Disclaimer: Punyanya Mashashi Kishimoto Sensei
Wai.. waii..
perkenalkan aku Momo!
Ini fict pertamaku.. jadi kalo pada nggak suka.. (huhuhuhu *lebay*disumpel sendal). Ouch.. temenku beneran mau nyumpel sendal ke aku.. Awas kaw Tri!! Nah nggak usah lama-lama deh..
ini dia..
Pukul 01.00—Konohagakure
"Arahkan lampu pencari! Helikopter segera pergi ke arah Barat daya! Jangan biarkan mereka kabur!"
Seorang pria dengan rambut panjang berlari dengan walkie-talkienya disusul oleh gerombolan polisi dibelakangnya. Terdengar bunyi sirene dimana-mana. Warna merah dan biru mendominasi area itu.
"Cih! Kali ini kita ketahuan." seorang laki-laki dengan rambut hitam kebiruan dengan model pantat ayam menatap gerombolan polisi yang mengikutinya dibawah. Sedangkan ia sedang berlarian di atap dengan memegang sebuah benda.
"Ini gara-gara kau lupa membawa bom asap!" laki-laki rambut ayam itu memarahi seorang dibelakangnya tanpa menoleh sedikitpun.
"Hei! Bukan semua salahku! Penyamaranmu juga ketahuan kan, Sasuke!" Kata laki-laki berambut kuning cerah yang dimarahi. Kini mata biru lautnya menatap gerombolan polisi yang mengejarnya di bawah. Terdengar bunti pintu didobrak. Sepertinya polisi itu telah sampai lantai atas.
"Cih! Sekarang bagaimana, Sasuke!?" Kata laki-laki rambut kuning.
"Apa boleh buat. Kau bawa duplikat batu ini kan, Naruto?" laki-laki yang dipanggil Naruto mengiyakan. Dan ia langsung –ngeh dengan apa yang dimaksud.
Mereka berdua berhenti dan membalikkan badan. Menatap menyaksikan Polisi mendobrak pintu. Tak lama kemudian pintu berhasil dibuka dengan bunyi BRAK!! Keras. Polisi berhamburan mengepung Naruto dan Sasuke.
"Angkat tangan! Kalian ditahan!" Seorang polisi berambut panjang terurai mengacungkan pistol kepada dua orang itu.
"Eits! Tidak semudah itu Detektif Hyuuga!" Kata Naruto. Kini ia jongkok dengan sebuah kantung kecil menggantung di tangannya. Sementara Sasuke berdiri di sebelahnya dengan kantung yang sama seperti yang dibawa Naruto. Sasuke melempar-lempar dan mempermainkan kantung itu sambil tersenyum. Tentu saja senyum tak terlihat karena wajahnya dan Naruto tertutup oleh topeng. Untuknya adalah topeng putih dengan gambar bulan abu-abu detengahnya. Sedangakan untuk Naruto adalah topeng putih dengan lambang matahari yang melingkar-lingkar berwarna oranye.
"Ayo kita bermain. Nama permainanya : Siapakah yang membawa batu bulan?. Kalau kau bisa menangkap orang yang membawa batu bulan, kau menang Detektif muda." Kata Sasuke.
Kini Sasuke mengacungkan kantung yang ia bawa. Hal yang sama juga dilakukan Naruto.
"Ayo mulai permainannya!" Kata Naruto. Naruto dan Sasuke lalu berpencar ke arah yang berlawanan. Naruo ke kiri dan Sasuke ke kanan. Menyadari hal itu seorang yang dipanggil detektif Hyuuga tadi segera berteriak. "Apa yang kalian tunggu?! Cepat kejar mereka!!" Para Polisi segera turun dan mengejar. Detektif Hyuuga berlari sambil mengambil Walkie-Talkienya.
"Ispektur Tenten! Segera pergi menyusul pencuri bulan! Aku akan mengejar si matahari!" Detektif Hyuuga berbicara sambil berlari ke arah kiri.
"Siap Detektif Hyuuga! Akan kukerahkan pasukanku ke arah si Bulan." Seorang wanita –yang kalau tidak salah namanya Tenten—menjawab panggilan dari Detektif Hyuuga dan segera mengisyaratkan pasukannya untuk mengejar ke arah Sasuke alias si Bulan, julukan yang diberikan oleh para Polisi.
