, diam saja disana," ujar Matsuri jengkel.
"Hah~ kau harus belajar sabar Matsu, tidak baik marah-marah. Kau bisa saja keriput mendadak seperti pantat Jiraiya."
Matsuri menghela napas. Dia memilih acuh karena gadis ini tidak akan berhenti jika dia balas bicara. Dia hanya diam, membiarkan Sakura berbicara dan menjawab seorang diri. Pesta mungkin akan selesai larut malam, dia tidak mau tenaganya terbuang sia-sia untuk seorang gadis gila.
...
Grand Konoha malam ini tampak sangat ramai dengan banyak orang bersetelan dan bergaun pesta. Peringatan ulang tahun Luxury Group diramaikan oleh banyak petinggi negara dan pemegang jabatan penting dalam perusahaan bergengsi, itu sebabnya banyak mobil mewah yang harganya selangit berlalu- lalang sejak tadi.
"Wah, ramai sekali!" Sakura mendongkakkan kepala, menatap lampu gantung yang cantik di atas sana. Dia bukan orang norak atau semacamnya, dia hanya sedang memamerkan kalung emas dengan bandul berwarna ungu yang baru ia beli tadi sore. Matsuri berdecak, namun ini adalah pesta jadi dia memaksakan senyum walau sudut bibirnya berkedut.
"Sakura..." Matsuri mencengkram erat lengan atas gadis itu yang telanjang dan menyeretnya agar berhenti bersandiwara seolah sedang terkesima. "Jangan permalukan Aku," desisnya pelan dengan senyuman. Sakura mencebikkan bibir dan memasang wajah dongkol, namun ia mengikuti Matsuri yang menyeretnya bergabung dengan staff lain yang saling melempar senyum.
"Terimakasih untuk para hadirin sekalian yang sudah menyempatkan diri datang ke acara peringatan ulang tahun yang ke-5. Saya, Jiraiya sebagai pemimpin Luxury group sekali lagi mengucapkan terimakasih dan selamat datang!" Pria tua itu berdiri di atas podium dengan lampu disorot penuh kearahnya.
"Terlebih kepada para staff yang sudah setia selama lima tahun di perusahaan ini, tanpa usaha dan kerja keras kalian semua kita tidak bisa sampai sejauh ini, bla..bla.. bla.." Sakura menguap bosan dan memilih untuk menunduk menatap kakinya dengan balutan heels hitam, lebih menarik daripada pidato panjang Jiraiya.
"Baiklah, sekian pidato singkat dari saya, mungkin ada tambahan dari pimpinan Uchiha company, saya beri tempat dan waktu."
Singkat? Pfft- pidato sepanjang barisan mantannya sendiri dibilang singkat? Sakura mendengus, konyol. Dia mendongkak, lehernya pegal menunduk terus dan memutuskan melakukan peregangan kecil. Dia mendongkak, kemudian pupil matanya membesar seolah sedang menatap semangkuk sup buah menggoda. Sakura menahan napas hingga menimbulkan suara seperti tercekik.
Matsuri spontan menoleh mendapati sahabatnya memegangi dada dan meraup udara dengan rakus. "S-saki, ada apa?" Ujarnya terkejut.
"Tuhan.." Sakura menepuk-nepuk dadanya. Dia mendongkak menatap tajam kearah pemuda berkulit putih dan bermata pualam, tersenyum menawan memulai pidatonya.
Matsuri mengelus punggung gadis itu dan menatap pemuda dan Sakura bergantian, "ada apa sih?!"
"Dia.." Sakura mencengkram ujung rok gaunnya. "Dia terlalu imut, shannaro!"
-TBC-
A/n :
Hai gaes, DinahSaurus on the air! (ngiuuung)
Ini sebenarnya FF colab yang sudah Aku publish di WP. Namun, saya rasa saya sudah lama meninggalkan dunia per-Fanfiction-an hingga saya mulai berpikir, apa salahnya mempub cerita disini juga? Nah, itu aja dulu AuthorNote nya :3
Mind to Review? no? thanks :v