Sementara itu di kediaman Haruno…
"Sakura! Tolong belikan Ibu bumbu masak untuk besok nak. Besok klien Ayahmu akan datang. Tapi Ibu lupa membeli bumbu masak." Seorang wanita memanggil seseorang di dasar tangga. Seseoarang yang tadi dipanggil Sakura itu segera turun dari kamarnyayang letaknya di lantai atas.
"Tapi Bu! Sekarang jam 01.00 pagi! Apa tidak bisa besok saja? Aku mengantuk Ibu." Skura mengucek-ucek matanya.
"Besok pagi sampai kau pulang sekolah Ibu harus pergi ke rumah teman Ibu, Sakura! Sudahlah.. sana pergi! Kau bisa pakai sepeda listrikmu yang baru kan?" Ibu Sakura mendorong Sakura ke arah pintu. Dengan malas Sakura mengambil sepedanya dan mengayuhnya ke arah toko Swalayan 24-jam langganan Ibunya.
Jalanan sepi. Tapi kemudian Sakura mendengar suara bising dari depannya. Seperti suara Sirene polisi yang mengarah ke depannya. Tiba-tiba Sakura melihat seseorang meloncat dari atap. Tu-Tunggu! Meloncat dari atap!?
MELONCAT DARI ATAP?
Oh Tuhan.. Tidak mungkin, pikir Sakura. Dan begitu orang itu hendak menoleh, Sakura melihat topeng warna putih berlambang bulan yang familiar. Tapi yang lebih gawat, jalanan itu menurun. Sakura tidak bisa mengerem sepedanya dan…
BRUAK!!
Dengan sukses Sakura menabrak laki-laki topeng bulan yang tiba-tiba muncul. Sakura terjatuh dengan posisi terduduk. Sedangkan Sasuke dalam posisi tengkurap. Keduanya merintih menahan sakit karena sama-sama terlempar.
Saat Sasuke hendak memarahi Sakura, terdengar Sirene Polisi mendekat. Sasuke berpikir untuk segera lari. Tapi ia ingat kalau ia meninggalkan perempuan rambut Pink yang menabraknya akan ada saksi yang bisa memberatkannya. Maka dengan sigap, Sasuke menarik Sakura ke gang sempit dekat situ. Sementara sepeda Sakura diabaikan.
"HEI—uph!" Mulut Sakura dibekap oleh tangan Sasuke. Karena gangnya sempit, Sakura dan Sasuke kini ada di jarak yang sangat dekat.
Terdengar mobil Polisi melewati jalan di depan mereka. Lalu sirene-sirene itu mulai menjauh. Kini jalan kembali sepi. Sakura segera mendorong Sasuke jauh-jauh.
"Apa-apaan kau pencuri maniak?!" Kata Sakura sambil memukul Sasuke. Namun pukulan itu segera ditangkap oleh Sasuke.
"Bisakah kau diam? Polisi itu bisa saja kembali jika mendengar suara cemprengmu." Kata Sasuke tanpa dosa. Sakura naik darah begitu mendenar kata cempreng.
"Apa maksudmu dengan cempreng?! Dan kenapa kau melibatkanku dalam masalah ini?! Aku bisa menuntutmu! Dan Ibuku juga pasti tidak terima jika mendengar Putrinya diperlakukan seperti ini. Dan—" Tangan Sasuke kembali mendekap mulut Sakura.
"Shht! Diamlah cerewet!" Sasuke mendekatkan mukanya yang tertutup topeng ke wajah Sakura. Tiba-tiba Sakura menggigit tangan Sasuke. Sontak Sasuke melepaskan dekapannya dan mengaduh ria.
"Rasain! Sakit kan? Ngapain kau pake acara nutup-nutup mulut orang segala?! Kali ini aku akan bersaksi pada polisi! Aku merasa dilecehkan di sini! Dan aku yakin kalau…"
Sementara Sakura mengomel. Sasuke merasa ada Polisi yang berkata ia mendengar suara dari arah Sakura dan Sasuke. Sasuke sudah tidak sabar lagi. Gadis rambut Pink di hadapannya benar-benar menyebalkan. Maka ia terpaksa menggunakan cara terakhir.
Mendadak Sasuke mendorong badan Sakura tapi disaat yang bersamaan menarik tangannya sehingga Sakura tertarik ke arah Sasuke namun terdorong ke arah tembok.
Sasuke dengan cepat melepas topengnya dan mendekatkan wajahnya ke wajah Sakura. Kini mata gelap Sasuke menatap mata hijau Sakura. Dan dengan cepat Sasuke mencium Sakura. Tepat di bibir.
Hening sejenak. Sasuke dan Sakura membatu dalam posisi itu.
Samar-samar polisi mulai menjauh karena merasa tidak mendengar apa-apa. Lalu dengan segera Sasuke melepaskan ciumannya. Sakura sepertinya syok berat. Ia diam menunduk beberapa saat.
Sasuke sepertinya lupa untuk memakai topengnya lagi. Tapi ia tidak khawatir karena pencahayaan memang minim. Sasuke lalu memutuskan untuk pergi. Saat Sasuke mulai memanjat tembok, Sakura mendadak berteriak:
"KEMBALIKAN FIRST KISS-KU PENCURI MANIAK MESUUMM!!!"
Teriakan Sakura membuat Sasuke kehilangan keseimbangan dan terjatuh lagi dengan bunyi GRUSAK!! Yang keras diatas dedaunan kering. Terdengar Sirene polisi lagi. Sasuke yang tadinya masih nyengir karena bertemu gadis aneh, langsung kabur lagi. Tapi sebelumnya ia menatap gadis itu dan menjulurkan lidahnya pertanda ia iseng. Lalu benar-benar kabur.
Dan yang terakhir kalinya ia melihat gadis itu terlihat penuh emosi.
Sementara itu di rumah sakit konohagakure..
"Istirahat yang cukup ya Hinata-chan.." Kata seorang nenek paruh baya membetulkan selimut seorang gadis dengan rambut panjang yang disebut Hinata tadi.
"Iya, Nenek Chiyo. Ma'afkan aku yang merepotkan nenek, membuat nenek harus datang jauh-jauh dari Suna." Hinata menatap nenek Chiyo dengan sinar mata yang bersalah. Melihat hal itu Nenek Chiyo tersenyum dan mengelus rambut Hinata pelan.
"Tidak masalah Hinata. Baiklah, sekarang kau istirahat dulu saja. Aku akan menemuimu lagi besok pagi. Salam untuk kakak sepupumu jika ia datang menjenguk."
Nenek Chiyo segera pergi begitu Hinata mengangguk. Tapi kemudian nenek Chiyo akan menutup jendela kamar Hinata yang dibiarkan terbuka.
"Kumohon jangan Nenek Chiyo. Jangan tutup jendelanya."Hinata mencegah Nenek Chiyo dengan menarik tangannya.
"Hn? Kenapa Hinata-chan?" Nenek Chiyo berhenti dan menatap mata lavender Hinata.
"Kata mendiang Ibu, jika aku membuka jendela, akan ada Malaikat yang menghampiriku, Nek." Hinata berbicara sambil menunduk malu.
"Hahaha.. Itu konyol. Tapi baiklah Hinata-chan. Terserah kau saja. Nenek pergi dulu ya." Nenek Chiyo menepuk-nepuk lembut kepala Hinata lalu benar-benar pergi..
Hinata tidak kunjung tidur, ia hanya tarpaku menatap bulan dari jendelanya.
Sementara itu di sisi Naruto..
"Cih! Mereka cepat sekali! Kalau begini terpaksa harus bersembunyi" Ujar Nauto dalam hati. Ia sekarang sedang melompat-lompat di atas atap. Kemudian ia verhenti dan melihat sekeliling. Gedung yang ada di depannya adalah Rumah Sakit Konohagakure.
Ia terpaku sejenak namun matanya mencari-cari jendela tau apalah yang terbuka untuk ia bersembunyi. Dan ia menemukannya. Dari puluhan jendela di rumah sakit itu, Naruto melihat ada satu jendela terbuka dengan gorden berkibar terkena angin.
Tanpa peduli sekelilingya Naruto masuk ke kamar itu. Angin datang dari belakangnya dan rambutnya berkibar-kibar terkenanya. Cahaya bulan membuat dirinya terlihat bersinar di tengah gelapnya kamar. Kini posisi naruto ada duduk di jendela kamar itu. Sementara ada seorang yang tidak percaya melihatnya sedari tadi. Naruto menyadari kehadiran seseorang tepat disebelahnya. Seorang gadis duduk di tempat tidurnya sambil menutup mulutnya tidak percaya.
Naruto menatap mata gadis itu..
Mata Lavender yang benar-benar indah.. menurut Naruto..
Tak lama kemudian gadis itu bertanya sambil terbata-bata..
"A-apa kau ma-malaikat..?" Kata-kata polos Hinata mencengangkan Naruto. Lalu Naruto melihat pemandangan di belakangnya..
'ooh.. pantas saja..' gumam Naruto dalam hati. Pemandangan di belakangnya memang seperti seorang Malaikat (cheile..? iya pa? haha *digampar massa). Cahaya Bulan dan angin memang mendukung..
Hening sejenak. Naruto berpikir harus menjawab apa. Sepertinya gadis ini benar-benar berharap kalau ia adalah Malaikat. Tapi kemudian keheningan terpecah saat Hinata berkata..
" Ap-apa kau be-benar-benar ma-malaikat..?" Hinata menatap penuh harap..
Entah sadar atau tidak, Naruto mendekati Hinata. Hinata masih menatap laki-laki bertopeng mendekatinya. Naruto mengangkat topeng yang dipakainya sehingga terlihat seperti topi. Naruto membukuk ke arah gadis itu lalu ia membelai pelan rambut gadis itu. Kini Hinata bisa melihat mata biru laut Naruto. Tapi tak bisa melihat wajahnya seutuhnya karena kamar yang gelap. Raut wajah Hinata menatap wajah Naruto tanpa ekspresi. Kemudian Naruto tersenyum menatap Hinata.
Sementara itu di sisi Neji...
Terdengar suara walkie-talkienya, Neji segera mengambilnya lalu bertanya..
" Bagaimana? Dimana si Matahari?" Neji berbicara sambil mengendarai mobil polisinya dengan high speed
"Di-dia kabur ke arah rumah sakit Konohagakure. Se-sepertinya dia masuk ke sebuah kamar yang jendelanya terbuka. Ka-kami sudah beru--saha mengejar tapi kami kelelahan, pak." Kata seorang polisi di seberang.
"HAH?! Rumah sakit Konohagure?!" Neji berseru di walkie-talkienya. ia menyadari sesuatu.. Hinata.. adik sepupu kesayangannya dirawat di rumah sakit itu! Dan.. adik sepupunya adalah satu-satunya pasien yang selalu membuka kaca jendela kamarnya.. Oh Tidak!..pikir Neji
Neji segera menambah kecepatan mobilnya. Hingga akhirnya ia sampai ke depan Rumah sakit Konohagakure.
"Ma'af tuan! jam kunjungan sudah habis!" Kata seorang perawat menghentikan Neji. Neji segera menunjukan lencana Polisinya
"Ini darurat! Seorang penjahat masuk ke salah satu kamar!"
Mendengar hal itu, sang perawat yang tadi menghentikan Neji segera mempersilahkan. Ia lalu menelpon security. Tak lama kemudian, datanglah seorang Security. Lalu mereka segera menuju kamar Hinata..
Neji mencoba membuka pintu..
gagal.
dikunci..
Akhirnya Neji memilih jalan terakhir. Ia mengambil ancang-ancang dan..
BRUAAK!!
Sementara itu di kamar Hinata.. Beberapa detik sebelumnya..
Naruto tersenyum menatap Hinata. Tanpa sadar ia mendekatkan wajah ke wajah Hinata dan megecup dahinya lembut.
Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dan suara pintu akan terbuka.
Naruto sadar.. apa yang dilakukannya?!
Sementara itu di sisi Neji..
BRUAAK!!
Pintu kamar Hinata terbuka paksa dengan kondisi engsel rusak parah..
Neji melihat kamar Hinata. Hinata sedang tertidur tenang. Dengan Jendela tertutup rapat.
TBK
To Bi Kontinyu
Wai.. wai..
Gimana..? Gimana?
banget kalo fict ini GaJe dan alay..
Maklum pemula.. (*dilempar kompor)
Awawaw..
Smoga para Readers suka.. :DD..
Mind to Review Please..??
